İçeriğe atla

Yirmi Birinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH DUA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH DUA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki bir diğer değişikliği gösterilmiyor)
177. satır: 177. satır:
Barangkali di antara bentuk waswas yang paling berbahaya ada- lah ketika orang yang terkena waswas itu tidak dapat membedakan an- tara “imkân zâti” (kemungkinan belaka) dan “imkân zihni” (kemung- kinan logis). Yakni, dengan benaknya ia mempersepsikan dan dengan akalnya ia meragukan hal yang bersifat mungkin. Padahal terdapat se- buah kaidah dalam ilmu kalam yang berbunyi, “Kemungkinan belaka tidak bertentangan dengan keyakinan yang bersifat ilmiah. Karena itu, tidak ada pertentangan dan kontradiksi antara sesuatu yang bersifat mungkin dan sesuatu yang bersifat aksiomatis.”Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita.
Barangkali di antara bentuk waswas yang paling berbahaya ada- lah ketika orang yang terkena waswas itu tidak dapat membedakan an- tara “imkân zâti” (kemungkinan belaka) dan “imkân zihni” (kemung- kinan logis). Yakni, dengan benaknya ia mempersepsikan dan dengan akalnya ia meragukan hal yang bersifat mungkin. Padahal terdapat se- buah kaidah dalam ilmu kalam yang berbunyi, “Kemungkinan belaka tidak bertentangan dengan keyakinan yang bersifat ilmiah. Karena itu, tidak ada pertentangan dan kontradiksi antara sesuatu yang bersifat mungkin dan sesuatu yang bersifat aksiomatis.”Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita.


Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita.
Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita.Contoh lain: Bisa saja hari ini matahari tidak terbenam dan be- sok tidak terbit. Hanya saja, kemungkinan ini sama sekali tidak me- rusak keyakinan kita serta tidak memunculkan keraguan sedikit pun atasnya.Demikianlah, berdasarkan kedua contoh di atas, berbagai ilu- si dan bayangan yang bersumber dari kemungkinan lenyapnya ke- hidupan dunia dan terbitnya akhirat termasuk hakikat iman yang ti- dak merusak keyakinan kita sama sekali. Karena itu, terdapat sebuah kaidah terkenal dalam prinsip agama dan ushul fikih yang berbunyi, “Kemungkinan yang tidak beralasan, tidak dapat dijadikan pegangan.”


Contoh lain: Bisa saja hari ini matahari tidak terbenam dan be- sok tidak terbit. Hanya saja, kemungkinan ini sama sekali tidak me- rusak keyakinan kita serta tidak memunculkan keraguan sedikit pun atasnya.
Barangkali engkau bertanya, “Apa hikmah manusia diuji de- ngan bisikan yang mengganggu jiwa dan menyakitkan hati?”


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jawabannya: Jika kita dapat bersikap proporsional tentu bisikan dan waswas tadi dapat menjadi pemicu untuk bangkit, sarana untuk terus mencari, media untuk bersungguh-sungguh, serta dapat me- lenyapkan sikap tidak peduli dan kurang hati-hati. Karena itu, Allah Yang Maha Mengetahui dan Mahabijak menjadikan waswas sebagai satu bentuk cambuk motivasi yang diberikan kepada setan agar dengannya, di negeri ujian dan arena kompetisi ini, manusia dapat me- ngetahui sejumlah hikmah yang telah disebutkan. Ketika terasa sangat sakit, kita menuju kepada Dzat Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana seraya mengucap:“Aku berlindung kepada Allah dari godaan dan bisikan setan yang terkutuk.
'''Elcevap:''' İfrata varmamak hem galebe çalmamak şartıyla asl-ı vesvese; teyakkuza sebeptir, taharriye dâîdir, ciddiyete vesiledir. Lâkaytlığı atar, tehavünü def’eder. Onun için Hakîm-i Mutlak, şu dâr-ı imtihanda, şu meydan-ı müsabakada bize bir kamçı-yı teşvik olarak vesveseyi şeytanın eline vermiş. Beşerin başına vuruyor. Şayet ziyade incitse Hakîm-i Rahîm’e şekva etmeli اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّي۟طَانِ الرَّجٖيمِ demeli.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Yirminci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Yirmi İkinci Söz]] </center>
<center> [[Yirminci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Yirmi İkinci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH DUA]] </center>
------
------
</div>