Translations:Yirmi Üçüncü Lem'a/89/id

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    11.26, 25 Aralık 2024 tarihinde Ferhat (mesaj | katkılar) tarafından oluşturulmuş 196413 numaralı sürüm ("'''Jawaban:''' Allah Sang Pencipta Yang Mahabijak telah menciptakan alam ini laksana sebuah pohon. Lalu Dia menjadikan para makhluk yang memiliki kesadaran sebagai buah sempurna dari pohon tersebut. Dia menjadikan manusia sebagai buah yang paling kompherensif di antara makhluk-Nya. Dia menjadikan syukur dan ibadah sebagai buah kehidupan manusia yang paling mulia. Bahkan, keduanya merupa- kan hasil dan tujuan penciptaannya.Mungkinkah Sang Penguasa Mutlak,..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    (fark) ← Önceki sürüm | Güncel sürüm (fark) | Sonraki sürüm → (fark)

    Jawaban: Allah Sang Pencipta Yang Mahabijak telah menciptakan alam ini laksana sebuah pohon. Lalu Dia menjadikan para makhluk yang memiliki kesadaran sebagai buah sempurna dari pohon tersebut. Dia menjadikan manusia sebagai buah yang paling kompherensif di antara makhluk-Nya. Dia menjadikan syukur dan ibadah sebagai buah kehidupan manusia yang paling mulia. Bahkan, keduanya merupa- kan hasil dan tujuan penciptaannya.Mungkinkah Sang Penguasa Mutlak, Pemberi perintah Yang Tunggal, dan Dzat Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta untuk memperkenalkan Uluhiyah-Nya dan membuat Rububiyah-Nya dicintai, menyerahkan urusan manusia yang merupakan buah alam semesta kepada sebab-sebab yang ada, serta menyerahkan syukur dan ibadah yang merupakan buah kehidupan manusia kepa- da orang lain? Mungkinkah Allah membiarkan hasil penciptaan dan buah alam itu sia-sia begitu saja di mana hal tersebut bertentangan dengan hikmah-Nya? Sama sekali tidak mungkin. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.Lalu apakah Allah akan menerima sesuatu yang menyalahi hikmah dan Rububiyah-Nya dengan menjadikan sebagian sebab sebagai tujuan pengabdian makhluk? Padahal Dia telah memperk- enalkan diri-Nya sekaligus membuat semua makhluk mencintai-Nya dengan segala sikap dan kelembutan-Nya di alam ini. Lebih dari itu, bagaimana mungkin Allah akan membiarkan makhluk yang paling Dia cintai, paling sempurna dalam beribadah, dalam bersyukur, dan dalam memberikan pujian, kepada selain-Nya? Bagaimana mungkin Allah mengizinkan para makhluk untuk melupakan diri-Nya setelah dengan segala perbuatannya, Dia menampakkan tujuan-tujuan-Nya yang mulia di alam ini, yaitu mengenal, lalu mengabdi kepada-Nya? Sungguh hal itu tidak benar. Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan.