77.975
düzenleme
("“Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya...” (QS. Hud [11]: 56). “Di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu...” (QS. Yâsîn [36]: 83). “Kami lebih dekat kepada-Nya daripada urat lehernya.” (QS. Qâf [50]: 16)." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Wahai Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk. Karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi-Mu; karena Engkaulah Maha Pemberi (karunia)." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 18 değişikliği gösterilmiyor) | |||
83. satır: | 83. satır: | ||
83). | 83). | ||
“Kami lebih dekat kepada-Nya daripada urat lehernya.” (QS. Qâf [50]: 16). | “Kami lebih dekat kepada-Nya daripada urat lehernya.” (QS. Qâf [50]: 16). | ||
Ayat-ayat di atas menjelaskan puncak kedekatan Ilahi, sementara ayat-ayat yang lain seperti firman-Nya yang berbunyi: | |||
< | “Kepada-Nya kalian dikembalikan.” (QS. Yâsîn [36]: 83). | ||
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS. al-Ma’ârij [70]: 4) serta hadis yang berbunyi, “Allah berada di balik tujuh pu- luh ribu hijab”(*<ref>*Abu Ya’la, al-Musnad 13/520, at-Thabrani, al-Mu’jam al-Ausath 6/278, 7/382, Ar-Ruyani, al-Musnad 2/212, Ibnu Abi ‘Ashim, as-Sunnah 2/367.</ref>)dan begitu juga peristiwa mi’raj. Semua itu menerang- kan bahwa makhluk sangat jauh dari Allah. Aku menginginkan penjelasan agar rahasia ini bisa lebih mudah dipahami. | |||
</ | |||
Jawaban: | |||
Pertama, kami telah menjelaskan pada Akhir Kilau Pertama bahwa matahari, dengan cahayanya, tidak terikat. | |||
Lalu dari bentuk atau gambar pantulannya yang bersifat immateri, ia lebih dekat kepadamu dari pelupuk mata yang merupakan cermin jendala ruhmu. Namun engkau sangat jauh darinya karena engkau terikat dalam alam materi. Engkau tidak bisa menyentuh kecuali sebagian bayangannya. Yang kau terima hanya satu bentuk manifestasinya yang bersifat parsial. Engkau hanya bisa dekat dengan sejumlah warna yang berposisi sebagai sifat- nya serta sebagian kilaunya yang merupakan sekumpulan namanya. | |||
Jika engkau ingin mendekati tingkatan asli matahari dan hen- dak berhadapan langsung dengan zatnya, engkau harus melepas ba- nyak sekali ikatan lalu berangkat dari banyak tingkatan universal. Seo- lah-olah secara maknawi engkau menjadi sebesar bumi secara rohani terbentang bagaikan udara, naik tinggi laksana bulan, serta berhada- pan dengan matahari laksana purnama. Baru setelah itu engkau bisa mengaku dekat dengannya tanpa hijab. | |||
Nah, Allah Yang Mahamulia, Mahasempurna, Mahaagung, Dzat Wajibul wujud, Dzat yang menghadirkan seluruh entitas, Cahaya yang kekal, Penguasa azali dan abadi, lebih dekat kepadamu daripada di- rimu. Sementara engkau sangat jauh dari-Nya. Jika engkau mampu, terapkanlah makna mendalam pada perumpamaan di atas. | |||
Kedua, nama dan gelar “pemimpin” misalnya—dari sekian ba- nyak gelar raja—tampak pada berbagai wilayah kekuasaannya. Mulai dari wilayah komprehensif panglima militer, jenderal, letnan hing- ga sersan dan kopral. Artinya, manifestasi wujudnya terdapat dalam berbagai wilayah, baik luas maupun sempit, baik dalam bentuk uni- versal maupun parsial.Di saat melakukan tugas militer, seorang prajurit menjadikan sang kopral sebagai rujukannya karena padanya terdapat wujud kepemimpinan yang bersifat parsial sekaligus lewat manifestasi nama parsialnya itu ia tersambung dengan pemimpinnya yang tertinggi. Namun andaikan sang prajurit ingin berhubungan dengan panglima tertinggi dengan namanya yang asli lalu berhadapan dengannya lewat gelar tadi, ia harus naik dan melewati sejumlah tingkatan, mulai dari tingkatan kopral hingga panglima tertinggi. | |||
Jadi, raja dekat dengan prajurit tadi lewat nama, hukum, rambu, pengetahuan, dan pengaturannya. Jika ia bersifat nurani dan termasuk kalangan wali dan abdal, ia dekat padanya secara dzat karena tidak ada yang menghalangi. Meskipun sang prajurit jauh dari raja dan terdapat ribuan tingkatan yang menjadi penghalang antara dirinya dan pe- nguasa serta terdapat ribuan hijab yang memisahkan darinya, namun raja kadang kala merasa simpati kepada salah seorang prajurit hingga menghadirkan prajurit tersebut di hadapannya. Ia berikan pada praju- rit tadi sejumlah karunia dan kelembutannya. | |||
Allah lebih daripada itu. Dzat Pemilik perintah kun fayakûn, Yang menundukkan matahari dan bintang laksana prajurit yang patuh, Allah , lebih dekat kepada segala sesuatu daripada apa pun. Padahal, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya.Jika Engkau ingin masuk ke hadapan-Nya tanpa hijab, tujuh puluh ribu hijab yang bercahaya dan gelap harus dilalui. Yaitu alam materi, kosmos, nama, dan sifat-Nya. Barulah bisa naik ke setiap na- ma-Nya yang memiliki ribuan tingkatan manifestasi, baik yang bersi- fat khusus maupun universal. Lalu harus dilakukan perjalanan menu- ju tingkatan sifat-sifat-Nya yang mulia. Kemudian naik ke arasy-Nya yang agung yang merupakan tempat menifestasi al-Ism al-A’zham. Jika tidak ada tarikan dan karunia Ilahi dibutuhkan ribuan amal dan suluk. | |||
Sebagai contoh: jika engkau ingin mendekat kepada-Nya lewat nama al-Khâlik (Maha Pencipta), maka pertama-tama engkau harus menjalin hubungan dengan status Dia adalah Penciptamu, kemudian dengan status Dia Pencipta seluruh manusia, selanjutnya dengan status Dia Pencipta seluruh makhluk hidup. Setelah itu, lewat nama Pencipta seluruh entitas. Karena itu, jika hal ini tidak terwujud maka ia tetap dalam bayangan tanpa ada yang ditemukan kecuali manifestasi parsial. | |||
'''Catatan:'''raja yang disebutkan dalam contoh di atas telah mele- takkan dalam tingkatan nama pimpinan sejumlah perantara seper- ti jenderal dan letnan. Hal itu lantaran ia tidak mampu menunaikan pekerjaan sendiri. Adapun Dzat yang di tangan-Nya tergenggam se- gala sesuatu, Yang Mahakuasa, Dia tidak membutuhkan perantara, tetapi perantara hanyalah urusan lahiriah semata. Ia menyerupai ti- rai kemuliaan dan keagungan serta petunjuk yang menjelaskan ke- beradaan Penguasa rububiyah dilihat dari sisi pengabdian, kepapaan, dan kefakiran di hadapan keagungan Ilahi. Perantara bukan pemban- tuNya dan bukan pula sekutu dalam kekuasaan rububiyah-Nya. | |||
''' | |||
< | <span id="Dördüncü_Şuâ"></span> | ||
== | ==KILAU KEEMPAT== | ||
Wahai diri yang malas! | |||
Hakikat salat yang laksana mi’raj mukmin menyerupai izin masuk seorang prajurit ke kantor raja berkat karunianya seperti yang telah disebutkan dalam contoh sebelumnya. Nah, ketika engkau diterima di hadapan Allah , hal itu berkat karunia Allah Yang Mahasempurna dan Sesembahan Yang Mahaagung.Ketika mengucap “Allahu Akbar” secara maknawi dan imajinasi, engkau melintasi dunia dan akhirat se- hingga terlepas dari ikatan materi. Engkau masuk dengan mendapat tingkatan ubudiah yang universal, salah satu bayangan kedudukan yang bersifat komprehensif, atau salah satu gambarannya. Engkau mendapat kehormatan dengan hadirnya kalbu dan kemampuan bersimpuh di hadapan Allah sehingga mendapatkan keberuntungan besar lewat ucapan Iyyâka na’budu di mana masing-masing sesuai dengan tingkatannya. | |||
Ya, pengulangan kalimat “Allahu Akbar” pada setiap gerakan salat merupakan isyarat ditempuhnya sejumlah tingkatan menuju tingkatan maknawi yang tinggi serta naik dari wilayah parsial menuju wilayah universal. Ia merupakan simbol bagi kesempurnaan kebesa- ran Allah secara global di mana ia berada di luar wilayah makrifat kita. Seakan-akan setiap kalimat “Allahu Akbar” menjadi petunjuk ditem- puhnya salah satu tingkatan mi’raj. | |||
Demikianlah, mencapai bayangan atau kilau hakikat salat secara maknawi, niat, persepsi, atau imajinasi merupakan nikmat dan kebahagiaan besar.Karena itu, zikir “Allahu akbar” dalam rangkaian ibadah haji dilantunkan secara berulang-ulang. | |||
Sebab, haji pada dasarnya merupakan ibadah dalam tingkatan universal bagi setiap jamaah haji.Prajurit yang sederhana pergi ke hadapan raja pada hari yang khusus—seperti hari raya—sebagaimana seorang jenderal pergi un- tuk mendapatkan karunia dan kemurahan rajanya. Demikian pula ja- maah haji. Betapa pun awam, ia menuju Tuhannya Yang Mahamulia lewat predikat Tuhan semesta alam sebagaimana wali yang menempuh sejumlah tingkatan. Ia mendapat kehormatan dengan ubudiah yang bersifat universal. | |||
Karena itu, sejumlah tingkatan rububiyah universal yang dibuka dengan kunci haji, cakrawala keagungan uluhiyah yang disaksikan dengan teropong haji, berbagai wilayah ubudiah yang men- jadi luas dalam kalbu jamaah haji saat setiap kali menunaikan manasik haji, sejumlah tingkatan keagungan dan ufuk manifestasi yang mem- berikan hangatnya kerinduan, rasa kagum, dan takjub di hadapan keagungan uluhiyah dan rububiyah, semua itu hanya bisa dipuaskan dengan “Allahu Akbar... Allahu Akbar.” Dengan itu, seluruh tingkatan yang tersingkap, yang terlihat, dan tergambar dapat diungkapkan. | |||
Berbagai makna tersebut dapat terwujud dengan sangat jelas, universal, dan beragam usai ibadah haji, di saat salat hari raya. Demikian pula dalam salat Istisqa, salat gerhana bulan dan matahari, serta salat berjamaah. Dari sini urgensi syiar-syiar Islam tampak jelas bahkan meskipun ia termasuk dalam kategori sunnah. | |||
Mahasuci Dzat yang menjadikan khazanah kekayaan-Nya antara kaf dan nun. | |||
Mahasuci Dzat yang di tangan-Nya tergenggam kerajaan segala sesuatu dan kepada-Nya kalian dikembalikan. | |||
Mahasuci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui, kecuali yang Kau ajarkan pada kami. Engkau Maha Mengetahui | |||
dan Mahabijaksana. | |||
Wahai Tuhan, jangan Kau hukum kami jika kami alpa dan keliru | |||
Wahai Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk. Karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi-Mu; karena Engkaulah Maha Pemberi (karunia). | |||
Semoga salawat dan salam tercurah kepada Rasul-Mu yang paling mulia, manifestasi nama-Mu yang paling agung, serta kepada keluarga, sahabat, saudara, dan para pengikutnya. Amin. | |||
< | <span id="Küçük_Bir_Zeyl"></span> | ||
== | ==LAMPIRAN SINGKAT== | ||
Dzat Mahakuasa yang Maha Mengetahui dan Pencipta Yang Mahabijak memperlihatkan qudrah dan hikmah-Nya serta ketiadaan proses kebetulan pada setiap perbuatan-Nya dengan sangat teratur dan apik di mana ia diperlihatkan oleh berbagai kebiasaan-Nya dalam bentuk hukum alam. Di lain sisi, lewat hal-hal di luar hukum alam, lewat sesuatu yang tidak lazim, lewat sejumlah perubahan lahiriah, le- wat perbedaan karakteristik, serta lewat pergantian waktu turun dan kemunculan, Dia memperlihatkan kehendak-Nya bahwa Dia Pelaku yang memilih, serta bahwa pilihan-Nya tidak terikat oleh apa pun. Dengan itu, Dia menembus tirai monoton yang ada. Dia memberita- hukan bahwa segala sesuatu, pada setiap waktu, pada setiap kondisi- nya, pada segala hal yang terkait dengannya, sangat membutuhkan Allah dan tunduk pada rububiyah-Nya. Dengan demikian, Dia melenyapkan kelalaian, mengalihkan perhatian jin dan manusia dari sebab menuju “sumber segala sebab”. Kepada prinsip inilah berbagai penjelasan al-Qur’an mengarah. | |||
Contoh: pada sebagian besar tempat, sekelompok pohon berbuah dalam setahun. Artinya, buah itu diberikan kepadanya dari khazanah rahmat-Nya, lalu dari sana ia diserahkan kepada kita. Namun pada tahun yang lain pohon tersebut tidak menghasilkan buah meskipun berbagai sebab lahiriah bagi tumbuhnya buah sudah ada. | |||
Contoh lain: berbeda dengan hal lazim lainnya, waktu-waktu turunnya hujan sering berubah sehingga termasuk dari lima perkara gaib. Pasalnya posisi terpenting di dalam wujud ini adalah kehidupan dan rahmat-Nya. Nah, hujan merupakan sumber kehidupan dan rah- mat-Nya. Karena itu, air yang menghadirkan kehidupan dan rahmat yang dipersembahkan tidak termasuk bagian yang bersifat tetap yang bisa membuat manusia terhijab dari Allah dan membuatnya lalai. Namun hujan secara langsung berada dalam genggaman Dzat Yang Mahaagung tanpa ada hijab. Ia berada dalam kehendak Sang Pemberi nikmat, Yang Maha Menghidupkan, Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Hal itu agar pintu-pintu doa dan syukur tetap terbuka. | |||
Contoh lain: pemberian rezeki dan penentuan wajah merupakan wujud kebaikan Ilahi yang diberikan padanya tanpa pernah bisa diter- ka. Hal itu menerangkan dengan jelas adanya kehendak dan pilihan Ilahi. | |||
Hal serupa bisa dilihat pada penghembusan angin dan awan ser- ta berbagai kehendak Ilahi lainnya. | |||
------ | ------ | ||
<center> [[On Beşinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[On Yedinci Söz]] </center> | <center> [[On Beşinci Söz/id|KALIMAT KELIMA BELAS]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[On Yedinci Söz/id|KALIMAT KETUJUH BELAS]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme