83.063
düzenleme
("Lalu engkau bisa mengukur ketinggian dan kelapangan jiwa kedua murid tersebut dengan penjelasan berikut: Al-Qur’an al-Karim memberikan ketinggian dan kelapangan jiwa kepada para muridnya. Sebab, sebagai ganti dari sembilan puluh sembilan butiran tasbih—sebuah rangkaian yang tersusun dari biji-biji itu—diberikan ke tangan mereka sembilan puluh sembilan alam wujud yang memperlihatkan sembilan puluh sembilan nama-nama-Nya yang mulia seraya berkata,..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Perhatikan bagaimana manusia yang kurus dan kecil itu, yang bisa dikalahkan oleh mikroba paling kecil dan oleh derita yang paling ringan, bisa naik menjadi tinggi. Perhatikan bagaimana ia bisa menjadi mulia lewat didikan al-Qur’an yang luar biasa sehingga jiwanya menjadi lapang dan bersinar berkat limpahan petunjuk al-Qur’an. Karena itu, ia menganggap kecil entitas alam yang paling besar sekalipun dengan tidak menjadikannya sebagai tasbih wirid-wirid..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
121. satır: | 121. satır: | ||
Al-Qur’an al-Karim memberikan ketinggian dan kelapangan jiwa kepada para muridnya. Sebab, sebagai ganti dari sembilan puluh sembilan butiran tasbih—sebuah rangkaian yang tersusun dari biji-biji itu—diberikan ke tangan mereka sembilan puluh sembilan alam wujud yang memperlihatkan sembilan puluh sembilan nama-nama-Nya yang mulia seraya berkata, “Bacalah wirid-wiridmu dengan rangkaian tasbih itu!” Sesuai dengan perannya, mereka pun membaca wirid-wirid mereka dengan tasbih itu dan mereka mengingat Tuhan mereka dengan bilangannya yang tak terbatas.Engkau bisa melihat para murid al-Qur’an yang terdiri dari para wali saleh semacam syekh Abdul Qadir al-Jailani, syekh ar-Rifâ’i,(*<ref>*ar-Rifâ’i (512 – 518 H). Nama lengkapnya Ahmad ibn Ali ibn Yahya ar-Rifâ’i, Abul Abbas. Ia adalah seorang imam yang zuhud. Pendiri tarekat ar-Rifâ’iyyah. Ia lahir di Desa Hasan, daerah Wâsith, Irak pada tahun 512 H. Ia belajar ilmu agama dan akhlak di daerah Wâsith. Ia tinggal di kampung Ummu Ubaidah yang terletak di Bathâih (antara Wâsith dan Basrah), dan juga wafat di sana pada tahun 578 H.</ref>)dan syekh asy-Syâdzili,(*<ref>*asy-Syâdzili (591 – 656 H). Nama lengkapnya Ali ibn Abdullah ibn Abdul Jabbâr asy-Syâdzili. Syâzilah adalah nama sebuah desa di Afrika. Ia adalah orang yang buta, zuhud, pendatang di Iskandaria, pembimbing spiritual kelompok asy-Syâdziliyah, dan penulis wirid yang berjudul “Hizb asy-Syâdziliyah”.</ref>)lalu dengarkanlah bacaan wirid mereka. Lihatlah bagaimana tangan mereka memegang rangkaian tasbih lalu mereka mengingat Allah, bertasbih, dan mensucikan-Nya. | Al-Qur’an al-Karim memberikan ketinggian dan kelapangan jiwa kepada para muridnya. Sebab, sebagai ganti dari sembilan puluh sembilan butiran tasbih—sebuah rangkaian yang tersusun dari biji-biji itu—diberikan ke tangan mereka sembilan puluh sembilan alam wujud yang memperlihatkan sembilan puluh sembilan nama-nama-Nya yang mulia seraya berkata, “Bacalah wirid-wiridmu dengan rangkaian tasbih itu!” Sesuai dengan perannya, mereka pun membaca wirid-wirid mereka dengan tasbih itu dan mereka mengingat Tuhan mereka dengan bilangannya yang tak terbatas.Engkau bisa melihat para murid al-Qur’an yang terdiri dari para wali saleh semacam syekh Abdul Qadir al-Jailani, syekh ar-Rifâ’i,(*<ref>*ar-Rifâ’i (512 – 518 H). Nama lengkapnya Ahmad ibn Ali ibn Yahya ar-Rifâ’i, Abul Abbas. Ia adalah seorang imam yang zuhud. Pendiri tarekat ar-Rifâ’iyyah. Ia lahir di Desa Hasan, daerah Wâsith, Irak pada tahun 512 H. Ia belajar ilmu agama dan akhlak di daerah Wâsith. Ia tinggal di kampung Ummu Ubaidah yang terletak di Bathâih (antara Wâsith dan Basrah), dan juga wafat di sana pada tahun 578 H.</ref>)dan syekh asy-Syâdzili,(*<ref>*asy-Syâdzili (591 – 656 H). Nama lengkapnya Ali ibn Abdullah ibn Abdul Jabbâr asy-Syâdzili. Syâzilah adalah nama sebuah desa di Afrika. Ia adalah orang yang buta, zuhud, pendatang di Iskandaria, pembimbing spiritual kelompok asy-Syâdziliyah, dan penulis wirid yang berjudul “Hizb asy-Syâdziliyah”.</ref>)lalu dengarkanlah bacaan wirid mereka. Lihatlah bagaimana tangan mereka memegang rangkaian tasbih lalu mereka mengingat Allah, bertasbih, dan mensucikan-Nya. | ||
Perhatikan bagaimana manusia yang kurus dan kecil itu, yang bisa dikalahkan oleh mikroba paling kecil dan oleh derita yang paling ringan, bisa naik menjadi tinggi. Perhatikan bagaimana ia bisa menjadi mulia lewat didikan al-Qur’an yang luar biasa sehingga jiwanya menjadi lapang dan bersinar berkat limpahan petunjuk al-Qur’an. Karena itu, ia menganggap kecil entitas alam yang paling besar sekalipun dengan tidak menjadikannya sebagai tasbih wirid-wiridnya. Bahkan ia tidak mau menjadikan surga yang besar itu sebagai tujuan zikirnya kepada Allah . Meskipun pada waktu yang sama, ia tidak merasa dirinya lebih mulia dari makhluk Allah yang paling rendah sekalipun. Ia sisipkan sikap tawadhu di dalam kemuliaannya. Dari sini, engkau bisa menilai hinanya para murid filsafat Barat itu. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme