İçeriğe atla

Onuncu Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Aku pun menerima tamparan keras. Namun aku tahu bahwa itu adalah tamparan kasih sayang. Aku sangat yakin tanpa ada keraguan sedikit pun bahwa tamparan ini berasal dari kondisi tadi. Bentuk tamparannya adalah sebagai berikut: Meskipun aku telah menjadi murid Ustadz sekaligus penulis draf dan salinan risalah-risalahnya selama delapan tahun, sayang se- kali aku belum memperoleh cahaya risalah tersebut. Padahal cahaya itu telah mengalir kepada orang lain dal..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Tamparan pertama adalah ketika Ustadz membagi-bagikan beberapa juz al-Qur’an kepada kami. Aku mendapat tugas menulis tiga juz. Allah memberikan anugerah kepadaku berupa kemampuan menulis huruf Arab secara baik seperti tulisan al-Qur’an al-Karim. Kecintaan menuliskan al-Qur’an membuatku sedikit malas dalam menuliskan rancangan dan salinan dari beberapa risalah. Selain itu, muncul kesombongan dalam diri ini dengan menganggap diriku leb- ih unggul dar..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Aku pun menerima tamparan keras. Namun aku tahu bahwa itu adalah tamparan kasih sayang. Aku sangat yakin tanpa ada keraguan sedikit pun bahwa tamparan ini berasal dari kondisi tadi. Bentuk tamparannya adalah sebagai berikut: Meskipun aku telah menjadi murid Ustadz sekaligus penulis draf dan salinan risalah-risalahnya selama delapan tahun, sayang se- kali aku belum memperoleh cahaya risalah tersebut. Padahal cahaya itu telah mengalir kepada orang lain dal..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
77. satır: 77. satır:
Tamparan pertama adalah ketika Ustadz membagi-bagikan beberapa juz al-Qur’an kepada kami. Aku mendapat tugas menulis tiga juz. Allah memberikan anugerah kepadaku berupa kemampuan menulis huruf Arab secara baik seperti tulisan al-Qur’an al-Karim. Kecintaan menuliskan al-Qur’an membuatku sedikit malas dalam menuliskan rancangan dan salinan dari beberapa risalah. Selain itu, muncul kesombongan dalam diri ini dengan menganggap diriku leb- ih unggul dari teman-temanku dalam melakukan tugas tadi. Sebab, aku merasa mempunyai kemampuan menulis tulisan Arab dengan baik. Bahkan ketika Ustadz ingin memberikan arahan yang terkait dengan tulisan Arab, aku berkata padanya dengan sedikit sombong, “Ini adalah pekerjaanku. Aku tahu tentang hal ini. Karena itu, aku tak membutuhkan arahan.” Akibat kesalahanku tersebut, aku mendapatkan tamparan kasih sayang. Yaitu aku tak mampu mengejar teman-temanku dalam hal penulisan. Tulisan mereka lebih baik daripada tulisanku. Aku pun terheran-heran, mengapa aku bisa kalah dari mereka padahal aku dikenal hebat? Sekarang aku sadar bahwa itu merupakan tamparan.
Tamparan pertama adalah ketika Ustadz membagi-bagikan beberapa juz al-Qur’an kepada kami. Aku mendapat tugas menulis tiga juz. Allah memberikan anugerah kepadaku berupa kemampuan menulis huruf Arab secara baik seperti tulisan al-Qur’an al-Karim. Kecintaan menuliskan al-Qur’an membuatku sedikit malas dalam menuliskan rancangan dan salinan dari beberapa risalah. Selain itu, muncul kesombongan dalam diri ini dengan menganggap diriku leb- ih unggul dari teman-temanku dalam melakukan tugas tadi. Sebab, aku merasa mempunyai kemampuan menulis tulisan Arab dengan baik. Bahkan ketika Ustadz ingin memberikan arahan yang terkait dengan tulisan Arab, aku berkata padanya dengan sedikit sombong, “Ini adalah pekerjaanku. Aku tahu tentang hal ini. Karena itu, aku tak membutuhkan arahan.” Akibat kesalahanku tersebut, aku mendapatkan tamparan kasih sayang. Yaitu aku tak mampu mengejar teman-temanku dalam hal penulisan. Tulisan mereka lebih baik daripada tulisanku. Aku pun terheran-heran, mengapa aku bisa kalah dari mereka padahal aku dikenal hebat? Sekarang aku sadar bahwa itu merupakan tamparan.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tamparan kedua kudapatkan akibat dua kondisi yang menodai ketulusanku dalam mengabdi terhadap al-Qur’an. Akibat dari dua kondisi tersebut aku mendapat tamparan yang sangat keras. Kedua kondisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:Aku merasa diriku terasing dari masyarakat. Bahkan aku merasa betul-betul asing. Untuk menghilangkan perasaan tersebut, akhirnya aku duduk dengan orang-orang yang terlena oleh dunia. Dari mereka aku belajar sikap riya dan ingin dipuji. Selain itu, tanpa mengeluh sedikit pun aku pun memiliki kondisi kepribadian yang buruk. Aku tidak lagi memperhatikan aturan dari Ustadz untuk berhemat dan bersikap qana’ah. Padahal Ustadz sudah mengingatkanku mengenai hal ini. Bahkan tidak jarang ia juga mencelaku. Namun sayang sekali, aku tidak bisa menyelamatkan diri dari bencana ini. Semoga Allah memberikan maaf dan ampunan-Nya. Setan dari bangsa jin dan manusia memanfaatkan kondisiku yang bertentangan dengan spirit pengabdian pada al-Qur’an ini dan melemahkan semangat- ku untuk mengabdi pada al-Qur’an.
'''İkincisi:''' Ben itiraf ediyorum ki hizmet-i Kur’aniyedeki kemal-i ihlas ve sırf livechillah için hizmeti, iki vaziyetim ihlâl ediyordu. Şiddetli bir tokat yedim. Çünkü ben bu memlekette garib hükmündeyim, garibim. Hem şekva olmasın, Üstadımın en mühim bir düsturu olan iktisada ve kanaate riayet etmediğimden fakr-ı hale maruzum. Hodbin, mağrur insanlarla ihtilata mecbur olduğumdan –Cenab-ı Hak affetsin– mürüvvetkârane bir surette riyaya ve tabasbusa da mecbur oluyordum. Üstadım çok defa beni ikaz ve ihtar ve tekdir ediyordu. Maatteessüf kendimi kurtaramıyordum. Halbuki Kur’an-ı Hakîm’in ruh-u hizmetine zıt olan bu vaziyetimden şeytan-ı cinnî ve insî istifade etmekle beraber hizmetimize de bir soğukluk, bir fütur veriyordu.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku pun menerima tamparan keras. Namun aku tahu bahwa itu adalah tamparan kasih sayang. Aku sangat yakin tanpa ada keraguan sedikit pun bahwa tamparan ini berasal dari kondisi tadi. Bentuk tamparannya adalah sebagai berikut: Meskipun aku telah menjadi murid Ustadz sekaligus penulis draf dan salinan risalah-risalahnya selama delapan tahun, sayang se- kali aku belum memperoleh cahaya risalah tersebut. Padahal cahaya itu telah mengalir kepada orang lain dalam delapan bulan. Aku dan Ustadz merasa bingung dengan kondisi tersebut. Kami bertanya-tanya, mengapa? Mengapa cahaya hakikat kebenaran al-Qur’an tidak bisa masuk ke dalam relung kalbuku? Kami terus mencari sebab-se- babnya.
İşte ben bu kusuruma karşı şiddetli fakat inşâallah şefkatli bir tokat yedim. Şüphemiz kalmadı ki bu tokat, o kusura binaen gelmiş. O tokat da şudur: Sekiz senedir ben, Üstadımın hem muhatabı hem müsevvidi hem mübeyyizi olduğum halde, sekiz ay kadar Nurlardan istifade edemedim. Bu hale hayret ettik. Ben de ve Üstadım da “Bu neden böyle oluyor?” diye esbab arıyorduk. Şimdi kat’î kanaatimiz geldi ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">