77.975
düzenleme
("Semua itu dengan tegas menunjukkan kuasa Penciptanya yang tak terbatas. Matahari, misalnya, yang sejuta kali lebih besar dari planet bumi dan sejuta kali lebih tua darinya, hanyalah lampu permanen serta tungku perapian abadi bagi negeri jamuan Tuhan (bumi). Untuk tetap menjaga nyalanya, setiap hari diperlukan bahan bakar sebanyak lautan bumi, arang sebanyak gunung-gunungnya, dan kayu bakar yang jumlahnya seribu kali bumi. Namun, yang menyalakan- nya—se..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("------ <center> KALIMAT KEDUA BELAS ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEEMPAT BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 20 değişikliği gösterilmiyor) | |||
288. satır: | 288. satır: | ||
Barak musim semi yang sangat besar dan terbentang di muka bumi ini memperlihatkan kepada mereka yang memiliki akal pikiran ke- beradaan Penguasa, Pengatur, dan Pemimpin bumi yang paling agung sesuai dengan “ilmu kemiliteran”. Ia memperkenalkan-Nya kepada mereka lewat tingkat kesempurnaan barak yang besar dan agung inijika dianalogikan dengan barak di atas. Bahkan, ia membuat Pemilik- nya dicintai disertai pujian, pengkultusan dan pengagungan.Contoh kelima: bayangkan ada jutaan lampu listrik yang menge- lilingi sebuah kota menakjubkan tanpa pernah kehabisan bahan bakar. Bukankah hal ini memperlihatkan bahwa terdapat seorang insinyur handal dan genius pada pabrik listrik dan lampu itu? Nah, lampu bin- tang-gemintang yang berada di atap istana bumi di mana menurut “ilmu astronomi” ribuan kali lebih besar dibanding bumi dan lebih cepat dibanding tembakan peluru tanpa pernah merusak sistem, ber- benturan, padam, dan kehabisan bahan bakar sebagaimana yang kalian pelajari. | Barak musim semi yang sangat besar dan terbentang di muka bumi ini memperlihatkan kepada mereka yang memiliki akal pikiran ke- beradaan Penguasa, Pengatur, dan Pemimpin bumi yang paling agung sesuai dengan “ilmu kemiliteran”. Ia memperkenalkan-Nya kepada mereka lewat tingkat kesempurnaan barak yang besar dan agung inijika dianalogikan dengan barak di atas. Bahkan, ia membuat Pemilik- nya dicintai disertai pujian, pengkultusan dan pengagungan.Contoh kelima: bayangkan ada jutaan lampu listrik yang menge- lilingi sebuah kota menakjubkan tanpa pernah kehabisan bahan bakar. Bukankah hal ini memperlihatkan bahwa terdapat seorang insinyur handal dan genius pada pabrik listrik dan lampu itu? Nah, lampu bin- tang-gemintang yang berada di atap istana bumi di mana menurut “ilmu astronomi” ribuan kali lebih besar dibanding bumi dan lebih cepat dibanding tembakan peluru tanpa pernah merusak sistem, ber- benturan, padam, dan kehabisan bahan bakar sebagaimana yang kalian pelajari. | ||
Semua itu dengan tegas menunjukkan kuasa Penciptanya yang tak terbatas. Matahari, misalnya, yang sejuta kali lebih besar dari planet bumi dan sejuta kali lebih tua darinya, hanyalah lampu permanen serta tungku perapian abadi bagi negeri jamuan Tuhan (bumi) | Semua itu dengan tegas menunjukkan kuasa Penciptanya yang tak terbatas. Matahari, misalnya, yang sejuta kali lebih besar dari planet bumi dan sejuta kali lebih tua darinya, hanyalah lampu permanen serta tungku perapian abadi bagi negeri jamuan Tuhan (bumi). | ||
Untuk tetap menjaga nyalanya, setiap hari diperlukan bahan bakar sebanyak lautan bumi, arang sebanyak gunung-gunungnya, dan kayu bakar yang jumlahnya seribu kali bumi. Namun, yang menyalakan- nya—sekaligus menyalakan seluruh bintang lain sejenisnya—tanpa bahan bakar, arang, minyak, dan tanpa pernah padam, serta yang menjalankannya dengan sangat cepat secara bersamaan tanpa pernah berbenturan adalah qudrah yang tak terhingga dan kekuasaan agung yang tak bertepi. | |||
Jagat raya ini berikut sejumlah lampu terang di dalamnya, sesuai “ilmu kelistrikan” yang kalian pelajari, dengan jelas menerangkan keberadaan Penguasa galeri agung di atas. | |||
Ia memperkenalkan keberadaan Dzat Penerang, Pengatur, dan Penciptanya yang agung lewat kesaksian bintang-gemintang yang bersinar. Ia juga membuat-Nya dicintai oleh semua dengan disertai pujian, tasbih, dan penyucian. Bahkan, ia mengantarkan mereka untuk beribadah kepada-Nya. | |||
Contoh keenam: misalkan terdapat sebuah kitab yang pada setiap barisnya dituliskan sebuah buku dengan tulisan yang unik. Lalu, pada setiap katanya terdapat surah al-Qur’an. Seluruh persoalan yang dibahas di dalamnya sarat dengan makna yang mendalam. Semuanya saling mendukung. Kitab menakjubkan tersebut tentu menjelaskan kecakapan penulisnya yang luar biasa. Dengan kata lain, kitab sema- cam itu memperkenalkan penulis dan penyusunnya dengan cara yang sangat terang seterang matahari dan menjelaskan kesempurnaan kapasitasnya. Ia melahirkan rasa kagum dan hormat di hati para pembacanya sehingga mereka terus-menerus memberikan pujian dengan berkata, “Tabârakallâh, subhânallâh, mâsyâ Allâh.” | |||
Demikian pula dengan kitab alam yang besar ini di mana pada satu lembaran darinya yang berupa permukaan bumi serta dalam satu bagiannya yang berupa musim semi, ditulis sekitar 300 ribu jenis buku yang beragam. Yaitu, kelompok hewan dan tumbuhan. Masing-ma- sing laksana sebuah buku. Masing-masing ditulis secara bersamaan dan berbaur tanpa ada yang salah, keliru dan terlupa. Ia ditulis dengan sangat rapi dan sempurna. Bahkan, pada setiap katanya laksana pohon dituliskan sebuah untaian syair yang menakjubkan. Lalu, pada setiap titiknya laksana benih, dituliskan sebuah indeks buku secara sempurna. Sebagaimana hal itu dapat disaksikan dengan jelas di hadapan kita sekaligus memperlihatkan bahwa di baliknya terdapat pena mengalir yang menuliskannya. Kalian dapat mengukur betapa kitab alam yang besar ini, di mana pada setiap katanya terdapat begitu banyak makna dan hikmah yang beragam, serta kalian dapat mengetahui betapa al-Qur’an terbesar yang berwujud konkret berupa alam ini (ayat-ayat kawniyah) menunjukkan Pencipta dan Penulisnya. Demikianlah jika dianalogikan dengan kitab yang disebutkan dalam contoh di atas. Ini sesuai dengan ilmu hikmah yang kalian pelajari, atau seni baca dan tulis, dengan perbandingan yang lebih besar dan pandangan yang luas terhadap jagat raya. Bahkan, kalian dapat memahami bagaimana ia memperkenalkan Sang Pencipta Yang Mahaagung lewat Allâhu Akbar, bagaimana ia mengajari cara penyucian lewat subhanallâh, serta bagaimana membuat kita mencintai Allah dengan pujian alhamdu- lillâh. | |||
Demikianlah, setiap ilmu dari sekian banyak ilmu yang ada menunjukkan keberadaan Sang Pencipta alam, serta memperkenalkan-Nya kepada kita lewat nama-nama-Nya yang mulia, lalu dengan nama-nama tersebut kita dapat mengetahui sifat-sifat dan kesempur- naan-Nya. Hal itu dengan berbagai analogi dan ukuran yang luas, cermin yang khusus, mata yang tajam, dan pandangan yang disertai pengambilan pelajaran. | |||
Kukatakan kepada para siswa yang masih muda itu bahwa hikmah mengapa al-Qur’an mengulang-ulang ungkapan ayat yang berbunyi خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَال۟اَر۟ضَ ‘(Dzat yang) menciptakan langit dan bumi’ dan رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَال۟اَر۟ضِ ‘Tuhan Pemelihara langit dan bumi’ adalah un- tuk menunjukkan kepada hakikat tersebut, untuk menetapkan argumen tauhid yang demikian cemerlang, serta untuk memperkenalkan Sang Pencipta Yang Mahaagung kepada kita. Akhirnya mereka menjawab, “Puji dan syukur yang tak terhingga kami ucapkan kepada Tuhan Sang Pencipta atas pelajaran ini, yang merupakan hakikat mulia. Semoga Allah memberikan balasan terbaik dan rida-Nya kepadamu.” | |||
Kujawab, “Manusia merupakan mesin hidup yang merasakan ribuan penderitaan dan menikmati ribuan jenis kesenangan. Meski sangat lemah, namun manusia memiliki musuh yang tak terhingga, baik yang terlihat ataupun yang tak terlihat. Meski sangat papa, namun ia memiliki keinginan yang tak terhingga, baik yang bersifat lahir maupun batin. Manusia adalah makhluk yang malang, yang senantiasa merasakan derita kehilangan dan perpisahan. Walaupun kondisinya demikian, namun berkat afiliasi dengan Penguasa Yang Mahaagung lewat iman dan ubûdiyah, ia menemukan “titik sandaran” yang sangat kuat, yang menjadi tempat berlindung dari seluruh musuh. Ia juga me- nemukan “titik tambatan” untuk memenuhi semua kebutuhan, keingi- nan, dan impiannya.Jadi, sebagaimana segala sesuatu menisbatkan diri kepada tuan- nya, merasa bangga dengan afiliasi tersebut, serta merasa mulia dengan kedudukan di sisi-Nya, demikian pula dengan manusia. Ketika dengan keimanan ia menisbatkan diri kepada Dzat Mahakuasa yang qudrah- Nya tak terhingga, serta kepada Penguasa Mahakasih yang memiliki rahmat yang luas, lalu ia mengabdi dengan ubudiyah, maka ajal dan kematian berganti dari sebuah kemusnahan abadi menjadi tiket menuju alam abadi. Kalian dapat mengukur betapa manusia sangat menikmati ubudiyahnya kepada Tuhan, merasa senang dengan iman yang terdapat dalam kalbunya, bahagia dengan cahaya Islam, serta bangga dengan Tuhannya yang Mahakuasa dan Penyayang seraya bersyukur atas nikmat iman dan Islam. | |||
Sebagaimana hal itu kunyatakan kepada saudaraku para siswa tersebut, kunyatakan pula kepada para tahanan bahwa: “Siapa yang mengenal dan menaati Allah, akan bahagia meskipun hidup di dalam penjara. Namun, siapa yang melalaikan dan melupakan-Nya, akan sengsara meskipun hidup di dalam istana.” Seorang yang terzalimi pada suatu hari, saat berada di podium kematian, berteriak di hadapan kaum yang zalim dengan sangat baha- gia: “Aku tidak akan berakhir pada kefanaan dan kemusnahan abadi. Namun, aku akan terbebas dari penjara dunia menuju kebahagiaan abadi. Akan tetapi, aku melihat kalian akan dihukum dengan kematian abadi lantaran menganggap kematian itu sebagai suatu kefanaan dan ketiadaan. Dengan demikian, dendamku telah terbalaskan.” Ia pun menyerahkan nyawanya dengan tenang seraya mengucap lâ ilâha illallâh.” | |||
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | ||
< | <span id="Hüve_Nüktesi"></span> | ||
== | ==LANDASAN TAUHID DALAM LAFAL ‘DIA’== | ||
بِاس۟مِهٖ سُب۟حَانَهُ وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ | بِاس۟مِهٖ سُب۟حَانَهُ وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ | ||
اَلسَّلَامُ عَلَي۟كُم۟ وَ رَح۟مَةُ اللّٰهِ وَ بَرَكَاتُهُ اَبَدًا دَائِمًا | اَلسَّلَامُ عَلَي۟كُم۟ وَ رَح۟مَةُ اللّٰهِ وَ بَرَكَاتُهُ اَبَدًا دَائِمًا | ||
Saudaraku yang mulia dan setia! | |||
Lewat perjalanan imajinasi saat menelaah lembaran udara dari sisi materinya, aku menyaksikan secara sepintas sebuah persoalan penting terkait dengan landasan tauhid yang lahir dari kata هُوَ ‘Dia’ yang terdapat pada kalimat لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ‘tiada Tuhan selain Dia’ dan pada kalimat قُل۟ هُوَ اللّٰهُ ‘Katakanlah, ‘Dia adalah Allah Yang Maha Esa’. Di dalamnya aku melihat bahwa jalan iman demikian mudah sampai pada tingkat wajib (mutlak). Sebaliknya, jalan kemusyrikan dan kesesatan berisi berbagai kemustahilan dan kerumitan yang tak terhingga. | |||
Secara singkat aku akan menjelaskan persoalan yang menarik, luas, dan panjang tersebut. | |||
Ya, segenggam tanah dapat menjadi tempat tumbuhnya ratusan tumbuhan jika ia diisi secara bergantian. Apabila masalah ini diserahkan kepada hukum alam dan sebab-sebab materi, berarti dalam segenggam tanah tersebut terdapat ratusan pabrik kecil sebanyak bunga yang ada atau setiap atom yang terdapat dalam tanah itu mengetahui beragam jenis bunga berikut aneka susunan dan perangkatnya. Dengan kata lain, tanah memiliki pengetahuan komprehensif dan kemampuan yang menyerupai pengetahuan dan ke- mampuan Tuhan. | |||
Demikian pula dengan udara yang merupakan salah satu tempat manifestasi perintah dan kehendak Ilahi. Setiap bagiannya yang berupa angin, bahkan udara yang terdapat dalam bagian napas manusia yang kecil ketika mengucap kata هُوَ memiliki tugas yang tak terhingga. | |||
Andaikan tugas tersebut diserahkan kepada hukum alam, proses kebetulan, dan sebab-sebab materi, maka bisa jadi udara itu menjadi pusat pengiriman dan penerimaan bagi seluruh suara dan pembicaraan telegraf, telepon, dan radio berikut jenis-jenisnya yang tak terhingga, serta memiliki kemampuan untuk menunaikan sejumlah tugas itu dalam waktu yang bersamaan. Atau, bisa jadi bagian udara yang terdapat dalam kata هُوَ dan setiap bagian darinya, serta setiap partikelnya memiliki sosok maknawi dan potensi sebanyak semua orang yang berbicara lewat telepon, semua orang yang mengirimkan bera- gam telegram, serta semua orang yang menyiarkan pembicaraan dari radio di mana ia mengetahui bahasa dan dialek mereka seraya mengajarkan dan menyebarkannya kepada partikel yang lain. Sebab, sebagian dari kondisi tersebut terlihat jelas oleh kita dan seluruh unsur udara memiliki potensi di atas. | |||
Jadi, tidak hanya terdapat satu kemustahilan di jalan kekufuran kaum materialis dan naturalis, namun terdapat begitu banyak kemustahilan yang jelas, serta kerumitan dan persoalan sebanyak partikel udara. | |||
Namun, jika persoalannya diserahkan kepada Sang Pencipta Yang Mahaagung, maka udara berikut semua partikelnya menjadi prajurit yang siap untuk menerima perintah. Ketika itulah partikel-partikel tersebut menunaikan semua tugasnya yang beragam dan tak terhingga dengan izin dan kekuatan Tuhan, dengan bernisbat kepada-Nya, serta dengan wujud kuasa Penciptanya yang begitu cepat secepat kilat, semudah bagaimana satu partikel menunaikan tugasnya, dan semu- dah mengucap kata هُوَ. Dengan kata lain, udara menjadi lembaran luas dari tulisan pena qudrah Ilahi yang rapi, menakjubkan, dan tak terhingga. Sementara partikel-partikelnya merupakan permulaan pena tersebut, dan tugas partikel merupakan titik pena qadar-Nya. Dengan begitu, persoalannya menjadi mudah semudah gerakan satu partikel. | |||
Aku melihat hakikat ini dengan sangat jelas dan rinci secara langsung ketika menyaksikan alam udara dan mempelajari lembarannya dalam perenunganku terhadap kalimat لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ dan قُل۟ هُوَ اللّٰهُ. Dengan yakin aku menyadari bahwa dalam hembusan udara pada kata هُوَ terdapat bukti kuat akan keesaan-Nya di mana ia berisi petunjuk mutlak yang tersembunyi dari kata ganti ‘Dia’. Yakni, ke mana ia mengacu? Ketika itu aku mengetahui mengapa al-Qur’an dan para pezikir mengulang-ulang kata tersebut dalam kedudukan tauhid. | |||
Ya, kalau misalkan seseorang ingin meletakkan satu titik di atas kertas putih dalam satu waktu, maka akan sangat mudah baginya. Namun jika orang tersebut diminta untuk meletakkan beberapa titik pada sejumlah tempat dalam satu waktu, maka tentu akan mengalami kesulitan. Demikian pula sebuah entitas kecil takkan mampu menunaikan berbagai tugas dalam satu waktu secara bersamaan. Karena itu, dapat dipastikan bahwa sistem dan tatanan yang ada menjadi berantakan ketika secara bersamaan banyak kata yang terucap dari mulut dan masuk ke telinga. | |||
Namun, aku menyaksikan dengan ‘ainul yaqin dan dengan petunjuk yang terdapat pada kata tersebut, di mana ia menjadi kunci dan kompas, bahwa beragam titik yang jumlahnya ribuan, serta huruf dan kata diletakkan pada setiap bagian udara yang kutelaah. Bahkan, seluruhnya dapat diletakkan pada pundak sebuah partikel tanpa terjadi kekeliruan atau kerusakan sistem. Padahal di waktu yang sama partikel tersebut menunaikan sejumlah tugas lain yang sangat banyak, namun tidak membuatnya bingung, serta memikul beban amat berat namun tidak terlihat lemah dan malas. Jadi, kita melihatnya mampu menunaikan tugasnya yang beragam secara rapi. Pasalnya, terdapat jutaan kata beragam yang masuk ke dalam partikel-partikel itu dalam bentuk dan suara yang berbeda-beda. Lalu, ia keluar darinya secara teratur sebagaimana ketika masuk tanpa ada yang keliru dan tidak saling merusak. Seolah-olah partikel tersebut memiliki telinga kecil yang dapat mendengar serta lisan kecil sehingga kata demi kata masuk ke telinga dan keluar lewat lisannya yang kecil itu. | |||
Di samping berbagai hal yang menakjubkan tersebut, setiap par- tikeldan setiap bagian udara—berkeliling secara bebas seraya berzikir menyebut Penciptanya lewat lisân hal dengan penuh cinta seraya mengucap لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ danقُل۟ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ dengan lisan dan kesaksian hakikat yang telah disebutkan di atas.Ketika tiupan angin membadai, ketika suara petir menggelegar, dan ketika kilat berkilau di angkasa, udara berubah menjadi gelombang besar yang menggulung-gulung. Namun, partikelnya tetap terta- ta dan tetap menunaikan tugasnya. Pekerjaaan yang satu tidak menyi- bukkannya dari yang lain. | |||
Demikianlah hakikat tersebut kulihat dengan ‘ainul yaqîn. Jadi, mungkin setiap partikel dan setiap bagian udara memiliki pengeta- huan, hikmah, kehendak, kekuatan, qudrah, dan dominasi yang bersifat mutlak atas seluruh partikel agar dapat menunaikan tugasnya yang beragam secara benar. Ini tentu saja mustahil dan batil. Bahkan setan mana pun tidak pernah mengatakan hal semacam itu. | |||
Karena itu, sudah pasti dengan haqqul yaqîn, ‘ainul yaqîn, dan ilmul yaqîn bahwa lembaran udara merupakan lembaran yang terus berubah di mana padanya Sang Pencipta menulis sesuai pengeta- huan-Nya yang mutlak tentang apa saja yang Dia kehendaki dengan pena qudrah dan qadar-Nya yang Dia gerakkan dengan hikmah-Nya yang bersifat mutlak. Ia laksana “papan penghapusan dan penetapan” di alam yang senantiasa berubah bagi urusan yang telah dituliskan di Lauhil mahfudz. | |||
Jadi, sebagaimana udara menunjukkan manifestasi keesaan lewat sejumlah hal menakjubkan yang telah disebutkan, yaitu ketika menunaikan salah satu tugasnya dengan memindahkan suara, pada waktu yang sama ia juga menjelaskan secara gamblang berbagai kemustahilan yang tak terhingga dari sebuah kesesatan. Ia juga menunaikan sejumlah tugas dengan sangat penting dan rapi tanpa keliru atau salah. Misalnya, memindahkan sejumlah unsur halus, seperti listrik, gaya tarik, gaya dorong dan sinar. Di samping itu, ia masuk ke sejumlah tumbuhan dan hewan lewat proses bernapas di mana mampu menu- naikan tugas kehidupan dengan sangat baik. Kemudian, ia pun memiliki tugas lain memindahkan benih-benih penyerbukan.Begitulah seterusnya, berbagai tugas penting yang ia lakukan untuk melangsungkan kehidupan. Semua itu menegaskan bahwa udara merupakan arasy (tempat perwujudan) agung yang menunaikan perintah dan kehendak Ilahi yang mulia. | |||
Ia juga menegaskan dengan ainul yaqîn bahwa unsur kebetulan, sebab-sebab materi, dan berbagai benda yang lemah, mati, dan bodoh, tak mungkin ikut campur dalam proses penulisan yang menakjubkan pada lembaran udara dan dalam penunaian tugasnya secara cermat. Dengan ainul yaqîn aku meyakini dan memahami bahwa setiap partikel dan setiap bagian udara melalui lisân hal-nya mengucap لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ dan قُل۟ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ. Sebagaimana dari sisi fisik udara aku menyaksikan semua hal menakjubkan tersebut dengan kunci ini, yaitu dengan kunciهُوَ , maka seluruh unsur udara juga laksana kataهُوَ. | |||
Proses kebetulan, kekuatan buta, alam yang tuli, dan sebab-sebab yang mati mustahil dan tidak mungkin ikut serta dalam tulisan penuh hikmah tersebut. | |||
Beribu-ribu hormat dan salam untuk semua. | |||
------ | ------ | ||
<center> [[On İkinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[On Dördüncü Söz]] </center> | <center> [[On İkinci Söz/id|KALIMAT KEDUA BELAS]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[On Dördüncü Söz/id|KALIMAT KEEMPAT BELAS]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme