78.073
düzenleme
("Dalam kondisi sempit dan tercekik itu, tiba-tiba terbuka tiga jalan di hadapan kita yang mengantar menuju alam bersinar. Kita pernah mendatangi dan menyaksikannya sebelumnya. Maka kitapun menyusuri ketiga jalan itu satu persatu.Jalan pertama: sebagian besar manusia melewatinya. Ia adalah wisata di sekitar alam. Wisata tersebut menarik kita kepadanya." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 74 değişikliği gösterilmiyor) | |||
1.619. satır: | 1.619. satır: | ||
Dalam kondisi sempit dan tercekik itu, tiba-tiba terbuka tiga jalan di hadapan kita yang mengantar menuju alam bersinar. Kita pernah mendatangi dan menyaksikannya sebelumnya. Maka kitapun menyusuri ketiga jalan itu satu persatu.Jalan pertama: sebagian besar manusia melewatinya. Ia adalah wisata di sekitar alam. Wisata tersebut menarik kita kepadanya. | Dalam kondisi sempit dan tercekik itu, tiba-tiba terbuka tiga jalan di hadapan kita yang mengantar menuju alam bersinar. Kita pernah mendatangi dan menyaksikannya sebelumnya. Maka kitapun menyusuri ketiga jalan itu satu persatu.Jalan pertama: sebagian besar manusia melewatinya. Ia adalah wisata di sekitar alam. Wisata tersebut menarik kita kepadanya. | ||
Kita berada di dalamnya dengan berjalan kaki. Kita dihadapkan pada lautan pasir di padang yang luas ini. Lihat bagaimana ia marah kepada kita. Ia demikian marah dan membuat kita gelisah. | |||
Lihatlah gelombang laut yang laksana gunung itu. Ia murka kepada kita. Sekarang kita berada di sisi lain. Alhamdulillah kita bisa bernafas lega. Kita melihat | |||
wajah matahari yang bersinar. | |||
Akan tetapi, tidak ada satupun yang mampu mengukur berbagai derita yang kita rasakan. Hanya saja, sangat disayangkan kita kembali lagi ke bumi yang merisaukan di mana ia ditutupi oleh mendung yang gelap. Kita sangat membutuhkan alam yang bersinar yang membuka basirah (mata hati) kita. | |||
Jika engkau memiliki keberanian luar biasa, sertai diriku di jalan yang penuh bahaya ini. Kita akan melintasinya dengan gagah berani. Ia adalah: | |||
Jalan kedua: Kita menembus tabiat alam. Kita tembus ia agar kita bisa sampai ke sisi lain. Kita melalui berbagai terowongan alamiah yang terdapat di bumi dalam kondisi takut. Pada suatu saat aku pernah menyaksikan jalan ini dan melaluinya dengan rasa takut dan gundah. | |||
Namun di tanganku terdapat alat dan perangkat yang bisa meluluhkan tanah alam materi sekaligus menembus dan melapangkan jalan. Perangkat tersebut diberikan oleh al-Qur’an di jalan ketiga. | |||
Wahai saudaraku, jangan tinggalkan diriku. Ikuti aku dan jangan pernah takut. Lihatlah di depanmu terdapat sejumlah goa seperti te- rowongan bawah tanah. Ia menantikan kita dan akan melapangkan jalan kita menuju sisi lain. | |||
Jangan takut dengan kerasnya alam. Sebab, di balik wajah masam dan dingin terdapat wajah di mana pemiliknya tersenyum. Materi al- Qur’an tersebut adalah materi yang memancarkan kilau seperti radium. | |||
Kabar gembira wahai saudaraku. Kita telah keluar menuju alam yang bersinar. Lihatlah bumi yang indah ini dan langit yang indah. | |||
Tidakkah engkau mau mengangkat kepala untuk menyaksikan hal ini yang menutup seluruh permukaan langit. | |||
Ia adalah al-Qur’an al- Karim; Pohon Tuba surga. Ia membentangkan dahan-dahannya ke seluruh penjuru alam. Yang harus kita lakukan hanyalah bergantung kepada ranting yang bergelayutan. Ia berada di dekat kita untuk mengantar kita menuju ke sana. | |||
Yaitu menuju pohon samawi yang tinggi. | |||
Syariat yang mulia adalah miniatur dari pohon penuh berkah itu. Kita mampu mencapai alam yang bersinar itu lewat jalan tersebut, jalan syariat, tanpa ada kesulitan. | |||
Hanya saja kita salah jalan. Marilah kita kembali ke tempat semula untuk meniti jalan yang lurus tersebut. Lihat, ia adalah:Jalan ketiga: Sang da’i agung berdiri tegak di atas puncak yang tinggi. | |||
Ia menyeru dengan berkata, “Marilah menuju alam cahaya!” Ia mensyaratkan doa dan salat. Ia tidak lain sang penyeru agung, Muhammad x. | |||
Lihatlah gunung itu. Gunung petunjuk. Ia menembus awan dan langit. Lihatlah gunung syariat yang menjulang. Ia memperindah dan menghias wajah bumi kita. | |||
Kita harus terbang dengan penuh tekad untuk melihat cahaya di sana dan melihat kilau keindahan. | |||
Ya, di sini terdapat Uhud Tauhid; gunung yang dicinta dan mulia. | |||
Di sana juga terdapat gunung Judi Islam; gunung yang paling tinggi; gunung keselamatan dan kedamaian. | |||
Ini adalah gunung Qamar (Qumr); al-Qur’an yang bersinar. Darinya mengalir air Nil yang segar. Minumlah air segar dan salsabil itu dengan penuh nikmat. | |||
Maha mulia Allah; Pencipta yang paling baik. | |||
Akhirnya kami ucapkan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. | |||
Wahai saudaraku, sekarang lemparkan khayalan tersebut dan pergunakan akalmu.Jalan yang pertama dan kedua adalah jalan “Orang-orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.” Keduanya berisi banyak bahaya. Keduanya selalu dalam kondisi musim dingin tanpa ada musim semi. Bahkan barangkali hanya satu dari seratus orang yang melewati jalan itu yang selamat, seperti Plato dan Socrates. | |||
Adapun jalan ketiga adalah jalan yang lapang dan singkat. Sebab, ia lurus dan istikamah. Orang yang lemah atau yang kuat sama saja, semuanya bisa melewatinya. Jalan yang paling baik dan paling selamat adalah ketika Allah memberimu mati syahid dan kemuliaan jihad. | |||
Sekarang kita berada di ambang hasil. Kelicikan meniti dua jalan pertama.Sementara petunjuk al-Qur’an; jalan yang lurus, adalah jalan ketiga. Itulah yang mengantar kita ke sana. | |||
Ya Allah, tunjukkan kami ke jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang kau beri nikmat. | |||
Bukan jalan orang yang dimurka dan bukan pula jalan orang yang sesat. Amin. | |||
*** | |||
==Seluruh Derita terdapat dalam Kesesatan dan Semua Nikmat terdapat dalam Iman== (Hakikat Agung yang Memakai Busana Khayalan) | |||
= | |||
Wahai sahabat yang cerdas, jika engkau ingin melihat perbedaan yang jelas antara “jalan yang lurus”; jalan yang bersinar itu, dengan jalan orang yang Allah murkai dan jalan orang yang sesat; | |||
jalan yang gelap tersebut, marilah ambil ilusimu dan naiki khayalanmu. Kita akan pergi bersama-sama menuju gelapnya ketiadaan; kuburan besar yang penuh orang mati. Dzat Mahakuasa yang Mahaagung telah mengelu- arkan kita dari kegelapan tersebut lewat tangan qudrah-Nya serta menaikkan kita kepada wujud ini. | |||
Dia menghadirkan kita ke dunia yang kosong dari kenikmatan hakiki. | |||
Sekarang kita telah datang ke alam ini; alam wujud, sebuah padang yang luas. Mata kita telah terbuka. Kita melihat enam penjuru arah. Kita luruskan pandangan kita ke depan. | |||
Tiba-tiba sejumlah bencana dan derita hendak menyambar kita laksana musuh. Kitapun menjadi takut kepadanya dan mundur. | |||
Lalu kita melihat ke sisi kanan dan kiri seraya meminta belas kasih dari sejumlah unsur dan alam. Namun mereka berhati kesat, tidak memiliki kasih sayang. Mereka memperlihatkan giginya menatap kita dengan tatapan jahat. | |||
Mereka tidak bisa mendengar seruan dan tidak melunak ketika terus diminta. Maka, kitapun mengangkat penglihatan kita ke atas untuk meminta bantuan dari benda-benda langit.Akan tetapi, kita melihat mereka demikian menakutkan dan sedang memberikan ancaman. | |||
Pasalnya, mereka laksana bom yang meluncur dengan sangat cepat menembus angkasa tanpa ada benturan. | |||
Andaikan mereka salah jalan dan menyimpang, tentu akan membelah jantung alam, alam nyata. Wal’iyâdzu billah. Bukankah urusannya diserahkan kepada proses kebetulan. Apakah ada kebaikan yang berasal darinya. | |||
Kitapun mengalihkan perhatian dari arah ini dengan rasa putus asa. Kita berada dalam kondisi sangat bingung. Kita tundukkan kepala kita seraya melihat ke dalam diri guna melihat isinya. | |||
Seketika kita men- dengar ribuan teriakan rasa butuh dan rintihan kepapaan. Semuanya bersumber dari diri yang lemah ini. Akhirnya, saat membutuhkan pelipur lara kita malah berada dalam kegalauan. Jadi, arah ini juga tidak memberikan manfaat. | |||
Lalu kita pergi ke dalam jiwa. Kita mencari sebuah obat. Akan tetapi, sungguh sangat disayangkan, di sana tidak ada obat. Padahal obat harus ada. Sebab ribuan harapan, keinginan, serta ribuan perasaan berbaur membentang ke sisi-sisi alam. | |||
Semuanya mendatangi kita dalam kondisi ketakutan. Kita lemah tak mampu memberikan pertolongan. | |||
Berbagai harapan berbaur dalam diri manusia hingga sisi-sisinya membentang dari alam azali menuju keaba- dian. Bahkan andai ia melumat seluruh dunia, tetap takkan pernah kenyang. | |||
Begitulah kemanapun kita mengarah, ujian dan bencana selalu menghadang. Itulah jalan orang yang sesat dan dimurkai. Sebab, pandangan mereka mengarah kepada proses kebetulan dan kesesatan. | |||
Kalau kita mengikuti pandangan tersebut, kita akan jatuh ke dalam kondisi yang sama. Kita akan melupakan waktu yang ditentukan oleh Sang Pencipta berikut kebangkitan, awal dan tempat kembali. | |||
Hal itu lebih menyakitkan jiwa ketimbang neraka Jahanam dan lebih membakar. Apa yang kita peroleh dari keenam arah di atas hanyalah kondisi yang tersusun dari ketakutan, keterkejutan, kelemahan, kerisauan, disertai keputusasaan. | |||
Itulah yang melukai jiwa. Maka, marilah kita berusaha menolak dan menghadapinya. | |||
Pertama-tama kita mulai dengan melihat kemampuan kita. | |||
Sungguh sangat menyedihkan! Ia sangat lemah dan papa. | |||
Kemudian kita berusaha memenuhi berbagai kebutuhan diri yang sedang dahaga. | |||
Ia terus berteriak, namun tidak ada yang mau mendengar dan menolong untuk memenuhi berbagai harapan yang ia minta. | |||
Kita mengira seluruh yang berada di sekitar kita sebagai musuh. Semuanya asing. Kita tidak merasa bersahabat dan dekat. Tidak ada yang membuat diri menjadi tenang. Tak ada kesenangan dan kenik- matan hakiki. | |||
Setelah itu, setiap kali melihat berbagai benda langit, jiwa ini dipenuhi rasa takut, gelisah dan resah. Akal juga dipenuhi sejumlah ilusi dan keraguan. | |||
Wahai saudaraku, inilah jalan kesesatan. Itulah esensinya. Kita telah melihat gelap kekufuran yang demikian pekat di dalamnya.Sekarang marilah wahai saudaraku kita kembali kepada ketiadaan. | |||
Lalu kita kembali darinya. Jalan kita saat ini adalah jalan yang lurus (shirath al-mustaqim). Petunjuk kita adalah pertolongan ilahi. Serta pemimpin kita adalah al-Qur’an al-Karim. | |||
Ya, ketika kita menginginkan Tuhan Yang Maha Pemurah, qudrah-Nya mengeluarkan kita dari ketiadaan sebagai bentuk rahmat dan karunia dari-Nya. | |||
Ia menaikkan kita kepada hukum kehendak ilahi serta menjalankan kita di atas berbagai fase dan tingkatan. Dia Yang Maha Belas kasih membawa kita dan memberikan kepada kita pakaian wujud. | |||
Dia memuliakan kita dengan kedudukan amanah yang tandanya berupa salat dan doa. Seluruh tingkatan dan fase menjadi salah satu titik kelemahan dalam perjalanan panjang kita ini. Takdir dan ketentuan telah menuliskan berbagai urusannya di atas dahi kita untuk memberikan kemu- dahan. | |||
Di manapun kita berada sebagai tamu, kita disambut dengan sangat hangat. Kita serahkan apa yang ada pada kita dan sekaligus kita terima aset mereka. | |||
Demikianlah, bisnis mengalir dengan penuh cinta dan kesetaraan. Mereka menjamu dan memberikan berbagai hadiah kepada kita. Begitulah kita berjalan di atas jalan ini sehingga sampai ke pintu dunia. Dari sana kita mendengar berbagai suara. | |||
Sekarang kita telah mendatangi dan memasukinya. Kaki telah menginjak alam nyata, galeri Tuhan Yang Maha Pemurah, pameran kreasi-Nya, tempat keriuhan manusia. Kita masuk dalam kondisi tidak mengetahui seluruh yang terdapat di sekitar kita. | |||
Petunjuk dan pemimpin kita hanya kehendak ilahi. Sementara wakilnya berupa mata kita yang halus. | |||
Saat ini mata kita telah terbuka. Kita arahkan ia kepada berbagai penjuru dunia. Ingatkah ia pada saat kita pertama kali datang ke sini?! | |||
Saat kita dulu yatim dan asing di antara musuh yang jumlahnya tak terhitung tanpa ada yang menolong dan melindungi.Adapun sekarang cahaya iman menjadi titik sandaran kita. Ia adalah pilar yang kokoh dalam menghadapi musuh. | |||
Ya, iman kepada Allah merupakan cahaya kehidupan, sinar jiwa, dan ruh arwah kita. Kalbu ini demikian percaya kepada Allah tanpa peduli kepada musuh. Bahkan kita tidak memosisikannya sebagai musuh. | |||
Pada jalan pertama, kita masuk ke dalam jiwa dan perasaan. Kita mendengar ribuan teriakan dan permintaan tolong. Maka, kita merasa takut dengan ujian yang menimpa. Pasalnya, berbagai harapan, keinginan, perasaan dan potensi mengharapkan keabadian. | |||
Kita tidak tahu bagaimana cara memenuhinya. Kebodohan berasal dari kita, sementara teriakan bersumber dari mereka. | |||
Namun sekarang alhamdulillah, kita telah menemukan titik sandaran yang menghidupkan harapan dan potensi. Ia mengarahkannya ke jalan keabadian. | |||
Darinya semua potensi dan harapan meminum air kehidupan. Masing-masing berupaya menyempurnakan diri. | |||
Titik yang dirindukan itu (titik sandaran) adalah poros iman kedua. Yaitu iman kepada kebangkitan. Kebahagiaan yang kekal merupakan mutiara darinya. Petunjuk iman berupa al-Qur’an dan jiwa sebagai rahasia insani. | |||
Wahai saudaraku, angkat kepalamu! Arahkan pandangan ke alam. Ajaklah mereka berbicara. Sebelumnya di jalan pertama ia tampak liar dan meresahkan. Namun sekarang ia tersenyum dan menebarkan kegembiraan. | |||
Bukankah mata kita seperti lebah yang terbang menuju seluruh sisi di kebun alam ini. Seluruh bunga di semua tempat mulai mekar seraya menghembuskan aroma semerbak. Di setiap sisi terdapat pelipur lara. Semuanya berisi cinta. | |||
Ia menyerap semua persembahan yang baik dan meneteskan bukti kesaksian; madu di atas madu. Setiap kali penglihatan kita menatap gerakan bintang dan matahari, ia menisbatkannya kepada tangan hikmah Sang Khalik. | |||
Maka, ia memberikan pelajaran dan wujud rahmat sehingga seolah-olah matahari berbicara kepada kita dengan berkata: | |||
“Wahai saudara-saudaraku, jangan takut dan risau denganku. Selamat datang kuucapkan kepada kalian. Kalian adalah bagian dari keluarga. Kalian pemilik rumah ini. Aku hanya diperintah untuk menerangi kalian. | |||
Sama dengan kalian, aku juga merupakan pelayan taat yang ditugaskan oleh Dzat Yang Mahaesa dan Kekal untuk menerangi kalian lewat rahmat dan karunia-Nya. Aku harus memberikan cahaya dan kehangatan, sementara kalian harus berdoa dan melaksanakan salat. | |||
Wahai fulan, tidakkah engkau melihat bulan, bintang, dan lautan. Dengan lisan khususnya, semuanya memberikan sambutan seraya berkata, ‘Marilah, selamat datang bagi kalian.’” | |||
Wahai saudaraku, lihatlah dengan perspektif tolong-menolong. Perhatikan lewat seluruh bentuk keteraturan. Semuanya berkata, “Kami juga pelayan yang mendapat tugas. Kami adalah cermin rahmat Tuhan. Kami tidak pernah bosan dalam bekerja. Karena itu, jangan merasa tidak nyaman dengan kami!” | |||
Jangan kalian takut dengan suara gempa dan berbagai peristiwa. Semuanya adalah alunan zikir, tasbih dan tahlil doa. | |||
Ya, Dzat yang mengirim kalian ke sini adalah Dzat Maha Agung dan indah yang menggenggam kendali mereka. Mata iman membaca tanda-tanda rahmat Tuhan pada wajahnya. | |||
Wahai mukmin, wahai pemilik kalbu yang terjaga! Biarkan mata kita istirahat. Sebagai gantinya kita serahkan telinga kita untuk beriman. Dari dunia kita dengarkan sejumlah irama yang memikat. | |||
Sejumlah suara yang terus meninggi di jalan kita sebelumnya di mana kita mengiranya sebagai suara ratapan umum dan berita kematian, ternyata di jalan ini merupakan zikir, tasbih, tahmid dan syukur. | |||
Deru angin, suara petir, dan desir ombak adalah tasbih yang mulia. Sementara gemuruh hujan dan kicau burung merupakan tahlil rahmat Tuhan. | |||
Semuanya adalah kiasan yang mengarah kepada sebuah hakikat. Ya, bunyi segala sesuatu merupakan gema wujudnya. Ia hendak berkata, “Aku ini ada.” | |||
Begitulah semua entitas bersama-sama berujar, “Wahai manusia yang lalai, jangan menganggap kami sebagai benda tak bernyawa. | |||
Burung berkicau dalam merasakan nikmat atau turunnya rahmat. Burung mencicit dengan suara yang memikat lewat mulut yang kecil untuk menyambut turunnya rahmat yang dipersembahkan. Ya, nikmat turun kepadanya dan rasa syukur menjaganya. | |||
Secara simbolis ia berkata, “Wahai entitas, wahai saudara-saudaraku, betapa kondisi kita sangat menyenangkan. Kita ditumbuhkan dalam suasana penuh kasih sayang. Kami rela dengan kondisi yang kami rasakan.” Begitulah ia mendendangkan nyanyiannya dengan paruhnya yang halus sehingga mengubah seluruh entitas menjadi sebuah musik yang indah. | |||
Cahaya iman itulah yang mendengar gema zikir dan alunan tasbih di mana ia tidak terjadi secara kebetulan dan begitu saja. | |||
Wahai teman, kita sekarang meninggalkan alam imajiner ini. Kita berada di depan gerbang akal dan masuk ke wilayahnya untuk mengukur semua urusan dengan timbangannya agar bisa membedakan berbagai jalan yang beragam tadi. | |||
Jalan kita yang pertama adalah jalan orang yang dimurkai dan orang yang sesat. Ia benar-benar membuat jiwa terasa pedih dan tersiksa. Rasa pedih itu memenuhi semua sisi. | |||
Maka, kitapun menipu diri agar bisa selamat dari kondisi tersebut. Kita berusaha membuatnya tenang, tidur dan lupa. Jika tidak, kita tidak mampu menghadapi berbagai teriakan dan ratapan yang tanpa henti. | |||
Hawa nafsu menumpulkan perasaan dan syahwat menghendaki permainan guna menipu jiwa dan membuatnya terlupa sehingga tidak merasa sakit. | |||
Sebab perasaan tersebut membakar jiwa sehingga nyaris tak mampu berteriak akibat pedihnya derita. Pedihnya keputusasaan memang sangat sulit diatasi. | |||
Pasalnya, setiap kali jiwa dan perasaan ini jauh dari jalan yang lurus, kondisinya bertambah parah. Bahkan setiap kenikmatan meninggalkan jejak kepedihan. | |||
Gemerlap peradaban yang bercampur dengan syahwat dan hawa nafsu sama sekali tidak berguna. Ia hanyalah balsam yang rusak dan racun yang menghipnotis kesusahan di mana ia melahirkan kesesatan. | |||
Karena itu, wahai sahabat, kita telah merasa lapang di jalan kedua yang bercahaya ini. Ia merupakan sumber kenikmatan dan kehidupan. Bahkan di dalamnya seluruh derita berubah menjadi nikmat. Begitulah yang kita ketahui. | |||
Ia memberikan ketenangan ke dalam ruh—sesuai dengan kadar kekuatan iman. Tubuh juga merasa nikmat dengan kenikmatan yang dirasakan oleh ruh. Sementara ruh sendiri merasa nyaman dengan kenikmatan yang didapat oleh jiwa dan perasaan. | |||
Dalam jiwa terdapat kebahagiaan yang segera. Ia merupakan surga firdaus maknawi yang bercampur dalam relung kalbu. Proses tafakkur meneteskannya kepada manusia. Sementara perasaan adalah sesuatu yang memperlihatkannya. | |||
Sekarang kita mengetahui bahwa nikmat semakin bertambah, neraka kehidupan berubah menjadi cahaya, serta musim dinginnya berubah menjadi musim panas sesuai dengan kadar keterjagaan kalbu, gerakan kesadaran jiwa, dan perasaan ruh. | |||
Begitulah, pintu-pintu surga terbuka lebar dalam jiwa, dan dunia pun berubah menjadi surga yang luas yang menjadi tempat ruh bertamasya. Bahkan ia terbang mengalahkan burung dengan sayap salat dan doa. | |||
Kutitipkan dirimu kepada Allah wahai sahabat. Marilah kita saling mendoakan. Sekarang kita berpisah dan sampai berjumpa lagi. | |||
Ya Allah, tunjukkan kami jalan yang lurus. | |||
==Jawaban yang Ditujukan kepada Gereja Anglikan== | |||
== Anglikan | Suatu hari seorang pastur yang memendam kedengkian, sang politikus penipu, dan musuh utama Islam bertanya tentang empat hal. | ||
Ia meminta jawaban tentangnya dalam enam ratus kata. | |||
Ia bertanya untuk memunculkan keraguan dengan sikap sombong dan angkuh. Serta dalam kondisi sulit di mana negaranya mengekang kita. | |||
Karena itu, jawaban yang selayaknya diberikan adalah, “Semoga engkau celaka!” disertai sikap diam kepadanya karena marah atas makarnya di samping perlu memberikan jawaban mematikan yang laksana palu baginya dalam menghadapi pengingkarannya. Aku tidak memosisikannya sebagai lawan bicaraku. Namun jawaban-jawaban kami ha- nya diberikan kepada orang yang mau mendengar dan mencari kebenaran, yaitu sebagai berikut: | |||
Pada pertanyaan pertama ia berkata, “Apa agama Muhammad?” Kukatakan, “Ia adalah al-Qur’an al-Karim. Tujuan utamanya adalah mengokohkan enam rukun iman dan menanamkan lima rukun Islam.” | |||
Pada pertanyaan kedua ia berkata, “Apa yang beliau persembahkan untuk pemikiran dan kehidupan?” “Beliau mempersembahkan tauhid untuk pemikiran dan sikap yang lurus (istikamah) dalam kehidupan.” | |||
Dalilnya adalah firman Allah, “Katakanlah, ‘Dia Allah Yang Mahaesa.’” (QS. al-Ikhlas [112]: 1) dan “Istikamahlah sebagaimana yang diperintahkan padamu!” (QS. Hud [11]: 112). | |||
Pada pertanyaan ketiga ia berkata, “Bagaimana beliau bisa menangani berbagai konflik yang terjadi saat ini?” “Dengan mengharamkan riba dan mewajibkan zakat.” Dalilnya adalah firman Allah, | |||
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 275) | |||
“Allah memusnahkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 276). “Tegakkan salat dan tunaikan zakat.” (QS. al-Baqarah [2]: 43). | |||
Pada pertanyaan keempat ia berkata, | |||
“Bagaimana beliau melihat berbagai ketimpangan yang terjadi pada umat manusia?” “Bekerja adalah landasan utamanya. Serta upaya agar aset kekayaan manusia tidak terkumpul pada orang-orang zalim. | |||
Dalilnya, | |||
“Manusia mendapatkan apa yang ia usahakan.” (QS. an-Najm [53]: 39), | |||
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak mau menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kepada mereka kabar buruk berupa siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah [9]: 34). | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | ||
2.074. satır: | 1.855. satır: | ||
------ | ------ | ||
<center> [[Otuz Üçüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Konferans]] </center> | <center> [[Otuz Üçüncü Söz/id|KALIMAT KETIGA PULUH TIGA]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Konferans/id|MATERI SEMINAR]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme