On Yedinci Mektup/id: Revizyonlar arasındaki fark
("Nah, sama dengan contoh di atas, wahai saudaraku, orang- orang beriman sepertimu harus membayangkan hal tersebut saat anak mereka meninggal. Hendaknya mereka berkata, “Anak ini tidak berdosa. Penciptanya Maha Pengasih dan Pemurah. Sebagai ganti dari kasih sayangku yang terbatas dan didikanku yang tidak sempurna, saat ini ia telah berada dalam dekapan rahmat dan pertolongan Ilahi. Ia telah dikeluarkan dari penjara kesulitan, musibah, dan derita duniawi..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
("Pasalnya, andaikan ia tetap di dunia, ia akan menjadi penawar hati yang menyayangi anak kecil dan aku bisa bermain-main dengannya selama sekitar sepuluh tahun yang dihiasi oleh derita dan duka. Lalu andaikan ia salih dan berbakti serta memiliki kemampuan dalam urusan dunia, ia bisa membantu dan bekerjasama denganku. Namun dengan meninggalnya, ia bisa membuat- ku dapat mencurahkan rasa cinta kepada anak selama sepuluh juta tahun di surga yang kekal. Ia j..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
28. satır: | 28. satır: | ||
Nah, sama dengan contoh di atas, wahai saudaraku, orang- orang beriman sepertimu harus membayangkan hal tersebut saat anak mereka meninggal. Hendaknya mereka berkata, “Anak ini tidak berdosa. Penciptanya Maha Pengasih dan Pemurah. Sebagai ganti dari kasih sayangku yang terbatas dan didikanku yang tidak sempurna, saat ini ia telah berada dalam dekapan rahmat dan pertolongan Ilahi. Ia telah dikeluarkan dari penjara kesulitan, musibah, dan derita duniawi dan dibawa menuju naungan surga firdaus-Nya yang agung. Maka, selamat wahai anakku!”Tidak ada yang tahu apa yang ia lakukan dan bagaimana ia beraktivitas kalau seandainya tetap berada di dunia? Karena itu, aku tidak meratapi kepergiannya. Aku melihatnya bahagia dan beruntung. Adapun rasa sakit yang kurasakan terkait dengan kepentinganku pribadi tidak begitu berat. | Nah, sama dengan contoh di atas, wahai saudaraku, orang- orang beriman sepertimu harus membayangkan hal tersebut saat anak mereka meninggal. Hendaknya mereka berkata, “Anak ini tidak berdosa. Penciptanya Maha Pengasih dan Pemurah. Sebagai ganti dari kasih sayangku yang terbatas dan didikanku yang tidak sempurna, saat ini ia telah berada dalam dekapan rahmat dan pertolongan Ilahi. Ia telah dikeluarkan dari penjara kesulitan, musibah, dan derita duniawi dan dibawa menuju naungan surga firdaus-Nya yang agung. Maka, selamat wahai anakku!”Tidak ada yang tahu apa yang ia lakukan dan bagaimana ia beraktivitas kalau seandainya tetap berada di dunia? Karena itu, aku tidak meratapi kepergiannya. Aku melihatnya bahagia dan beruntung. Adapun rasa sakit yang kurasakan terkait dengan kepentinganku pribadi tidak begitu berat. | ||
Pasalnya, andaikan ia tetap di dunia, ia | |||
akan menjadi penawar hati yang menyayangi anak kecil dan aku bisa bermain-main dengannya selama sekitar sepuluh tahun yang dihiasi oleh derita dan duka. Lalu andaikan ia salih dan berbakti serta memiliki kemampuan dalam urusan dunia, ia bisa membantu dan bekerjasama denganku. Namun dengan meninggalnya, ia bisa membuat- ku dapat mencurahkan rasa cinta kepada anak selama sepuluh juta tahun di surga yang kekal. Ia juga bisa menolongku untuk mendapat kebahagiaan abadi. Karena itu, aku tidak terlalu bersedih dengan kepergiannya bahkan meski harus mengorbankan kepentinganku. Sebab, siapa yang kehilangan manfaat dunia yang masih diragukan, namun mendapat ribuan manfaat akhirat yang pasti terwujud, tentu tidak akan memperlihatkan duka lara dan tidak akan meratap putus asa. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
13.03, 6 Ocak 2025 tarihindeki hâli
[Lampiran Cahaya Kedua Puluh Lima]
(Belasungkawa atas Kepergian Seorang Anak Kecil)
بِاس۟مِهٖ
وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ
Wahai Saudaraku seiman, Sayyid al-Hafidz Khalid!
Berikan kabar gembira kepada orang-orang sabar. Yaitu yang apabila mendapat musibah mereka berkata, “Kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.” (QS. al-Baqarah [2]: 155-156).
Saudaraku, aku sangat sedih mendengar berita kepergian anakmu. Akan tetapi, semua ketentuan ada di tangan Allah. Sikap rida pada keputusan-Nya dan menerima takdir-Nya adalah syiar Islam. Aku berdoa semoga Allah memberimu kesabaran serta menjadikan almarhum sebagai simpanan akhirat dan pemberi syafaat untukmu di hari kiamat.Aku akan menjelaskan kepadamu dan kepada kaum mukmin yang berduka sepertimu lima poin yang bisa menjadi kabar gembira dan pelipur lara hakiki bagimu.
Poin Pertama
Allah berfirman:“Anak-anak yang tetap muda.” (QS. al-Wâqi’ah [56]: 17). Makna dan rahasia dari ayat tersebut adalah sebagai berikut:Anak-anak orang beriman yang meninggal sebelum baligh akan dikekalkan di dalam surga sebagai anak-anak yang dicinta sesuai dengan kondisi surga. Mereka akan menjadi sumber kebahagiaan abadi dalam pangkuan ibubapak mereka yang menuju surga. Mereka akan menjadi sumber pemuas perasaan paling halus yang dimiliki kedua orang tua; yaitu rasa cinta dan kasih sayang kepada anak.Karena segala sesuatu yang nikmat terdapat di surga, maka tidak benar kalau ada yang berkata, “Tidak ada cinta dan canda dengan anak di surga, karena di sana tidak ada proses berketurunan.” Yang benar, di sana terdapat cinta dan canda dengan anak dalam bentuk yang sempurna dan nikmat sepanjang jutaan tahun tanpa disertai kepedihan dan duka. Hal itu sebagai ganti dari cinta dan canda dengan anak sepanjang sepuluh tahun di dunia yang singkat dan fana yang disertai dengan berbagai duka. Semua itu ditegaskan oleh ayat di atas dengan redaksi:“Anak-anak yang tetap muda.” Demikianlah, ayat tersebut menjadi sumber kebahagiaan bagi orang beriman dan memberikan kabar yang sangat menggembirakan bagi mereka.
Poin Kedua
Pada suatu hari, ada seorang ayah yang dipenjara bersama anaknya yang ia dicintai. Ia sangat sedih karena tidak mampu memberikan kegembiraan kepada anaknya, ditambah dengan kondisi pribadinya yang berada dalam kesulitan.Kemudian penguasa yang bijak mengutus seseorang untuk menyampaikan informasi kepadanya, “Meski ini anakmu, namun ia adalah salah seorang rakyatku dan bagian dari umatku. Aku akan mengambilnya darimu untuk kudidik di istana yang indah dan me- gah.” Orang itupun menangis dan meratap, “Tidak, aku tidak akan memberikan dan menyerahkan anakku. Ia pelipur lara bagiku.”Teman-temannya di penjara berkata, “Wahai Fulan, tidak perlu menangis dan bersedih. Jika engkau bersedih karena kasihan pada anak, sesungguhnya ia akan pergi menuju istana yang megah dan luas. Hal itu lebih baik daripada tinggal di penjara yang kotor, busuk, dan sempit ini. Lalu, kalau engkau bersedih karena kepentingan dirimu sendiri, sehingga si anak tetap tinggal di sini dengan tujuan agar engkau bisa mendapat manfaat yang masih belum pasti, ia akan menghadapi berbagai kesulitan di samping penderitaan yang sangat berat. Namun kalau ia pergi kesana, hal itu akan menjadi jalan bagi datangnya ribuan manfaat untukmu. Ia akan menjadi sebab yang membuat penguasa melimpahkan kasih sayangnya kepadamu. Ia juga akan menjadi penolong bagimu. Pasti pada suatu hari sang penguasa ingin membuatnya bahagia dengan mempertemukannya denganmu. Tentu saja, ia tidak akan mengirimnya kepadamu di penjara. Namun engkau yang akan dibawa menemuinya sekaligus mengeluarkanmu dari penjara. Ia akan mengirimmu ke istana agar bisa bertemu dengan anakmu. Hal itu jika engkau memang taat dan percaya kepada penguasa.
Nah, sama dengan contoh di atas, wahai saudaraku, orang- orang beriman sepertimu harus membayangkan hal tersebut saat anak mereka meninggal. Hendaknya mereka berkata, “Anak ini tidak berdosa. Penciptanya Maha Pengasih dan Pemurah. Sebagai ganti dari kasih sayangku yang terbatas dan didikanku yang tidak sempurna, saat ini ia telah berada dalam dekapan rahmat dan pertolongan Ilahi. Ia telah dikeluarkan dari penjara kesulitan, musibah, dan derita duniawi dan dibawa menuju naungan surga firdaus-Nya yang agung. Maka, selamat wahai anakku!”Tidak ada yang tahu apa yang ia lakukan dan bagaimana ia beraktivitas kalau seandainya tetap berada di dunia? Karena itu, aku tidak meratapi kepergiannya. Aku melihatnya bahagia dan beruntung. Adapun rasa sakit yang kurasakan terkait dengan kepentinganku pribadi tidak begitu berat.
Pasalnya, andaikan ia tetap di dunia, ia akan menjadi penawar hati yang menyayangi anak kecil dan aku bisa bermain-main dengannya selama sekitar sepuluh tahun yang dihiasi oleh derita dan duka. Lalu andaikan ia salih dan berbakti serta memiliki kemampuan dalam urusan dunia, ia bisa membantu dan bekerjasama denganku. Namun dengan meninggalnya, ia bisa membuat- ku dapat mencurahkan rasa cinta kepada anak selama sepuluh juta tahun di surga yang kekal. Ia juga bisa menolongku untuk mendapat kebahagiaan abadi. Karena itu, aku tidak terlalu bersedih dengan kepergiannya bahkan meski harus mengorbankan kepentinganku. Sebab, siapa yang kehilangan manfaat dunia yang masih diragukan, namun mendapat ribuan manfaat akhirat yang pasti terwujud, tentu tidak akan memperlihatkan duka lara dan tidak akan meratap putus asa.
ÜÇÜNCÜ NOKTA
Vefat eden çocuk, bir Hâlık-ı Rahîm’in mahluku, memlûkü, abdi ve bütün heyetiyle onun masnûu ve ona ait olarak ebeveyninin bir arkadaşı idi ki muvakkaten ebeveyninin nezaretine verilmiş. Peder ve valideyi ona hizmetkâr etmiş. Ebeveyninin o hizmetlerine mukabil, muaccel bir ücret olarak lezzetli bir şefkat vermiş. Şimdi binden dokuz yüz doksan dokuz hisse sahibi olan o Hâlık-ı Rahîm, mukteza-yı rahmet ve hikmet olarak o çocuğu senin elinden alsa, hizmetine hâtime verse surî bir hisse ile hakiki bin hisse sahibine karşı şekvayı andıracak bir tarzda meyusane hüzün ve feryat etmek ehl-i imana yakışmaz, belki ehl-i gaflet ve dalalete yakışıyor.
DÖRDÜNCÜ NOKTA
Eğer dünya ebedî olsaydı, insan içinde ebedî kalsaydı ve firak ebedî olsaydı elîmane teessürat ve meyusane teellümatın bir manası olurdu. Fakat madem dünya bir misafirhanedir, vefat eden çocuk nereye gitmişse siz de biz de oraya gideceğiz. Ve hem bu vefat ona mahsus değil, umumî bir caddedir. Hem madem müfarakat dahi ebedî değil; ileride hem berzahta hem cennette görüşülecektir. اَل۟حُك۟مُ لِلّٰهِ demeli. O verdi, o aldı. اَل۟حَم۟دُ لِلّٰهِ عَلٰى كُلِّ حَالٍ sabır ile şükretmeli.
BEŞİNCİ NOKTA
Rahmet-i İlahiyenin en latîf, en güzel, en hoş, en şirin cilvelerinden olan şefkat; bir iksir-i nuranidir. Aşktan çok keskindir. Çabuk Cenab-ı Hakk’a vusule vesile olur. Nasıl aşk-ı mecazî ve aşk-ı dünyevî pek çok müşkülatla aşk-ı hakikiye inkılab eder, Cenab-ı Hakk’ı bulur. Öyle de şefkat –fakat müşkülatsız– daha kısa, daha safi bir tarzda kalbi Cenab-ı Hakk’a rabteder.
Gerek peder ve gerek valide, veledini bütün dünya gibi severler. Veledi elinden alındığı vakit, eğer bahtiyar ise hakiki ehl-i iman ise dünyadan yüzünü çevirir, Mün’im-i Hakiki’yi bulur. Der ki: “Dünya madem fânidir, değmiyor alâka-i kalbe.” Veledi nereye gitmişse oraya karşı bir alâka peyda eder, büyük manevî bir hal kazanır.
Ehl-i gaflet ve dalalet, şu beş hakikatteki saadet ve müjdeden mahrumdurlar. Onların hali ne kadar elîm olduğunu şununla kıyas ediniz ki bir ihtiyar hanım, gayet sevdiği sevimli tek bir çocuğunu sekeratta görüp –dünyada tevehhüm-ü ebediyet hükmünce gaflet veya dalalet neticesinde; mevti, adem ve firak-ı ebedî tasavvur ettiğinden– yumuşak döşeğine bedel kabrin toprağını düşünüp gaflet veya dalalet cihetiyle, Erhamü’r-Râhimîn’in cennet-i rahmetini, firdevs-i nimetini düşünmediğinden ne kadar meyusane bir hüzün ve elem çektiğini kıyas edebilirsin.
Fakat vesile-i saadet-i dâreyn olan iman ve İslâmiyet, mü’mine der ki: Şu sekeratta olan çocuğun Hâlık-ı Rahîm’i, onu bu fâni dünyadan çıkarıp cennetine götürecek. Hem sana şefaatçi hem ebedî bir evlat yapacak. Müfarakat muvakkattır, merak etme اَل۟حُك۟مُ لِلّٰهِ اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّٓا اِلَي۟هِ رَاجِعُونَ de, sabret.
اَل۟بَاقٖى هُوَ ال۟بَاقٖى
Said Nursî