KALIMAT PERTAMA

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    11.10, 4 Kasım 2024 tarihinde Ferhat (mesaj | katkılar) tarafından oluşturulmuş 177563 numaralı sürüm ("Ya, kalau engkau melihat seseorang mampu menggiring manusia ke satu tempat dan memaksa mereka melakukan berbagai kewajiban, tentu engkau berkeyakinan bahwa orang itu tidak sedang memeran- kan dirinya dan tidak menggiring manusia atas nama dan kekuatan- nya. Akan tetapi, ia seorang prajurit yang bertindak atas nama negara dan bersandar kepada kekuatan pemimpin." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ

    وَ بِهٖ نَس۟تَعٖينُ

    اَل۟حَم۟دُ لِلّٰهِ رَبِّ ال۟عَالَمٖينَ

    وَ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

    وَ عَلٰى اٰلِهٖ وَ صَح۟بِهٖ اَج۟مَعٖينَ

    Wahai saudaraku! Engkau telah memintaku untuk memberikan beberapa nasihat. Sekarang aku persembahkan beberapa hakikat—sebagai nasihat—da- lam delapan cerita pendek. Simaklah ia bersama diriku yang kurasa lebih membutuhkan nasihat. Cerita tersebut akan kusajikan dalam bentuk perumpamaan militer, mengingat engkau seorang tentara. Dulu nasihat ini pernah kuutarakan secara panjang lebar kepada di- riku dalam delapan “Kalimat” yang kusarikan dari delapan ayat al- Qur’an. Kini aku akan mengutarakannya kepada diriku secara singkat dan dengan bahasa yang sederhana. Siapa yang berminat, mari sa- ma-sama kita menyimaknya!

    KALIMAT PERTAMA

    “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”(QS. al-Fatihah [1]: 1).Bismillâh adalah awal segala kebaikan dan permulaan segala urusan yang penting. Karena itu, kita memulai dengannya. Wahai diri, ketahuilah bahwa di samping sebagai syiar Islam, ka- limat yang baik dan penuh berkah ini merupakan zikir seluruh entitas lewat lisân hâl (keadaan) mereka.

    Jika engkau ingin mengetahui sejauh mana kekuatan bismillâh yang luar biasa dan keberkahannya yang tak pernah habis, maka si- maklah cerita imajiner berikut ini:

    Seorang Badui yang hidup nomaden dan mengembara di padang pasir harus berafiliasi dengan pemimpin kabilah, serta harus berada dalam perlindungannya agar terbebas dari gangguan orang-orang ja- hat, agar bisa menunaikan pekerjaannya, dan agar bisa mendapatkan berbagai kebutuhannya. Jika tidak, ia akan merana sendirian dalam kondisi cemas dan gelisah menghadapi musuh yang tak terkira dan kebutuhan yang tak terhingga.

    Pengembaraan yang sama dilakukan oleh dua orang; yang per- tama rendah hati dan yang kedua sombong. Orang yang rendah hati menisbatkan diri kepada penguasa, sementara yang sombong menolak untuk menisbatkan diri padanya. Keduanya berjalan di padang pasir tersebut. Setiap kali orang yang menisbatkan diri itu singgah di sebuah kemah, ia disambut dengan penuh hormat berkat nama penguasa yang disandangnya. Jika bertemu perompak jalanan, ia berkata, “Aku berjalan atas nama penguasa.” Mendengar hal itu, perompak tadi membi- arkannya pergi. Adapun orang yang sombong, ia menjumpai berbagai cobaan dan musibah yang tak terkira. Pasalnya, sepanjang perjalanan ia terus berada dalam ketakutan dan kecemasan. Ia selalu meminta dikasihani hingga membuat dirinya terhina.

    Oleh karena itu, wahai diri yang sombong, ketahuilah! Engkau laksana pengembara Badui di atas. Dunia yang luas ini adalah padang pasir tersebut. Kefakiran dan ketidakberdayaanmu tak terhingga, serta musuh dan kebutuhanmu tak pernah habis. Jika demikian keadaannya, sandanglah nama Pemilik Hakiki dan Penguasa Abadi dari padang pa- sir ini agar engkau selamat dari sikap meminta-minta pada makhluk serta terbebas dari rasa cemas dalam menghadapi berbagai peristiwa.

    Ya, kalimat bismillâh ini merupakan kekayaan besar yang tidak akan pernah habis. Sebab, dengannya kefakiranmu terpaut dengan sebuah rahmat yang luas dan mutlak lebih luas dari seluruh entitas. Ketidakberdayaanmu juga terpaut dengan sebuah kekuatan besar dan mutlak yang memegang kendali seluruh wujud, mulai dari atom hing- ga galaksi. Bahkan semua kefakiran dan ketidakberdayaanmu menja- di sarana yang diterima oleh Sang Mahakuasa Yang Maha Penyayang, Pemilik Keagungan.

    Orang yang beraktivitas dengan kalimat tersebut bagaikan orang yang bergabung dalam sebuah pasukan. Ia bertindak atas nama negara tanpa merasa takut kepada siapa pun. Sebab, ia berbicarta atas nama undang-undang dan negara sehingga ia dapat menyelesaikan tugas, serta tegar dalam menghadapi apa pun.

    Di awal telah kami sebutkan bahwa semua entitas lewat lisân hâl (keadaannya) mengucap bismillâh. Benarkah demikian?

    Ya, kalau engkau melihat seseorang mampu menggiring manusia ke satu tempat dan memaksa mereka melakukan berbagai kewajiban, tentu engkau berkeyakinan bahwa orang itu tidak sedang memeran- kan dirinya dan tidak menggiring manusia atas nama dan kekuatan- nya. Akan tetapi, ia seorang prajurit yang bertindak atas nama negara dan bersandar kepada kekuatan pemimpin.

    Nah, seluruh entitas juga melakukan tugasnya atas nama Allah Dengan bismillâh, benih-benih yang sangat kecil memikul sejumlah pohon yang sangat besar dan berat.

    Artinya, setiap pohon me- ngucap bismillâh dan mengisi rantingnya dengan buah-buahan yang berasal dari kekayaan rahmat Ilahi guna dipersembahkan kepada kita.

    Setiap kebun mengucap bismillâh sehingga menjadi dapur bagi qudrah ilahi sebagai wadah untuk mematangkan berbagai makanan yang nik- mat.

    Her bir inek, deve, koyun, keçi gibi mübarek hayvanlar Bismillah der. Rahmet feyzinden birer süt çeşmesi olur. Bizlere Rezzak namına en latîf, en nazif, âb-ı hayat gibi bir gıdayı takdim ediyorlar.

    Her bir nebat ve ağaç ve otların ipek gibi yumuşak kök ve damarları, Bismillah der. Sert olan taş ve toprağı deler, geçer. Allah namına, Rahman namına der, her şey ona musahhar olur. Evet, havada dalların intişarı ve meyve vermesi gibi o sert taş ve topraktaki köklerin kemal-i suhuletle intişar etmesi ve yer altında yemiş vermesi hem şiddet-i hararete karşı aylarca nazik, yeşil yaprakların yaş kalması, tabiiyyunun ağzına şiddetle tokat vuruyor. Kör olası gözüne parmağını sokuyor ve diyor ki:

    En güvendiğin salabet ve hararet dahi emir tahtında hareket ediyorlar ki, o ipek gibi yumuşak damarlar, birer asâ-yı Musa (as) gibi فَقُل۟نَا اض۟رِب۟ بِعَصَاكَ ال۟حَجَرَ emrine imtisal ederek taşları şakkeder. Ve o sigara kâğıdı gibi ince, nâzenin yapraklar; birer aza-yı İbrahim (as) gibi ateş saçan hararete karşı يَا نَارُ كُونٖى بَر۟دًا وَ سَلَامًا âyetini okuyorlar.

    Madem her şey manen Bismillah der. Allah namına Allah’ın nimetlerini getirip bizlere veriyorlar. Biz dahi Bismillah demeliyiz. Allah namına vermeliyiz, Allah namına almalıyız. Öyle ise Allah namına vermeyen gafil insanlardan almamalıyız.

    Sual: Tablacı hükmünde olan insanlara bir fiyat veriyoruz. Acaba asıl mal sahibi olan Allah, ne fiyat istiyor?

    Elcevap: Evet, o Mün’im-i Hakiki, bizden o kıymettar nimetlere, mallara bedel istediği fiyat ise üç şeydir. Biri zikir, biri şükür, biri fikirdir.

    Başta Bismillah zikirdir.

    Âhirde Elhamdülillah şükürdür.

    Ortada, bu kıymettar hârika-i sanat olan nimetler, Ehad-i Samed’in mu’cize-i kudreti ve hediye-i rahmeti olduğunu düşünmek ve derk etmek fikirdir. Bir padişahın kıymettar bir hediyesini sana getiren bir miskin adamın ayağını öpüp hediye sahibini tanımamak ne derece belâhet ise öyle de zâhirî mün’imleri medih ve muhabbet edip Mün’im-i Hakiki’yi unutmak, ondan bin derece daha belâhettir.

    Ey nefis, böyle ebleh olmamak istersen Allah namına ver, Allah namına al, Allah namına başla, Allah namına işle. Vesselâm.