İçeriğe atla

On Birinci Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> CAHAYA KESEPULUH ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KEDUA BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("'''Jawaban:'''" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> CAHAYA KESEPULUH ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KEDUA BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 36 değişikliği gösterilmiyor)
112. satır: 112. satır:
'''Jawaban:'''
'''Jawaban:'''


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, sebagaimana Allah Sang Maha Pencipta Yang Agung ingin memperlihatkan ciptaan-Nya dengan bentuk yang indah dalam pandangan makhluk-Nya, meletakkan hal-hal yang tidak disukai dalam tirai hijab-Nya, serta menghiasi nikmat-nikmat-Nya agar disenangi oleh penglihatan manusia, maka Allah juga meminta kepa- da para makhluk dan hamba-Nya untuk tampil dalam bentuk terbaik. Sebab, kalau mereka tampil dalam kondisi yang buruk, maka hal itu bertentangan dengan adab yang indah serta bertentangan dengan kesucian nama-nama-Nya, seperti Yang Mahaindah, Yang Maha Menghiasi, Yang Mahalembut, dan Yang Mahabijaksana.
'''Evvela:''' Sâni’-i Zülcelal nasıl ki kemal-i ehemmiyetle sanatını güzel göstermek istiyor ve müstekreh şeyleri perdeler altına alıyor ve nimetlerine, o nimetleri süslendirmek cihetiyle nazar-ı dikkati celbediyor. Öyle de mahlukatını ve ibadını sair zîşuurlara güzel göstermek istiyor. Çirkin vaziyetlerde görünmeleri, Cemil ve Müzeyyin ve Latîf ve Hakîm gibi isimlerine karşı bir nevi isyan ve hilaf-ı edep oluyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, adab-adab yang terdapat dalam sunnah Nabi merupakan ekspresi adab yang suci seperti yang terkandung dalam nama-nama Tuhan yang mulia.
İşte sünnet-i seniyedeki edep, o Sâni’-i Zülcelal’in esmalarının hudutları içinde bir mahz-ı edep vaziyetini takınmaktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, seorang dokter tentu diperbolehkan untuk melihat bagian-bagian tubuh pasien yang terlarang dilihat dari perspektif pengobatan. Bahkan dalam kondisi darurat, ia boleh menyingkap bagian tubuh tersebut. Tindakan tersebut tidak dianggap sebagai tindakan yang melanggar adab. Tetapi dianggap sebagai konsekuensi dari sebuah pengobatan. Hanya saja, dokter tersebut tidak boleh melihat bagian-bagian terlarang tadi dalam kapasitasnya sebagai orang biasa, juru nasihat, atau ulama. Ia dilarang keras untuk menyingkap bagian tubuh tersebut jika dalam kondisi seperti tadi. Bahkan, tinda- kan tersebut termasuk tindakan yang tidak punya rasa malu.
'''Sâniyen:''' Nasıl ki bir tabip, doktorluk noktasında bir nâmahremin en nâmahrem uzvuna bakar ve zaruret olduğu vakit ona gösterilir. Hilaf-ı edep denilmez. Belki edeb-i tıp öyle iktiza eder, denilir. Fakat o tabip, recüliyet unvanıyla yahut vaiz ismiyle yahut hoca sıfatıyla o nâmahremlere bakamaz. Ona gösterilmesini edep fetva veremez. Ve o cihette ona göstermek, hayâsızlıktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian halnya dengan Allah , tanpa menyerupakan Dia dengan apa dan siapa pun. Dia, Sang Pencipta Yang Agung, memiliki banyak nama yang baik. Setiap nama mempunyai tampilan sendiri. Misalnya, nama al-Ghaffâr (Yang Maha Mengampuni) menghendaki adanya dosa, nama as-Sattâr (Yang Maha Menutupi) mengharuskan adanya kesalahan, maka nama al-Jamîl (Yang Mahaindah) menun- jukkan bahwa Tuhan tidak senang melihat keburukan.
Öyle de Sâni’-i Zülcelal’in çok esması var. Her bir ismin ayrı bir cilvesi var. Mesela “Gaffar” ismi, günahların vücudunu ve “Settar” ismi, kusuratın bulunmasını iktiza ettikleri gibi “Cemil” ismi de çirkinliği görmek istemez. “Latîf, Kerîm, Hakîm, Rahîm” gibi esma-i cemaliye ve kemaliye, mevcudatın güzel bir surette ve mümkün vaziyetlerin en iyisinde bulunmalarını iktiza ederler. Ve o esma-i cemaliye ve kemaliye ise melâike ve ruhanî ve cin ve insin nazarında güzelliklerini, mevcudatın güzel vaziyetleriyle ve hüsn-ü edepleriyle göstermek isterler.
Nama-nama Tuhan yang indah seperti al-Lathîf (Yang Ma- halembut), al-Karîm (Yang Mahamulia), al-Hakîm (Yang Mahabijaksana), dan ar-Rahîm (Yang Maha Pengasih) mengharuskan semua entitas tampil dalam bentuk yang paling bagus dan kondisi yang sebaik-baiknya. Nama-nama yang indah dan sempurna itu meng- haruskan adanya penampakan keindahan-Nya dengan memberikan berbagai atribut indah pada setiap entitas serta bagaimana mere- ka memiliki adab-adab yang mulia di hadapan para malaikat, para makhluk spiritual, jin, dan manusia.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, adab-adab yang terdapat dalam sunnah Nabi menjadi petunjuk atas adab-adab yang mulia tersebut berikut prinsip dan contoh-contohnya.
İşte sünnet-i seniyedeki âdab, bu ulvi âdabın işaretidir ve düsturlarıdır ve numuneleridir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Sekizinci_Nükte"></span>
== Sekizinci Nükte ==
==Nuktah Kedelapan==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allah berfirman: “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri...” (QS. at-Taubah [9]: 128). Ayat di atas menunjukkan kesempurnaan kasih sayang Rasul terhadap umatnya. Sementara ayat berikutnya: “Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah (Muhammad), ‘Cukuplah Allah bagiku’...” (QS. at-Taubah [9]: 129).
فَاِن۟ تَوَلَّو۟ا فَقُل۟ حَس۟بِىَ اللّٰهُ dan evvelki olan لَقَد۟ جَٓاءَكُم۟ رَسُولٌ ... اِلٰى اٰخِرِ âyeti, Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâmın ümmetine karşı kemal-i şefkat ve nihayet re’fetini gösterdikten sonra, şu فَاِن۟ تَوَلَّو۟ا âyetiyle der ki: “Ey insanlar! Ey Müslümanlar! Böyle hadsiz bir şefkatiyle sizi irşad eden ve sizin menfaatiniz için bütün kuvvetini sarf eden ve manevî yaralarınız için kemal-i şefkatle getirdiği ahkâm ve sünnet-i seniyesiyle tedavi edip merhem vuran şefkat-perver bir zatın bedihî şefkatini inkâr etmek ve göz ile görünen re’fetini ittiham etmek derecesinde onun sünnetinden ve tebliğ ettiği ahkâmdan yüzlerinizi çevirmek, ne kadar vicdansızlık, ne kadar akılsızlık olduğunu biliniz!”
Ayat tersebut menegaskan: “Wahai manusia, wahai kaum mus- limin, ketahuilah! Sungguh kalian tidak memiliki perasaan dan akal apabila kalian berpaling dari sunnah Nabi yang sangat penyayang ini serta berpaling dari hukum-hukum yang beliau sampaikan. Sebab, sikap tersebut berarti mengingkari sifat belas kasih beliau yang sangat jelas dan menentang sifat sayang beliau yang begitu nyata. Dialah sosok yang telah memberikan petunjuk kepada kalian dengan kasihnya yang luas. Dialah yang telah mencurahkan apa yang diberikan kepadanya demi kemaslahatan kalian seraya mengobati luka-luka yang ada pada kalian dengan balsam sunnah yang suci dan dengan hukum-hukum yang dibawanya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Sementara engkau, wahai Rasul yang pengasih dan penyayang, apabila mereka tidak mengetahui kasih sayangmu yang besar itu karena kebodohan mereka, serta apabila mereka tidak menghargai cintamu yang luas ini lalu berpaling; tidak peduli denganmu, maka jangan hiraukan mereka serta jangan engkau risau. Tuhan Pemeliharan arasy yang agung; Yang menguasai tentara langit dan bumi; dan Yang kekuasaan rububiyah-Nya mencakup arasy agung yang meliputi segala sesuatu, telah cukup bagimu. Dia akan mengumpulkan di sekitarmu orang-orang yang taat kepadamu, serta menjadikan mereka sebagai orang-orang yang mau mendengarkanmu dan ridha dengan hukummu.”
“Ve ey şefkatli Resul ve ey re’fetli Nebi! Eğer senin bu azîm şefkatini ve büyük re’fetini tanımayıp akılsızlıklarından sana arka verip dinlemeseler merak etme! Semavat ve arzın cünudu taht-ı emrinde olan, arş-ı azîm-i muhitin tahtında saltanat-ı rububiyeti hükmeden Zat-ı Zülcelal sana kâfidir. Hakiki mutî taifeleri, senin etrafına toplattırır, seni onlara dinlettirir, senin ahkâmını onlara kabul ettirir!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, tidak ada satu pun perkara dalam syariat dan sunnah Nabi  melainkan mengandung berbagai hikmah. Aku yang fakir ini mengakui hal tersebut dengan segala kekuranganku. Aku siap membuktikan pernyataanku ini. Apa yang telah kutulis hingga saat ini, yaitu lebih dari tujuh puluh risalah ibarat tujuh puluh saksi jujur terhadap hikmah dan hakikat yang dikandung oleh sunnah dan syariat Nabi Muhammad . Andaikan topik tersebut diberi penilaian, lalu ditulis tujuh puluh risalah bahkan tujuh ribu risalah sekalipun, niscaya tak- kan cukup menampung semua hikmah yang ada di dalamnya.
Evet, şeriat-ı Muhammediye ve sünnet-i Ahmediyede hiçbir mesele yoktur ki müteaddid hikmetleri bulunmasın. Bu fakir, bütün kusur ve aczimle beraber bunu iddia ediyorum ve bu davanın ispatına da hazırım. Hem şimdiye kadar yazılan yetmiş seksen Risale-i Nuriye, sünnet-i Ahmediyenin ve şeriat-ı Muhammediyenin (asm) meseleleri, ne kadar hikmetli ve hakikatli olduğuna yetmiş seksen şahid-i sadık hükmüne geçmiştir. Eğer bu mevzuya dair iktidar olsa, yazılsa yetmiş değil belki yedi bin risale o hikmetleri bitiremeyecek.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selain itu, aku telah merasakan dan menyaksikan secara langsung, bahkan aku memiliki seribu pengalaman bahwa prin- sip-prinsip persoalan syariat dan sunnah Nabi merupakan obat terbaik dan paling mujarab untuk berbagai penyakit rohani, mental, dan kalbu. Terutama yang terkait dengan aspek sosial kemasyarakatan. Lewat penyaksian dan perasaan yang kualami, aku nyatakan hal ini. Dalam sejumlah risalah, aku telah membuat yang lainnya ikut merasakan sebagian darinya bahwa masalah-masalah filsafat dan hikmah tidak bisa menggantikan posisi persoalan tersebut. Bagi mereka yang meragukan pernyataanku ini, bisa menelaah kembali beberapa bagian dari Risalah Nur.
Hem ben şahsımda bilmüşahede ve zevken, belki bin tecrübatım var ki mesail-i şeriatla sünnet-i seniye düsturları, emraz-ı ruhaniyede ve akliyede ve kalbiyede, hususan emraz-ı içtimaiyede gayet nâfi’ birer devadır bildiğimi ve onların yerini başka felsefî ve hikmetli meseleler tutamadığını, bilmüşahede kendim hissettiğimi ve başkalarına da bir derece risalelerde ihsas ettiğimi ilan ediyorum. Bu davamda tereddüt edenler, Risale-i Nur eczalarına müracaat edip baksınlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan mengikuti sunnah Nabi semampu mungkin, kita akan mendapatkan keuntungan yang besar, kebahagiaan hidup yang abadi, serta kesuksesan di dunia.
İşte böyle bir zatın sünnet-i seniyesine elden geldiği kadar ittibaa çalışmak, ne kadar kârlı ve hayat-ı ebediye için ne kadar saadetli ve hayat-ı dünyeviye için ne kadar menfaatli olduğu kıyas edilsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Dokuzuncu_Nükte"></span>
== Dokuzuncu Nükte ==
==Nuktah Kesembilan==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mengikuti setiap jenis sunnah Nabi secara keseluruhan hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang pilihan yang istimewa. Namun, setiap orang bisa mengikutinya dengan niat dan tekad untuk berkomitmen dan menerimanya. Seperti telah diketahui bersama, kita harus berkomitmen dalam menjalankan sunnah yang bersifat wajib. Sementara sunnah yang bersifat sunnah jika ditinggalkan dan diabaikan, meskipun tidak berdosa, merupakan tindakan menyianyiakan ganjaran yang besar, serta jika diubah akan menjadi kesalahan besar. Adapun sunnah Nabi yang terkait dengan persoalan adat dan muamalah, jika diikuti akan mengubah adat tersebut menjadi sebuah ibadah. Orang yang meninggalkannya memang tidak tercela, hanya saja dengan begitu ia tidak mendapat cahaya kehidupan kekasih Allah, Nabi.
Sünnet-i seniyenin her bir nevine tamamen bilfiil ittiba etmek, ehass-ı havassa dahi ancak müyesser olur. Ona bilfiil olmasa da bi’n-niyet, bi’l-kasd taraftarane ve iltizamkârane talip olmak, herkesin elinden gelir. Farz ve vâcib kısımlara zaten ittibaa mecburiyet var. Ve ubudiyetteki müstehab olan sünnet-i seniyenin terkinde günah olmasa dahi büyük sevabın zayiatı var. Tağyirinde ise büyük hata vardır. Âdât ve muamelattaki sünnet-i seniye ise ittiba ettikçe o âdât, ibadet olur. Etmese itab yok. Fakat Habibullah’ın âdab-ı hayatiyesinin nurundan istifadesi azalır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun perbuatan bid’ah adalah tindakan membuat-buat hal baru dalam urusan ibadah. Tindakan tersebut tentu saja tertolak, sebab bertentangan dengan ayat yang berbunyi:“Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu...” (QS. al-Maidah [5]: 3).Tetapi, jika hal-hal baru itu terkait dengan masalah wirid, zikir, dan bacaan—seperti yang terdapat dalam tarekat sufiia tidak termasuk bid’ah selama landasan utamanya terambil dari al-Qur’an dan Sunnah. Yaitu yang memenuhi syarat dengan tidak menyalahi dan mengubah sunnah Nabi. Memang ada sebagian ulama yang memasukkan sebagian dari hal semacam itu sebagai bid’ah. Namun mereka menyebutnya sebagai “bid’ah hasanah”.
Ahkâm-ı ubudiyette yeni icadlar bid’attır. Bid’atlar ise اَل۟يَو۟مَ اَك۟مَل۟تُ لَكُم۟ دٖينَكُم۟ sırrına münafî olduğu için merduddur. Fakat tarîkatta evrad ve ezkâr ve meşrepler nevinden olsa ve asılları Kitap ve Sünnetten ahzedilmek şartıyla ayrı ayrı tarzda, ayrı ayrı surette olmakla beraber, mukarrer olan usûl ve esasat-ı sünnet-i seniyeye muhalefet ve tağyir etmemek şartıyla, bid’a değillerdir. Lâkin bir kısım ehl-i ilim, bunlardan bir kısmını bid’aya dâhil edip fakat “bid’a-i hasene” namını vermiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hanya saja, Imam Rabbâni berpendapat, “Dalam perjalananku mengarungi suluk rohani, aku melihat bahwa bacaan-bacaan yang bersumber dari Rasul memantulkan kilau dan cahaya berkat pancaran sunnah beliau. Sedangkan wirid-wirid yang hebat dan keadaan menakjubkan yang tidak bersumber dari beliau sama sekali tidak memantulkan kilau dan cahaya tersebut. Dari sini aku kemudian memahami bahwa pancaran cahaya sunnah merupakan eliksir(*<ref>*Eliksir adalah zat cair yg oleh para ahli zaman dahulu (abad pertengahan) diharapkan dapat mengubah logam menjadi emas, dan dapat memperpanjang kehidupan tanpa batas (usia)—KBBI.</ref>)
İmam-ı Rabbanî Müceddid-i Elf-i Sânî (ra) diyor ki: “Ben seyr ü sülûk-u ruhanîde görüyordum ki Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâmdan mervî olan kelimat nurludur, sünnet-i seniye şuâı ile parlıyor. Ondan mervî olmayan parlak ve kuvvetli virdleri ve halleri gördüğüm vakit, üstünde o nur yoktu. Bu kısmın en parlağı, evvelkinin en azına mukabil gelmiyordu. Bundan anladım ki '''sünnet-i seniyenin şuâı, bir iksirdir.''' Hem o sünnet, nur isteyenlere kâfidir, hariçte nur aramaya ihtiyaç yoktur.
atau obat yang ampuh. Sunnah telah cukup bagi mereka yang mencari cahaya. Jadi, tidak perlu lagi mencari cahaya diluar itu.” Pernyataan sang tokoh ahli hakikat dan syariat ini menjelaskan kepada kita bahwa sunnah merupakan pilar utama kebahagiaan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selain itu, ia merupakan sumber kesempurnaan dan kebaikan.
İşte böyle hakikat ve şeriatın bir kahramanı olan bir zatın bu hükmü gösteriyor ki: '''Sünnet-i seniye, saadet-i dâreynin temel taşıdır ve kemalâtın madeni ve menbaıdır.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya Allah, karuniakanlah kepada kami kemampuan untuk mengikuti sunnah yang mulia!
اَللّٰهُمَّ ار۟زُق۟نَا اتِّبَاعَ السُّنَّةِ السَّنِيَّةِ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul. Karena itu, tetapkanlah kami bersama golongan orang-orang yang memberikan kesaksian.”
رَبَّنَٓا اٰمَنَّا بِمَٓا اَن۟زَل۟تَ وَاتَّبَع۟نَا الرَّسُولَ فَاك۟تُب۟نَا مَعَ الشَّاهِدٖينَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Onuncu_Nükte"></span>
== Onuncu Nükte ==
==Nuktah Kesepuluh==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allah berfirman: “Katakanlah: Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian.(QS. Âli Imrân [3]: 31).Pada ayat di atas terdapat bentuk simplifikasi redaksi yang mengagumkan. Makna yang begitu banyak dirangkum hanya oleh tiga kalimat.Ayat itu menegaskan, “Jika kalian beriman kepada Allah, pasti kalian mencintai-Nya. Selama kalian mencintai-Nya, pasti kalian beramal sesuai dengan apa yang dicintai-Nya. Hal itu berarti kalian harus meneladani pribadi yang Dia cintai. Dan itu bisa terwujud dengan cara kalian mengikuti pribadi tersebut. Jika kalian mengikutinya, Allah akan cinta kepada kalian. Tentu saja kalian mencintai Allah agar juga dicintai oleh-Nya.”
قُل۟ اِن۟ كُن۟تُم۟ تُحِبُّونَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُونٖى يُح۟بِب۟كُمُ اللّٰهُ âyetinde i’cazlı bir îcaz vardır. Çünkü çok cümleler, bu üç cümlenin içinde dercedilmiştir. Şöyle ki şu âyet diyor ki “Allah’a (Celle Celalühü) imanınız varsa elbette Allah’ı seveceksiniz. Madem Allah’ı seversiniz, Allah’ın sevdiği tarzı yapacaksınız. Ve o sevdiği tarz ise Allah’ın sevdiği zata benzemelisiniz. Ona benzemek ise ona ittiba etmektir. Ne vakit ona ittiba etseniz Allah da sizi sevecek. Zaten siz Allah’ı seversiniz tâ ki Allah da sizi sevsin.”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, kalimat-kalimat di atas baru sebagian saja dari makna ringkas ayat tersebut. Bisa dikatakan bahwa tujuan utama manusia adalah menjadi orang yang pantas dicintai Allah. Redaksi ayat tersebut menunjukkan bahwa jalan menuju tujuan utama itu adalah dengan mengikuti orang yang dikasihi Allah (Nabi ) dan mengaplikasikan sunnahnya yang suci. Ketika kita mengarahkan perhatian pada tiga poin berikut, hakikat yang terkandung di dalamnya akan tampak dengan jelas.
İşte bütün bu cümleler, şu âyetin yalnız mücmel ve kısa bir mealidir. Demek oluyor ki '''insan için en mühim âlî maksat, Cenab-ı Hakk’ın muhabbetine mazhar olmasıdır.''' Bu âyetin nassıyla gösteriyor ki o matlab-ı a’lânın yolu, Habibullah’a ittibadır ve sünnet-i seniyesine iktidadır. Bu makamda '''üç nokta''' ispat edilse, mezkûr hakikat tamamıyla tezahür eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Birinci_Nokta:"></span>
=== Birinci Nokta: ===
===Poin Pertama===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Manusia telah diberi naluri tak terbatas untuk mencintai Sang Maha Pencipta alam. Sebab, fitrah manusia menyimpan rasa cinta pada keindahan, rasa senang pada kesempurnaan, dan rasa rindu pada kebaikan. Rasa cinta tersebut bertambah besar sesuai dengan tingkat keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan yang ada hingga mencapai puncaknya. Ya, di dalam kalbu yang kecil milik manusia yang kerdil tertanam kerinduan sebesar alam. Kemampuan manusia untuk memindahkan dan menyimpan isi berbagai buku di sebuah perpustakaan besar ke dalam “daya hafal” yang ada di kalbunya—yang hanya sebesar biji kacang adas—menunjukkan bahwa kalbu manusia mempunyai kemampuan untuk menghimpun alam serta bisa menyimpan rasa cinta sebesar alam.
Beşer, fıtraten şu kâinatın Hâlık’ına karşı hadsiz bir muhabbet üzerine yaratılmıştır. Çünkü fıtrat-ı beşeriyede cemale karşı bir muhabbet ve kemale karşı perestiş etmek ve ihsana karşı sevmek vardır. Cemal ve kemal ve ihsan derecatına göre, o muhabbet tezayüd eder. Aşkın en münteha derecesine kadar gider. Hem bu küçük insanın küçücük kalbinde, kâinat kadar bir aşk yerleşir. Evet, kalbin mercimek kadar bir sandukçası olan kuvve-i hâfıza, bir kütüphane hükmünde binler kitap kadar yazı, içinde yazılması gösteriyor ki kalb-i insan, kâinatı içine alabilir ve o kadar muhabbet taşıyabilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selama fitrah manusia memiliki kecenderungan tak terhingga untuk mencintai kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan, sementara Sang Pencipta alam memiliki keindahan suci yang tak terbatas. Hal itu secara jelas terwujud lewat tanda-tanda lahiriah yang terdapat di alam. Dia juga mempunyai kesempurnaan tak terbatas. Hal itu tampak secara nyata lewat goresan ciptaan-Nya yang terlihat jelas di dunia ini. Dia juga mempunyai kebaikan tak terhingga yang terasa dan tampak dalam karunia dan nikmat-Nya kepada seluruh makhluk. Tentu saja, Allah  menuntut rasa cinta yang tak terbatas dari manu- sia yang merupakan makhluk paling sempurna penciptaannya, paling banyak kebutuhannya, paling dalam perenungannya, serta yang paling rindu kepada-Nya.
Madem fıtrat-ı beşeriyede ihsan ve cemal ve kemale karşı böyle hadsiz bir istidad-ı muhabbet vardır. Ve madem bu kâinatın Hâlık’ı, kâinatta tezahür eden âsârıyla, bilbedahe tahakkuku sabit olan hadsiz cemal-i mukaddesi; bu mevcudatta tezahür eden nukuş-u sanatıyla bizzarure sübutu tahakkuk eden hadsiz kemal-i kudsîsi ve bütün zîhayatlarda tezahür eden hadsiz enva-ı ihsan ve in’amatıyla bi’l-yakîn ve belki bilmüşahede vücudu tahakkuk eden hadsiz ihsanatı vardır. Elbette zîşuurların en câmii ve en muhtacı ve en mütefekkiri ve en müştakı olan beşerden, hadsiz bir muhabbeti iktiza ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, sebagaimana setiap manusia memiliki potensi luar biasa untuk mencintai Sang Pencipta Yang Agung itu, begitu juga Dia memang layak untuk dicintai karena keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan-Nya yang tak tertandingi. Bahkan, kecintaan seorang mukmin terhadap orang-orang yang mempunyai hubungan tertentu dengannya, terutama kecintaan terhadap kehidupan dan keabadiannya, terhadap wujud dan dunianya, serta terhadap diri dan seluruh entitas, tidak lain merupakan pancaran dari potensi cintanya kepada Tuhan.
Evet her bir insan, o Hâlık-ı Zülcelal’e karşı hadsiz bir muhabbete müstaid olduğu gibi o Hâlık dahi herkesten ziyade cemal ve kemal ve ihsanına karşı hadsiz bir mahbubiyete müstahaktır. Hattâ insan-ı mü’minde hayatına ve bekasına ve vücuduna ve dünyasına ve nefsine ve mevcudata karşı türlü türlü muhabbetleri ve şedit alâkaları, o istidad-ı muhabbet-i İlahiyenin tereşşuhatıdır. Hattâ insanın mütenevvi hissiyat-ı şedidesi, o istidad-ı muhabbetin istihaleleridir ve başka şekillere girmiş reşhalarıdır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seperti kita ketahui, sebagaimana manusia menikmati kebahagiaan pribadinya, ia juga menikmati kebahagiaan orang-orang yang mempunyai hubungan dengannya. Selain itu, sebagaimana ia mencintai Dzat yang telah menolongnya dari bencana, ia juga mencintai Dzat yang telah menyelamatkan orang-orang yang ia cintai dari berbagai musibah.
Malûmdur ki insan kendi saadetiyle mütelezziz olduğu gibi alâkadar olduğu zatların saadetleriyle dahi mütelezziz oluyor. Ve kendini beladan kurtaranı sevdiği gibi sevdiklerini de kurtaranı öyle sever.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, ketika jiwa manusia menyadari karunia Allah lalu berpikir tentang satu kebaikan saja dari kebaikan-Nya yang tak terhitung, pasti ia akan merenung sebagai berikut:“Penciptaku yang telah menyelamatkanku dari gelapnya kefanaan abadi, memberiku anugerah penciptaan dan wujud, serta menghadiahkan sebuah kehidupan yang indah sehingga aku bisa menikmati keindahan di muka bumi ini. Dia juga akan menyelamat- kanku dari gelapnya ketiadaan dan kefanaan abadi ketika ajalku tiba. Dia akan memberikan sebuah alam abadi yang cemerlang di alam baka di akhirat nanti. Selain itu, Dia akan menganugerahkan kepadaku indra dan perasaan, yang bersifat lahiriah maupun batiniah, agar aku bisa menikmati dan merasakan perpindahan di antara berbagai jenis kenikmatan yang terdapat di alam yang indah dan suci itu.“Selanjutnya, Allah juga akan menjadikan semua kerabat dan semua anak keturunanku yang kucintai serta yang mempunyai hubungan dekat denganku sebagai orang-orang yang layak menerima berbagai karunia dan kebaikan-Nya yang tak terhingga. Di satu sisi kebaikan tersebut juga kembali kepadaku. Sebab, aku juga turut merasakan kebahagiaan mereka.
İşte bu halet-i ruhiyeye binaen insan, eğer her insana ait enva-ı ihsanat-ı İlahiyeden yalnız bunu düşünse ki benim Hâlık’ım, beni zulümat-ı ebediye olan ademden kurtarıp bu dünyada bir güzel dünyayı bana verdiği gibi; ecelim geldiği zaman beni idam-ı ebedî olan ademden ve mahvdan yine kurtarıp bâki bir âlemde ebedî ve çok şaşaalı bir âlemi bana ihsan ve o âlemin umum enva-ı lezaiz ve mehasininden istifade edecek ve cevelan edip tenezzüh edecek zâhirî ve bâtınî hâsseleri, duyguları bana in’am ettiği gibi çok sevdiğim ve çok alâkadar olduğum bütün akarib ve ahbap ve ebna-yı cinsimi dahi öyle hadsiz ihsanlara mazhar ediyor ve o ihsanlar bir cihette bana ait oluyor. Zira onların saadetleriyle mesud ve mütelezziz oluyorum.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selama dalam diri manusia terdapat kecintaan dan kerinduan yang mendalam terhadap kebaikan seperti bunyi sebuah pepatah, “Manusia adalah pemuja kebaikan”, maka setiap kali mendapat kebaikan abadi yang tak terhingga, ia akan berucap, “Andaikata aku memiliki kalbu seluas alam, tentu akan kuisi dengan rasa cinta dan rindu terhadap kebaikan Ilahi itu. Aku ingin mengisi kalbuku dengannya. Namun, meski aku belum mencapai tingkat cinta yang semacam itu, aku tetap layak untuk memilikinya dengan bermodal- kan kesiapan, keyakinan, niat, penerimaan, penghormatan, kerinduan, komitmen, dan kemauan.”Demikianlah, kecintaan manusia terhadap keindahan dan kesempurnaan harus diukur dengan kecintaannya terhadap kebaikan Tuhan seperti yang telah kami terangkan secara global. Adapun orang kafir, mereka menyimpan rasa permusuhan tak terbatas. Bahkan, memusuhi dan meremehkan alam semesta berikut entitasnya.
Madem اَل۟اِن۟سَانُ عَبٖيدُ ال۟اِح۟سَانِ sırrıyla, herkeste ihsana karşı perestiş var. Elbette böyle hadsiz ebedî ihsanata karşı, kâinat kadar bir kalbim olsa o ihsana karşı muhabbetle dolmak iktiza eder ve doldurmak isterim. Ben bilfiil o muhabbeti etmezsem de bi’l-istidat, bi’l-iman, bi’n-niyye, bi’l-kabul, bi’t-takdir, bi’l-iştiyak, bi’l-iltizam, bi’l-irade suretinde ediyorum, diyecek ve hâkeza… Cemal ve kemale karşı insanın göstereceği muhabbet ise icmalen işaret ettiğimiz ihsana karşı muhabbete kıyas edilsin. Kâfir ise küfür cihetiyle hadsiz bir adâvet eder. Hattâ kâinata ve mevcudata karşı zalimane ve tahkirkârane bir adâvet taşıyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="İkinci_Nokta:"></span>
=== İkinci Nokta: ===
===Poin Kedua===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sesungguhnya kecintaan kepada Allah menghendaki adanya sikap mengikuti sunnah Nabi Muhammad. Sebab, kecintaan kepada Allah baru terwujud dengan melakukan perbuatan yang diridhai oleh-Nya. Sementara itu, ridha-Nya dalam bentuk yang paling utama tampak pada pribadi Muhammad. Meneladani pribadi beliau yang penuh berkah dalam hal gerakan ataupun perbuatan, bisa terwujud dengan dua aspek:
Muhabbetullah, ittiba-ı sünnet-i Muhammediye aleyhissalâtü vesselâmı istilzam eder. Çünkü Allah’ı sevmek, onun marziyatını yapmaktır. Marziyatı ise en mükemmel bir surette Zat-ı Muhammediye’de (asm) tezahür ediyor. Zat-ı Ahmediye’ye (asm) harekât ve ef’alde benzemek, iki cihetledir:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
1. Aspek cinta kepada Allah, menaati segala perintah-Nya, dan berbuat sesuai dengan ridha-Nya. Aspek ini mengharuskan kita mengikuti Nabi. Sebab, pemimpin yang paling sempurna dalam urusan tersebut adalah Muhammad.
'''Birisi:''' Cenab-ı Hakk’ı sevmek cihetinde emrine itaat ve marziyatı dairesinde hareket etmek, o ittibaı iktiza ediyor. Çünkü bu işte en mükemmel imam, Zat-ı Muhammediye’dir (asm).
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
2. Aspek pribadi Nabi Muhammad yang merupakan perantara yang paling mulia bagi umat manusia untuk mendapatkan kebaikan Ilahi yang tak terhingga. Tentu saja, beliau layak mendapatkan cinta yang tak terkira atas nama dan karena Allah.Secara fitrah, manusia mempunyai keinginan untuk mencontoh sosok yang dicintainya semampu mungkin. Maka, mereka yang berusaha mencintai kekasih Allah, haruslah berupaya meneladani dan mencontoh beliau dengan cara mengikuti semua sunnahnya yang mulia.
'''İkincisi:''' Madem Zat-ı Ahmediye (asm), insanlara olan hadsiz ihsanat-ı İlahiyenin en mühim bir vesilesidir. Elbette Cenab-ı Hak hesabına, hadsiz bir muhabbete lâyıktır. İnsan, sevdiği zata eğer benzemek kabil ise fıtraten benzemek ister. İşte Habibullah’ı sevenlerin, sünnet-i seniyesine ittiba ile ona benzemeye çalışmaları, kat’iyen iktiza eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Üçüncü_Nokta:"></span>
=== Üçüncü Nokta: ===
===Poin Ketiga===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagaimana Allah mempunyai rahmat yang tak terhingga, Dia juga memiliki kecintaan yang tak terkira. Sebagaimana Allah membuat diri-Nya dicintai dalam bentuk yang tak terbatas dengan keindahan yang terdapat pada alam semesta, Dia juga mencintai seluruh makhluk-Nya, terutama mereka yang memiliki perasaan yang mere- spon cinta Tuhan dengan cinta dan pengagungan. Karena itu, tujuan tertinggi manusia terletak pada sesuatu yang diridhai Tuhan serta usaha termulia manusia adalah bagaimana caranya agar ia dicintai oleh-Nya; Dzat yang telah menciptakan surga dengan segala kelembutan, kebaikan, kenikmatan, dan karunia-Nya lewat manifestasi rahmat-Nya.
Cenab-ı Hakk’ın hadsiz merhameti olduğu gibi hadsiz bir muhabbeti de vardır. Bütün kâinattaki masnuatın mehasini ile ve süslendirmesiyle kendini hadsiz bir surette sevdirdiği gibi masnuatını, hususan sevdirmesine sevmek ile mukabele eden zîşuur mahlukatı sever. Cennetin bütün letaif ve mehasini ve lezaizi ve niamatı, bir cilve-i rahmeti olan bir zatın nazar-ı muhabbetini kendine celbe çalışmak, ne kadar mühim ve âlî bir maksat olduğu bilbedahe anlaşılır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena cinta-Nya hanya bisa didapatkan dengan mengikuti sunnah Muhammad seperti disebutkan oleh firman Allah di atas, maka mengikuti sunah Muhammad merupakan tujuan termulia sekaligus merupakan tugas terpenting manusia.
Madem nass-ı kelâmıyla; onun muhabbetine, yalnız ittiba-ı sünnet-i Ahmediye (asm) ile mazhar olunur. Elbette ittiba-ı sünnet-i Ahmediye (asm), en büyük bir maksad-ı insanî ve en mühim bir vazife-i beşeriye olduğu tahakkuk eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="On_Birinci_Nükte"></span>
== On Birinci Nükte ==
==Nuktah Kesebalas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia terdiri dari tiga persoalan:
'''Üç mesele'''dir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Birinci_Mesele:"></span>
=== Birinci Mesele: ===
===Persoalan Pertama===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sunnah Rasul berasal dari tiga sumber, yaitu perkataan, perbuatan, dan keadaan beliau. Tiga sumber ini juga terbagi lagi menjadi tiga, yaitu wajib, sunnah, dan adat yang merupakan kebiasaan beliau. Hal yang wajib tentu saja harus diikuti.
Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâmın sünnet-i seniyesinin menbaı üçtür: Akvali, ef’ali, ahvalidir. Bu üç kısım dahi üç kısımdır: Feraiz, nevafil, âdât-ı hasenesidir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika diabaikan atau diting- galkan, maka akan mengakibatkan azab dan hukuman. Sementara sunnah Nabi yang bersifat sunnah juga dibebankan kepada kaum mukmin dengan melihat pada sejauh mana ia dianjurkan.
Farz ve vâcib kısmında ittibaa mecburiyet var; terkinde, azap ve ikab vardır. Herkes ona ittibaa mükelleftir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Memang meninggalkan sunnah Nabi yang bersifat sunnah tidak menyebabkan dosa. Hanya saja, jika dikerjakan dan diikuti akan menghasilkan pahala yang besar. Mengubah dan mengganti sesuatu yang sunnah, jelas merupakan perbuatan bid’ah, serta termasuk kesesatan dan kesalahan besar.
Nevafil kısmında, emr-i istihbabî ile yine ehl-i iman mükelleftir. Fakat terkinde azap ve ikab yoktur. Fiilinde ve ittibaında azîm sevaplar var ve tağyir ve tebdili bid’a ve dalalettir ve büyük hatadır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, setiap kebiasaan, gerakan, dan diamnya Rasul termasuk hal yang sangat baik untuk ditiru. Sebab, pada semua itu terdapat hikmah dan manfaat yang besar, baik bagi kehidupan pribadi maupun sosial. Selain itu, tindakan yang mengikuti sunnah beliau akan mengubah adab dan kebiasaan menjadi bernilai ibadah.
Âdât-ı seniyesi ve harekât-ı müstahsenesi ise hikmeten, maslahaten, hayat-ı şahsiye ve neviye ve içtimaiye itibarıyla onu taklit ve ittiba etmek, gayet müstahsendir. Çünkü her bir hareket-i âdiyesinde, çok menfaat-i hayatiye bulunduğu gibi mutabaat etmekle o âdab ve âdetler, ibadet hükmüne geçer.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, Beliau memiliki akhlak paling mulia, seperti disepakati oleh baik kawan maupun lawan. Beliau adalah sosok pilihan di antara seluruh umat manusia, selain sebagai pribadi yang paling dikenal semua orang. Beliau juga pribadi paling sempurna, bahkan teladan dan pembimbing paling utuh dengan melihat pada ribuan mukjizat- nya, kesaksian dunia Islam yang dibentuknya, dan kesempurnaan pribadinya yang didukung oleh hakikat al-Qur’an yang disampaikan- nya. Jutaan orang-orang mulia bisa menapaki dan mencapai derajat kesempurnaan berkat sikap mengikuti beliau hingga akhirnya mere- ka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika demikian, tentulah sunnah Nabi dan semua tingkah lakunya adalah contoh yang paling utama untuk diteladani, petunjuk yang paling sempurna untuk diikuti, serta prinsip yang paling bijak dan aturan yang paling agung untuk dijadikan landasan hidup seorang muslim.
Evet, madem dost ve düşmanın ittifakıyla, Zat-ı Ahmediye (asm) mehasin-i ahlâkın en yüksek mertebelerine mazhardır. Ve madem bi’l-ittifak nev-i beşer içinde en meşhur ve mümtaz bir şahsiyettir. Ve madem binler mu’cizatın delâletiyle ve teşkil ettiği âlem-i İslâmiyet’in ve kemalâtının şehadetiyle ve mübelliğ ve tercüman olduğu Kur’an-ı Hakîm’in hakaikinin tasdikiyle, en mükemmel bir insan-ı kâmil ve bir mürşid-i ekmeldir. Ve madem semere-i ittibaıyla milyonlar ehl-i kemal, meratib-i kemalâtta terakki edip saadet-i dâreyne vâsıl olmuşlardır. Elbette o zatın sünneti, harekâtı, iktida edilecek en güzel numunelerdir ve takip edilecek en sağlam rehberlerdir ve düstur ittihaz edilecek en muhkem kanunlardır. Bahtiyar odur ki bu ittiba-ı sünnette hissesi ziyade ola.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Orang yang bahagia adalah yang paling intens mengikuti sunnah Nabi. Sementara orang yang tidak mengikuti sunnah akan benar-benar merugi jika sikap tidak mengikuti tadi bersumber dari kemalasan, merupakan kejahatan jika tindakannya itu bersumber dari ketidakpedulian, serta merupakan kesesatan yang nyata jika disertai dengan kritikan yang mengandung pengingkaran terhadap sunnah tersebut.(*<ref>*Lihat: al-Bukhari, al-I’tishâm, 2, al-Ahkâm, 1, al-Jihâd, 109; Muslim, al-Imârah, 33; an-Nasa’i, al-Bai`ah, 27; Ahmad ibn Hambal, al-Musnad, 2/361.</ref>)
'''Sünnete ittiba etmeyen, tembellik eder ise hasaret-i azîme; ehemmiyetsiz görür ise cinayet-i azîme; tekzibini işmam eden tenkit ise dalalet-i azîmedir.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="İkinci_Mesele:"></span>
=== İkinci Mesele: ===
===Persoalan Kedua===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dalam al-Qur’an, Allah menggambarkan sifat Rasul dengan firman-Nya:
Cenab-ı Hak Kur’an-ı Hakîm’de:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Sesungguhnya Kamu benar-benar memiliki budi pekerti yang agung.(QS. al-Qalam [68]: 4).Sementara para sahabat yang mulia menggambarkan beliau seperti yang dinyatakan oleh Aisyah:“Akhlak beliau adalah al-Qur’an”.(*<ref>*Lihat: Muslim, Shalâtul Musâfirîn, 139; Ibnu Majah, al-Ahkâm, 14; Ahmad ibn Hambal, al-Musnad, 6/91, 163, 216.</ref>)Maksudnya, Nabi merupakan contoh ideal dari akhlak terpuji yang dipaparkan oleh alQur’an. Beliau adalah sosok terbaik yang mencerminkan semua akhlak mulia tersebut. Bahkan secara fitrah, beliau memang telah tercipta di atas kemuliaan itu.
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظٖيمٍ ferman eder. Rivayat-ı sahiha ile Hazret-i Âişe-i Sıddıka (r.anha) gibi sahabe-i güzin, Hazret-i Peygamber aleyhissalâtü vesselâmı tarif ettikleri zaman “Hulukuhu’l-Kur’an” diye tarif ediyorlardı. Yani Kur’an’ın beyan ettiği mehasin-i ahlâkın misali, Muhammed aleyhissalâtü vesselâmdır. Ve o mehasini en ziyade imtisal eden ve fıtraten o mehasin üstünde yaratılan odur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena setiap perbuatan, ucapan, keadaan, dan tingkah laku Nabi seharusnya menjadi teladan bagi umat manusia, maka alangkah malang umatnya yang beriman ketika mereka melalaikan sunnah beliau. Mereka tidak memedulikan atau bahkan menggantikan dengan yang lain. Betapa malang dan menderitanya mereka.
İşte böyle bir zatın ef’al, ahval, akval ve harekâtının her birisi, nev-i beşere birer model hükmüne geçmeye lâyık iken, ona iman eden ve ümmetinden olan gafillerin (sünnetine ehemmiyet vermeyen veyahut tağyir etmek isteyen), ne kadar bedbaht olduğunu divaneler de anlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Üçüncü_Mesele:"></span>
=== Üçüncü Mesele: ===
===Persoalan Ketiga===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena Rasul diciptakan dalam kondisi terbaik dan dalam bentuk rupa yang paling sempurna, maka segala gerak-gerik dan diam beliau berjalan sesuai dengan sikap pertengahan dan istikamah. Sejarah perjalanan hidup beliau yang mulia secara tegas dan jelas menerangkan bahwa beliau memiliki sikap pertengahan dan istikamah pada setiap gerak-geriknya sekaligus menghindari sikap berlebihan dan ekstrem.Ya, karena beliau dengan sempurna mengaplikasikan firman Allah yang berbunyi:
Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm, hilkaten en mutedil bir vaziyette ve en mükemmel bir surette halk edildiğinden, harekât ve sekenatı, itidal ve istikamet üzerine gitmiştir. Siyer-i seniyesi, kat’î bir surette gösterir ki her hareketinde istikamet ve itidal üzere gitmiş, ifrat ve tefritten içtinab etmiştir. Evet, Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm فَاس۟تَقِم۟ كَمَٓا اُمِر۟تَ emrini tamamıyla imtisal ettiği için bütün ef’al ve akval ve ahvalinde istikamet, kat’î bir surette görünüyor.
“Istikamahlah (bertindaklah secara lurus) sebagaimana engkau diperintahkan...” (QS. Hûd [11]: 112), maka istikamah tampak dalam semua perbuatan, ucapan, dan tingkah lakunya secara jelas.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Misalnya “kekuatan rasio” beliau selalu berjalan dalam koridor kebijaksanaan yang merupakan poros keistikamahan dan sikap pertengahan sekaligus jauh dari dua sikap ekstrem yang merusak, yaitu sikap tolol dan menipu.
Mesela, kuvve-i akliyenin fesat ve zulmeti hükmündeki ifrat ve tefriti olan gabavet ve cerbezeden müberra olarak, hadd-i vasat ve medar-ı istikamet olan hikmet noktasında kuvve-i akliyesi daima hareket ettiği gibi…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Kekuatan amarah” beliau selalu berjalan dalam koridor keberanian yang luhur, yang merupakan poros keistikamahan dan sikap pertengahan. Beliau terbebas dari dua sikap ekstrem yang merusak, yaitu sikap pengecut dan tidak takut apa pun.
Kuvve-i gazabiyenin fesadı ve ifrat ve tefriti olan korkaklık ve tehevvürden münezzeh olarak, kuvve-i gazabiyenin medar-ı istikameti ve hadd-i vasatı olan şecaat-i kudsiye ile kuvve-i gazabiyesi hareket etmekle beraber…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Kekuatan syahwat” beliau juga selalu berada dalam garis istikamah, yaitu yang terwujud dalam sifat iffah (menjaga kehormatan). Secara konsisten, kekuatan syahwat beliau berada dalam koridor sifat tersebut dengan tingkatan ishmah yang paling mulia. Sehingga beliau jauh dari dua hal ekstrem, yaitu tidak bergairah kepada wanita dan berbuat zina.
Kuvve-i şeheviyenin fesadı ve ifrat ve tefriti olan humud ve fücurdan musaffâ olarak, o kuvvenin medar-ı istikameti olan iffette, kuvve-i şeheviyesi daima iffeti, a’zamî masumiyet derecesinde rehber ittihaz etmiştir. Ve hâkeza…
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, Nabi telah memilih sikap istikamah dalam semua sunnah beliau, dalam semua kondisi alamiah beliau, serta dalam semua hukum-hukum syariat beliau. Di sisi lain, beliau menjauhi sikap zalim, yaitu berupa ifrât dan tafrît (sikap ekstrim dari dua sisi). Bahkan beliau telah meniti jalan hemat yang jauh dari pemborosan, baik dalam berbicara, makan, maupun minum.
Bütün sünen-i seniyesinde, ahval-i fıtriyesinde ve ahkâm-ı şer’iyesinde, hadd-i istikameti ihtiyar edip zulüm ve zulümat olan ifrat ve tefritten, israf ve tebzirden içtinab etmiştir. Hattâ tekellümünde ve ekl ve şürbünde, iktisadı rehber ve israftan kat’iyen içtinab etmiştir. Bu hakikatin tafsilatına dair binler cilt kitap telif edilmiştir. اَل۟عَارِفُ تَك۟فٖيهِ ال۟اِشَارَةُ sırrınca, bu denizden bu katre ile iktifa edip kıssayı kısa keseriz.
Dalam menjelaskan masalah tersebut telah ditulis ribuan jilid buku. Hanya saja kami mencukupkan diri membahas setetes saja dari lautan yang ada. Sebab, “Orang cerdas cukup diberi isyarat”.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Ya Allah, limpahkanlah salawat atas pribadi yang memiliki seluruh akhlak mulia, yang telah memperlihatkan rahasia, “Sesungguhnya kamu benar-benar memiliki budi pekerti yang agung”,
:اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى جَامِعِ مَكَارِمِ ال۟اَخ۟لَاقِ وَ مَظ۟هَرِ سِرِّ «وَ اِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظٖيمٍ» اَلَّذٖى قَالَ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
serta yang telah bersabda, “Siapa yang berpegang pada sunnahku di saat rusaknya umatku, ia mendapat pahala seratus orang yang mati syahid.”
مَن۟ تَمَسَّكَ بِسُنَّتٖى عِن۟دَ فَسَادِ اُمَّتٖى فَلَهُ اَج۟رُ مِاَةِ شَهٖيدٍ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Mereka berkata, Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami pada jalan ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk jika sekiranya Allah tidak menunjuki kami, Sungguh para utusan Tuhan itu telah datang
اَل۟حَم۟دُ لِلّٰهِ الَّذٖى هَدٰينَا لِهٰذَا وَ مَا كُنَّا لِنَه۟تَدِىَ لَو۟ لَٓا اَن۟ هَدٰينَا اللّٰهُ لَقَد۟ جَٓائَت۟ رُسُلُ رَبِّنَا بِال۟حَقِّ
dengan membawa kebenaran.”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Onuncu Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[On İkinci Lem'a]] </center>
<center> [[Onuncu Lem'a/id|CAHAYA KESEPULUH]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[On İkinci Lem'a/id|CAHAYA KEDUA BELAS]] </center>
------
------
</div>