Translations:Yirmi Üçüncü Söz/187/id
Kesimpulan: Nafsu ammârah dapat melakukan kejahatan tak terhingga dilihat dari dimensi keburukan dan perusakan yang ada. Adapun dari dimensi kebaikan dan kreasi, maka kemampuan dan potensinya sangat terbatas. Sebab, manusia dapat menghancurkan se- buah rumah dalam satu hari, namun ia tidak dapat membangunnya dalam seratus hari. Nah, jika manusia meninggalkan sikap egoismenya lalu mengharap kebaikan dan wujud dari taufik Ilahi, serta menyerah- kan segala urusan kepada-Nya, kemudian tidak melakukan keburu- kan, perusakan dan tidak mengikuti hawa nafsu serta beristigfar, maka ketika itu ia menjadi hamba Allah yang sempurna. Ia akan menjadi wujud dari ayat yang berbunyi:“Allah menggantikan keburukan mereka dengan kebaikan…” (QS. al-Furqân [25]: 70). Seketika potensi keburukannya yang sangat besar berubah menjadi potensi kebaikan. Ia juga mendapatkan nilai ahsanu taqwîm (bentuk terbaik) sehingga naik menuju tingkatan yang paling tinggi.