77.975
düzenleme
("سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Meskipun ada lima atau enam orang berbeda—tiga di antaranya tidak pandai menulis—yang melakukan penyalinan terhadap Risalah al-Iqtishâd (Hemat) ini, namun anehnya pada setiap salinan naskah yang tidak disertai doa ada 51 huruf alif, sementara pada setiap salinan naskah yang disertai doa ada 53 huruf alif. Padahal tempat tinggal mereka yang melakukan penyalinan itu berbeda-beda, naskah rujukannya juga berbeda-beda, serta kualitas tulisan mereka juga..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
179. satır: | 179. satır: | ||
</div> | </div> | ||
Meskipun ada lima atau enam orang berbeda—tiga di antaranya tidak pandai menulis—yang melakukan penyalinan terhadap Risalah al-Iqtishâd (Hemat) ini, namun anehnya pada setiap salinan naskah yang tidak disertai doa ada 51 huruf alif, sementara pada setiap salinan naskah yang disertai doa ada 53 huruf alif. Padahal tempat tinggal mereka yang melakukan penyalinan itu berbeda-beda, naskah rujukannya juga berbeda-beda, serta kualitas tulisan mereka juga berbeda-beda. Selain itu, mereka sama sekali tidak pernah berpikir tentang huruf alif tersebut.Huruf alif itu sesuai dengan waktu penulisan dan penyalinan Risalah al-Iqtishâd. Yaitu jika menggunakan penanggalan Romawi jatuh pada tahun 1351, sementara menurut penanggalan Hijriah jatuh pada tahun 1353. Tentu saja hal itu bukan hanya sekadar kebe- tulan. Tetapi ia menjadi isyarat bahwa keberkahan yang terdapat dalam hidup hemat naik ke jenjang karamah. Karena itu, sangat pantas kalau tahun ini disebut dengan tahun penghematan. | |||
Ya, zaman sekarang ini betul-betul membuktikan mulianya hidup hemat. Tepatnya ketika umat manusia, pasca perang dunia kedua, menyaksikan perang yang telah menebarkan kelaparan, kerusakan, dan berbagai bentuk keborosan di seluruh dunia. Kondisi tersebut tentu saja mengharuskan mereka untuk hemat dan hidup sederhana. | Ya, zaman sekarang ini betul-betul membuktikan mulianya hidup hemat. Tepatnya ketika umat manusia, pasca perang dunia kedua, menyaksikan perang yang telah menebarkan kelaparan, kerusakan, dan berbagai bentuk keborosan di seluruh dunia. Kondisi tersebut tentu saja mengharuskan mereka untuk hemat dan hidup sederhana. |
düzenleme