İçeriğe atla

Yirmi Altıncı Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH LIMA ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH TUJUH </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Atas dasar itulah, berbagai kondisi dihamparkan kepada makhuk dalam bentuk kepedihan, musibah, kesulitan, dan bencana agar dengan berbagai kondisi itu cahaya wujud dalam kehidupan mereka menjadi terbaharui, dan sebaliknya gelap ketiadaan semakin jauh. Seketika hidup mereka bersih dan bening. Hal itu karena keterhentian, diam, kevakuman, kemalasan dan keadaan monoton, semuanya adalah ketiadaan dalam beragam bentuk dan kondisi. Bahkan, kenikmatan terbesar..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
("------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH LIMA ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH TUJUH </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 46 değişikliği gösterilmiyor)
154. satır: 154. satır:
Atas dasar itulah, berbagai kondisi dihamparkan kepada makhuk dalam bentuk kepedihan, musibah, kesulitan, dan bencana agar dengan berbagai kondisi itu cahaya wujud dalam kehidupan mereka menjadi terbaharui, dan sebaliknya gelap ketiadaan semakin jauh. Seketika hidup mereka bersih dan bening. Hal itu karena keterhentian, diam, kevakuman, kemalasan dan keadaan monoton, semuanya adalah ketiadaan dalam beragam bentuk dan kondisi. Bahkan, kenikmatan terbesar sekalipun menjadi berkurang dan lenyap dalam keadaan yang monoton.
Atas dasar itulah, berbagai kondisi dihamparkan kepada makhuk dalam bentuk kepedihan, musibah, kesulitan, dan bencana agar dengan berbagai kondisi itu cahaya wujud dalam kehidupan mereka menjadi terbaharui, dan sebaliknya gelap ketiadaan semakin jauh. Seketika hidup mereka bersih dan bening. Hal itu karena keterhentian, diam, kevakuman, kemalasan dan keadaan monoton, semuanya adalah ketiadaan dalam beragam bentuk dan kondisi. Bahkan, kenikmatan terbesar sekalipun menjadi berkurang dan lenyap dalam keadaan yang monoton.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dari sana dapat disimpulkan bahwa selama kehidupan menjelaskan ukiran Asmaul Husna, maka semua yang menimpa kehidupan adalah indah dan baik.
'''Elhasıl:''' Madem hayat, esma-i hüsnanın nukuşunu gösterir. Hayatın başına gelen her şey hasendir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagai contoh: seorang desainer kaya dan mahir menugaskan seorang miskin untuk menjadi modelnya dalam satu jam dengan im- balan tertentu. Tujuannya untuk memperlihatkan kreasinya yang in- dah dan menampakkan aset-asetnya yang bernilai. Ia memakaikan kepadanya busana yang ia buat dari kain baru dalam bentuk yang sa- ngat indah. Ia menyuruhnya melakukan sejumlah gerakan dan mem- perlihatkan berbagai kondisi guna menampilkan berbagai kreasi dan keahliannya yang luar biasa. Ia memotong, mengganti, memanjang- kan, memendekkan dan seterusnya.Menurutmu, layakkah orang miskin upahan itu berkata ke- pada sang desainer, “Engkau membuatku penat dan lelah dengan menyuruhku untuk membungkuk di satu waktu dan berdiri tegak di lain kesempatan. Engkau merusak baju yang menghiasiku ini dengan tindakanmu memotong dan menggunting.” Kira-kira layakkah ia berkata padanya, “Engkau telah berbuat aniaya dan tidak adil”
Mesela gayet zengin, nihayet derecede sanatkâr ve çok sanatlarda mahir bir zat; âsâr-ı sanatını hem kıymettar servetini göstermek için âdi bir miskin adamı, modellik vazifesini gördürmek için bir ücrete mukabil bir saatte murassa, musanna yaptığı gömleği giydirir, onun üstünde işler ve vaziyetler verir, tebdil eder. Hem her nevi sanatını göstermek için keser, değiştirir, uzaltır, kısaltır. Acaba şu ücretli miskin adam o zata dese: “Bana zahmet veriyorsun. Eğilip kalkmakla vaziyet veriyorsun. Beni güzelleştiren bu gömleği kesip kısaltmakla güzelliğimi bozuyorsun.” demeye hak kazanabilir mi? “Merhametsizlik, insafsızlık ettin.” diyebilir mi?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula dengan Sang Pencipta Yang Mahaagung dan Ma- haindah. Dia mengganti busana wujud berupa sejumlah perangkat halus dan indra seperti mata, telinga, akal, kalbu yang Dia pakaikan kepada makhluk hidup serta mengubahnya dalam berbagai kondisi. Dia mengganti dan membolak-balikkannya untuk memperlihatkan goresan Asmaul Husna.
İşte onun gibi Sâni’-i Zülcelal, Fâtır-ı Bîmisal; zîhayata göz, kulak, akıl, kalp gibi havas ve letaif ile murassa olarak giydirdiği vücud gömleğini esma-i hüsnanın nakışlarını göstermek için çok hâlât içinde çevirir, çok vaziyetlerde değiştirir. Elemler, musibetler nevinde olan keyfiyat; bazı esmasının ahkâmını göstermek için lemaat-ı hikmet içinde bazı şuâat-ı rahmet ve o şuâat-ı rahmet içinde latîf güzellikler vardır.
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Hâtime"></span>
=== Hâtime ===
===PENUTUP===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lima bagian berikut ini membungkam nafsu ammârah milik “Said Lama”. Ia adalah nafsu yang bodoh, membanggakan diri, sombong, riya, dan ujub.
Eski Said’in serkeş, müftehir, mağrur, ucublu, riyakâr nefsini susturan, teslime mecbur eden '''beş fıkra'''dır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Bagian Pertama'''
'''Birinci Fıkra:''' Madem eşya var ve sanatlıdır. Elbette bir ustaları var. Yirmi İkinci Söz’de gayet kat’î ispat edildiği gibi eğer her şey birinin olmazsa o vakit her bir şey, bütün eşya kadar müşkül ve ağır olur. Eğer her şey birinin olsa o zaman bütün eşya, bir şey kadar âsân ve kolay olur. Madem zemin ve âsumanı birisi yapmış, yaratmış. Elbette o pek hikmetli ve çok sanatkâr zat, zemin ve âsumanın meyveleri ve neticeleri ve gayeleri olan zîhayatları başkalara bırakıp işi bozmayacak. Başka ellere teslim edip bütün hikmetli işlerini abes etmeyecek, hiçe indirmeyecek, şükür ve ibadetlerini başkasına vermeyecektir.
Selama segala sesuatu ada dan tercipta dengan rapi, tentu ada Penciptanya. Kami telah menegaskan dalam “Kalimat Kedua Puluh Dua” secara sangat jelas bahwa jika segala sesuatu tidak dinisbatkan kepada Dzat Yang Mahaesa, maka segala sesuatu menjadi sulit sesulit seluruhnya. Namun jika segala sesuatu dinisbatkan kepada Dzat Yang Mahaesa, ia akan menjadi mudah semudah sesuatu.Nah, karena yang menciptakan langit dan bumi adalah Dzat Yang Mahaesa, sudah pasti Sang Pencipta Yang Mahabijak itu tidak memberikan buah bumi dan langit berikut hasil dan tujuannya—yaitu makhluk hidup—kepada selain-Nya sehingga merusak segalanya. Tidak mungkin Dia menyerahkannya pada tangan-tangan lain sehingga seluruh karya-Nya yang penuh hikmah menjadi sia-sia. Serta tidak mungkin Dia menghancurkannya. Dia juga tidak akan menyerahkan syukur dan ibadahnya kepada yang lain.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Bagian Kedua'''
'''İkinci Fıkra:''' Sen ey mağrur nefsim! Üzüm ağacına benzersin. Fahirlenme! Salkımları o ağaç kendi takmamış, başkası onları ona takmış.
Wahai diriku yang sombong! Engkau seperti tangkai anggur. Janganlah merasa bangga. Tangkai itu tidak menggantungkan rantingnya sendiri. Namun yang menggantungkannya adalah pihak lain.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Bagian Ketiga'''
'''Üçüncü Fıkra:''' Sen ey riyakâr nefsim! “Dine hizmet ettim.” diye gururlanma.   اِنَّ اللّٰهَ لَيُؤَيِّدُ هٰذَا الدّٖينَ بِالرَّجُلِ ال۟فَاجِرِ   sırrınca: Müzekkâ olmadığın için belki sen kendini o recül-ü fâcir bilmelisin. Hizmetini, ubudiyetini; geçen nimetlerin şükrü ve vazife-i fıtrat ve farîza-i hilkat ve netice-i sanat bil, ucub ve riyadan kurtul!
Wahai diriku yang riya! Jangan terpedaya dengan berkata, “Aku telah mengabdi pada agama.” Sebab, hadis Nabi dengan jelas menga- takan bahwa اِنَّ اللّٰهَ لَيُؤَيِّدُ هٰذَا الدّٖينَ بِالرَّجُلِ ال۟فَاجِرِ ‘Allah bisa saja menolong agama ini dengan seorang pendosa’.(*<ref>*HR. al-Bukhari, al-Jihâd 182.                  </ref>)Maka, engkau harus mengang- gap dirimu sebagai orang tersebut, sebab dirimu tidak suci. Ketahuilah bahwa pengabdianmu terhadap agama dan ibadahmu hanyalah wujud syukur atas nikmat yang telah Allah berikan padamu. Ia adalah bentuk penunaian tugas fitrah, kewajiban penciptaan, serta hasil kreasi ilahi. Ketahuilah hal ini dengan baik serta selamatkan dirimu dari rasa ujub dan riya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Bagian Keempat'''
'''Dördüncü Fıkra:''' Hakikat ilmini, hakiki hikmeti istersen Ce­nab-ı Hakk’ın marifetini kazan. Çünkü bütün hakaik-i mevcudat, ism-i Hakk’ın şuâatı ve esmasının tezahüratı ve sıfâtının tecelliyatıdırlar. Maddî ve manevî, cevherî, arazî her bir şeyin, her bir insanın hakikati, birer ismin nuruna dayanır ve hakikatine istinad eder. Yoksa hakikatsiz, ehemmiyetsiz bir surettir. Yirminci Söz’ün âhirinde, şu sırra dair bir nebze bahsi geçmiştir.
Jika engkau ingin mendapat ilmu hakikat dan hikmah yang be- nar, maka gapailah makrifatullah. Sebab, seluruh hakikat entitas ha- nyalah kilau nama Allah al-Haq, wujud nama-nama-Nya yang mulia, serta manifestasi sifat-sifat-Nya yang agung. Ketahuilah bahwa haki- kat segala sesuatu, baik yang bersifat materi atau maknawi, esensial ataupun non-esensial, serta hakikat manusia sendiri tidak lain ber- sandar kepada salah satu cahaya-Nya dan berpusat pada hakikat-Nya. Jika tidak, pasti ia merupakan bentuk yang tidak signifikan dan tidak memiliki hakikat. Dalam penutup “Kalimat Kedua Puluh”, kami telah menyebutkan sebagian dari masalah ini.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai diriku! Jika engkau merindukan dunia serta lari dari ke- matian, maka ketahuilah dengan yakin bahwa apa yang kau anggap se- bagai kehidupan hanyalah satu menit yang kau lewati. Adapun zaman dan segala hal duniawi yang sebelum itu sudah mati, serta zaman dan segala hal di dalamnya sesudah itu bersifat tiada. Artinya, kehidupan fana yang kau banggakan hanyalah satu menit. Bahkan sebagian ahli peneliti berkata, “Kehidupan hanya sepersekian menit saja, dan bahkan ia waktu yang cepat berlalu. Dari sini, sebagian wali dan orang saleh menganggap dunia dilihat dari kedudukannya sebagai dunia adalah tidak ada.
Ey nefis! Eğer şu dünya hayatına müştaksan, mevtten kaçarsan kat’iyen bil ki: Hayat zannettiğin hâlât, yalnız bulunduğun dakikadır. O dakikadan evvel bütün zamanın ve o zaman içindeki eşya-i dünyeviye, o dakikada meyyittir, ölmüştür. O dakikadan sonra bütün zamanın ve onun mazrufu, o dakikada ademdir, hiçtir. Demek, güvendiğin hayat-ı maddiye, yalnız bir dakikadır. Hattâ bir kısım ehl-i tetkik “Bir âşiredir belki bir ân-ı seyyaledir.” demişler. İşte şu sırdandır ki bazı ehl-i velayet, dünyanın dünya cihetiyle ademine hükmetmişler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika demikian, tinggalkan kehidupan materi yang berhias nafsu ini. Naiklah menuju tingkatan kehidupan kalbu, ruh, dan jiwa. Lihat- lah betapa wilayah kehidupannya lebih luas. Masa lalu dan masa depan yang mati bagimu, hidup dan ada baginya.Wahai diri! Jika demikian keadaannya, menangislah sebagaima- na kalbuku menangis. Minta tolonglah dengan berkata:
Madem böyledir, hayat-ı maddiye-i nefsiyeyi bırak. Kalp ve ruh ve sırrın derece-i hayatlarına çık, bak; ne kadar geniş bir daire-i hayatları var. Senin için meyyit olan mazi, müstakbel; onlar için haydır, hayattar ve mevcuddur. Ey nefsim! Madem öyledir, sen dahi kalbim gibi ağla ve bağır ve de ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku fana. Aku tidak menginginkan yang fana. Aku lemah. Aku tidak menginginkan yang lemah.Kuserahkan ruhku kepada ar-Rahman. Aku tidak ingin selain-Nya.
“Fâniyim, fâni olanı istemem. Âcizim, âciz olanı istemem. Ruhumu Rahman’a teslim eyledim, gayr istemem. İsterim fakat bir yâr-ı bâki isterim. Zerreyim fakat bir şems-i sermed isterim. Hiç-ender hiçim fakat bu mevcudatı birden isterim.”
Yang kuinginkan Kekasih abadi.Aku hanyalah partikel. Namun aku menginginkan matahari yang kekal.
</div>
Aku bukan apa-apa. Namun aku menginginkan seluruh entitas.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Bagian Kelima'''
'''Beşinci Fıkra:''' Şu fıkra, Arabî geldiği için Arabî yazıldı. Hem şu fıkra-i Arabiye, “Allahu ekber” zikrinde otuz üç mertebe-i tefekkürden bir mertebeye işarettir.
Bagian ini terlintas dalam bahasa Arab dan kutulis sebagaimana adanya. Ia merupakan petunjuk tentang salah satu dari tiga puluh tiga tingkatan dalam zikir “Allâhu Akbar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allâhu Akbar. Sebab, Dialah Mahakuasa Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Pemurah, Maha Penyayang, Mahaindah, Maha Mengukir, dan azali di mana hakikat alam, baik semuanya maupun sebagiannya, lembaran maupun sejumlah tingkatannya, serta hakikat entitas yang bersifat universal, parsial, eksis dan abadi tidak lain me- rupakan goresan “pena” ketentuan, takdir, dan ketetapan-Nya dengan berlandaskan ilmu dan hikmah; ukiran “jangka” ilmu, hikmah, lukisan, dan penataan-Nya lewat kreasi dan perhatian; hiasan “tangan putih” kreasi, perhatian, dekorasi, dan penerangan-Nya dengan lembut dan pemurah; bunga halus kelembutan, kemurahan, cinta, dan perkena- lan-Nya lewat kasih sayang dan nikmat-Nya; buah rahmat, karunia, kasih sayang, dan cinta-Nya yang berlimpah lewat keindahan dan ke- sempurnaan-Nya; kilau dan manifestasi keindahan dan kesempur- naan-Nya lewat bukti kefanaan cermin dan lenyapnya wujud lahiri di mana keindahan-Nya yang kekal, yang terus tampak sepanjang musim, masa, dan zaman, serta yang terus memberi sepanjang generasi, hari, dan tahun tetap abadi.
اَللّٰهُ اَكْبَرُ اِذْ هُوَ الْقَدِيرُ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ الْكَرِيمُ الرَّحِيمُ الْجَمِيلُ النَّقَّاشُ الْاَزَلِىُّ الَّذِي مَاحَقِيقَةُ هٰذِهِ الْكَائِنَاتِ كُلًّا وَجُزْءًا وَصَحَائِفَ وَطَبَقَاتٍ، وَمَا حَقَائِقُ هٰذِهِ الْمَوْجُودَاتِ كُلِّيًّا وَجُزْئِيًّا وَوُجُودًا وَبَقَاءً، اِلَّا خُطُوطُ قَلَمِ قَضَائِهِ وَقَدَرِهِ، وَتنْظِيمِهِ وَتقْدِيرِهِ بِعِلْمٍ وَحِكْمَةٍ، وَنقُوشُ پَرْكَارِ عِلْمِهِ وَحِكْمَتِهِ وَتصْوِيرِهِ وَتدْبِيرِهِ بِصُنْعٍ وَعِنَايَةٍ، وَتزْيِينَاتُ يَدِ بَيْضَاءِ صُنْعِهِ وَعِنَايَتِهِ وَتَزْيِينِهِ وَتَنْوِيرِهِ بِلُطْفٍ وَكَرَمٍ، وَاَزَاهِيرُ لَطَائِفِ لُطْفِهِ وَكَرَمِهِ وَتَوَدُّدِهِ وَتَعَرُّفِهِ بِرَحْمَةٍ وَنِعْمَةٍ، وَثَمَرَاتُ فَيَّاضِ رَحْمَتِهِ وَنِعْمَتِهِ وَتَرَحُّمِهِ وَتَحَنُّنِهِ بِجَمَالٍ وَكَمَالٍ، وَلمَعَاتُ وَتَجَلِّيَاتُ جَمَالِهِ وَكَمَالِهِ بِشَهَادَاتِ تَفَانِيَةِ الْمَرَايَا، وَسَيَّالِيَةِ الْمَظَاهِرِ مَعَ بَقَاءِ الْجَمَالِ الْمُجَرَّدِ السَّرْمَدِىِّ الدَّائِمِ التَّجَلِّى، وَالظُّهُورِ عَلٰى مَرِّ الْفُصُولِ وَالْعُصُورِ وَالدُّهُورِ، وَدَائِمِ الْاِنْعَامِ عَلٰى مَرِّ الْاَنَامِ وَالْاَيَّامِ وَالْاَعْوَامِ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, jejak yang sempurna memberikan petunjuk kepada orang be- rakal akan adanya perbuatan yang sempurna. Lalu perbuatan yang sem- purna memberi petunjuk kepada orang yang paham akan nama yang sempurna. Lalu nama yang sempurna memberi petunjuk secara jelas tentang sifat yang sempurna. Kemudian sifat yang sempurna memberi petunjuk tentang potensi yang sempurna. Lalu potensi yang sempurna memberi petunjuk secara pasti tentang kesempurnaan Dzat-Nya yang layak untuk-Nya di mana ia bersifat haqqul yaqin.Ya, kefanaan cermin, kepergian entitas, disertai manifestasi yang permanen dan limpahan karunia yang terus tercurah menjadi salah satu kenyataan yang paling jelas yang menunjukkan bahwa keindahan lahiriah bukan milik makhluk. Ia menjadi penjelasan paling fasih serta bukti yang paling jelas bagi keindahan mutlak dan kebaikan Sang Wâ- jibul wujûd; Dzat yang Mahakekal dan Mahakasih.Ya Allah, limpahkan salawat dan salam untuk junjungan kami, Mu- hammad x, dari azali hingga abadi, sebanyak apa yang
نَعَمْ فَالْاَثَرُ الْمُكَمَّلُ يَدُلُّ ذَا عَقْلٍ عَلٰى الْفِعْلِ الْمُكَمَّلِ، ثُمَّ الْفِعْلُ الْمُكَمَّلُ يَدُلُّ ذَا فَهْمٍ عَلٰى الْاِسْمِ الْمُكَمَّلِ، ثُمَّ الْاِسْمُ الْمُكَمَّلُ يَدُلُّ بِالْبَدَاهَةِ عَلٰى الْوَصْفِ الْمُكَمَّلِ، ثُمَّ الْوَصْفُ الْمُكَمَّلُ يَدُلُّ بِالضَّرُورَةِ عَلٰى الشَّأْنِ الْمُكَمَّلِ، ثُمَّ الشَّأْنُ الْمُكَمَّلُ يَدُلُّ بِالْيَقِينِ عَلٰى كَمَالِ الذَّاتِ بِمَا يَلِيقُ بِالذَّاتِ وَهُوَ الْحَقُّ الْيَقِينِ
terdapat dalam pengetahuan Allah, serta untuk keluarga dan sahabat beliau.
نَعَمْ تَفَانِي الْمِرْآةِ، زَوَالُ الْمَوْجُودَاتِ مَعَ التَّجَلِّى الدَّائِمِ مَعَ الْفَيْضِ الْمُلَازِمِ، مِنْ اَظْهَرِ الظَّوَاهِرِ، اَنَّ الْجَمَالَ الظَّاهِرَ لَيْسَ مُلْكُ الْمَظَاهِرِ، مِنْ اَفْصَحِ تِبْيَانٍ، مِنْ اَوْضَحِ بُرْهَانٍ لِلْجَمَالِ الْمُجَرَّدِ لِلْاِحْسَانِ الْمُجَدَّدِ لِلْوَاجِبِ الْوُجُودِ، لِلْبَاقِي الْوَدُودِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مِنَ الْاَزَلِ اِلَى الْاَبَدِ عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ اللّٰهِ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="ZEYL"></span>
== ZEYL ==
==LAMPIRAN==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Lampiran yang sangat singkat ini sangat penting dan bermanfaat untuk semua'''
('''Bu küçücük zeylin büyük bir ehemmiyeti var. Herkese menfaatlidir.''')
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Untuk sampai kepada Allah ada banyak jalan. Sumber seluruh jalan yang benar adalah al-Qur’an al-Karim. Hanya saja, dari semua jalan tersebut ada jalan-jalan yang lebih singkat, lebih selamat, dan lebih luas. Meski pemahamanku terbatas, aku telah mengambil dari limpahan karunia al-Qur’an sebuah jalan. Yaitu: jalan ketidakber- dayaan, kefakiran, kasih sayang, dan tafakkur.
Cenab-ı Hakk’a vâsıl olacak tarîkler pek çoktur. Bütün hak tarîkler Kur’an’dan alınmıştır. Fakat tarîkatların bazısı, bazısından daha kısa, daha selâmetli, daha umumiyetli oluyor. O tarîkler içinde, kāsır fehmimle Kur’an’dan istifade ettiğim '''acz''' ve '''fakr''' ve '''şefkat''' ve '''tefekkür''' tarîkıdır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, sama seperti kerinduan, '''ketidakberdayaan''' merupakan jalan yang bisa mengantar menuju Allah. Bahkan ia lebih selamat. Pasalnya, ia mengantarkan kepada cinta-Nya lewat jalan ubudiyah.
Evet, acz dahi aşk gibi belki daha eslem bir tarîktir ki ubudiyet tarîkıyla mahbubiyete kadar gider.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitupun '''kefakiran''' bisa mengantar menuju nama Allah, ar-Rahman.
Fakr dahi Rahman ismine îsal eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sama seperti kerinduan, '''kasih sayang''' bisa mengantar menuju Allah. Hanya saja, perjalanannya lebih cepat dan cakupannya lebih luas. Kasih sayang bisa mengantar pada nama Allah, ar-Rahîm.
Hem şefkat dahi aşk gibi belki daha keskin ve daha geniş bir tarîktir ki Rahîm ismine îsal eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Tafakkur''' juga sama seperti kerinduan. Hanya saja, ia lebih kaya dan lebih bersinar. Pasalnya, ia mengantar kepada nama Allah, al- Hakîm.
Hem tefekkür dahi aşk gibi belki daha zengin, daha parlak, daha geniş bir tarîktir ki Hakîm ismine îsal eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalan ini berbeda dari jalan yang dilalui oleh ahli suluk pada jalan khafâ’ yang memiliki sepuluh langkah (seperti sepuluh latîfah) dan jalan jahr yang memiliki tujuh langkah sesuai dengan tujuh jenis nafsu. Sementara jalan ini hanya berupa empat langkah saja. Ia lebih kepada hakikat syar’i daripada tarekat sufi .
Şu tarîk, hafî tarîkler misillü “Letaif-i Aşere” gibi on hatve değil ve tarîk-i cehriye gibi “Nüfus-u Seb’a” yedi mertebeye atılan adımlar değil belki '''dört hatve'''den ibarettir. Tarîkattan ziyade hakikattir, şeriattır. Yanlış anlaşılmasın, acz ve fakr ve kusurunu Cenab-ı Hakk’a karşı görmek demektir. Yoksa onları yapmak veya halka göstermek demek değildir.
Jangan sampai kalian salah paham. Yang dimaksud dengan ketidakberdayaan, kefakiran, dan ketidaksempurnaan di sini adalah menampilkan itu semua di hadapan Allah ; bukan di hadapan ma- nusia.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun wirid dan zikir jalan yang singkat ini adalah (1) mengi- kuti sunnah Nabi x (2) menunaikan kewajiban, terutama mendirikan salat dengan rukun-rukunnya, (3) membaca zikir sesudah salat, dan (4) meninggalkan dosa besar. Sumber dari semua langkah ini adalah al-Qur’an. Yaitu:
Şu kısa tarîkın evradı: İttiba-ı sünnettir, feraizi işlemek, kebairi terk etmektir. Ve bilhassa namazı ta’dil-i erkân ile kılmak, namazın arkasındaki tesbihatı yapmaktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
1.Firman Allah:“Jangan menganggap diri kalian suci…” (QS. an-Najm [53]: 32).Ayat ini mengarah kepada langkah pertama.
Birinci hatveye    فَلَا تُزَكُّٓوا اَن۟فُسَكُم۟    âyeti işaret ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
2.Firman Allah:“Jangan kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah se- hingga Allah membuat mereka lupa kepada diri mereka sendiri...” (QS. al-Hasyr [59]: 19). Ayat ini mengarah kepada langkah kedua.
İkinci hatveye    وَلَا تَكُونُوا كَالَّذٖينَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَن۟سٰيهُم۟ اَن۟فُسَهُم۟   âyeti işaret ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
3.Firman Allah:“Kebaikan yang kau terima berasal dari Allah, sementara keburu- kan yang kau terima berasal dari dirimu...” (QS. an-Nisa [4]: 79). Ayat ini mengarah kepada langkah ketiga.
Üçüncü hatveye مَٓا اَصَابَكَ مِن۟ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ وَمَٓا اَصَابَكَ مِن۟ سَيِّئَةٍ فَمِن۟ نَف۟سِكَ âyeti işaret ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
4.Firman Allah:“Segala sesuatu binasa kecuali Dzat-Nya.” (QS. al-Qashash [28]: 88). Ayat ini mengarah kepada langkah keempat.
Dördüncü hatveye   كُلُّ شَى۟ءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَج۟هَهُ   âyeti işaret ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Penjelasan ringkas mengenai keempat langkah tersebut sebagai berikut:
'''Şu dört hatvenin kısa bir izahı şudur ki:'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Langkah Pertama'''
'''Birinci hatvede'''   فَلَا تُزَكُّٓوا اَن۟فُسَكُم۟   âyeti işaret ettiği gibi: Tezkiye-i nefis etmemek. Zira insan, cibilliyeti ve fıtratı hasebiyle nefsini sever. Belki evvela ve bizzat yalnız zatını sever, başka her şeyi nefsine feda eder. Mabuda lâyık bir tarzda nefsini medheder. Mabuda lâyık bir tenzih ile nefsini meayibden tenzih ve tebrie eder. Elden geldiği kadar kusurları kendine lâyık görmez ve kabul etmez. Nefsine perestiş eder tarzında şiddetle müdafaa eder. Hattâ fıtratında tevdi edilen ve Mabud-u Hakiki’nin hamd ve tesbihi için ona verilen cihazat ve istidadı, kendi nefsine sarf ederek   مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهُ هَوٰيهُ   sırrına mazhar olur. Kendini görür, kendine güvenir, kendini beğenir.
Ia seperti yang disebutkan oleh ayat:“Jangan menganggap diri kalian suci.”Yaitu tidak merasa diri sudah bersih dan suci. Hal itu karena sesuai watak dan fitrahnya, manusia mencintai dirinya sendiri. Bahkan itulah yang pertama kali ia cintai. Ia rela mengorbankan segala sesuatu untuk dirinya. Ia berikan pada dirinya pujian yang hanya layak untuk Tuhan. Ia kultuskan dirinya dan ia bebaskan dari segala aib. Bahkan ia tidak menerima adanya kekurangan untuk dirinya. Ia sangat membela dirinya dengan sangat kuat lewat kecintaan yang berlebihan. Sehingga sejumlah perangkat yang Allah berikan untuk bertahmid dan menyucikan Dzat yang layak disembah, ia alihkan kepada dirinya. Akhirnya ia seperti yang digambarkan oleh al-Qur’an, “Orang yang menuhankan hawa nafsunya.” (QS. al-Furqan [25]: 43).
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia kagum pada dirinya. Karenanya, hal tersebut perlu dibersihkan dan disucikan. Cara menyucikannya adalah dengan tidak menganggapnya suci.
İşte şu mertebede, şu hatvede tezkiyesi, tathiri: Onu tezkiye etmemek, tebrie etmemektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Langkah Kedua'''
'''İkinci hatvede'''    وَلَا تَكُونُوا كَالَّذٖينَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَن۟سٰيهُم۟ اَن۟فُسَهُم۟   dersini verdiği gibi: Kendini unutmuş, kendinden haberi yok. Mevti düşünse başkasına verir. Fena ve zevali görse kendine almaz. Ve külfet ve hizmet makamında nefsini unutmak fakat ahz-ı ücret ve istifade-i huzuzat makamında nefsini düşünmek, şiddetle iltizam etmek, nefs-i emmarenin muktezasıdır.
Ia seperti pelajaran yang diberikan oleh ayat:“Jangan kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah sehingga Allah membuat mereka lupa kepada diri mereka sendiri.”Hal itu karena manusia kerap lupa dan lalai kepada dirinya. Ketika ingat mati, ia mengalihkannya kepada yang lain. Ketika melihat kondisi fana, ia mengembalikannya kepada orang lain. Seolah-olah itu tidak terkait dengannya sama sekali. Pasalnya, sesuai tuntutannya, nafsu ammârah mengingat dirinya saat pengambilan upah dan bagian, namun di sisi lain melupakan dirinya saat penunaian tugas dan ber- amal.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, cara membersihkan dan mentarbiyah nafsu pada langkah ini adalah dengan mengamalkan kondisi sebaliknya. Yaitu tidak lupa di saat lupa diri. Dengan kata lain, lupa meraih kesenangan dan upah untuk diri, serta memikirkan diri saat pengabdian dan kematian.
Şu makamda tezkiyesi, tathiri, terbiyesi şu haletin aksidir. Yani nisyan-ı nefis içinde nisyan etmemek. Yani huzuzat ve ihtirasatta unutmak ve mevtte ve hizmette düşünmek.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Langkah Ketiga'''
'''Üçüncü hatvede''' مَٓا اَصَابَكَ مِن۟ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ وَمَٓا اَصَابَكَ مِن۟ سَيِّئَةٍ فَمِن۟ نَف۟سِكَ  dersini verdiği gibi: Nefsin muktezası, daima iyiliği kendinden bilip fahir ve ucbe girer. Bu hatvede nefsinde yalnız kusuru ve naksı ve aczi ve fakrı görüp bütün mehasin ve kemalâtını, Fâtır-ı Zülcelal tarafından ona ihsan edilmiş nimetler olduğunu anlayıp, fahir yerinde şükür ve temeddüh yerinde hamdetmektir.
Ia seperti yang dijelaskan oleh ayat:
</div>
“Kebaikan yang kau terima berasal dari Allah, sementara keburukan yang kau terima berasal dari dirimu.
Hal itu karena nafsu manusia selalu ingin menisbatkan kebaikan kepada dirinya sehingga mengantarkan kepada sikap ujub dan sombong. Maka, pada langkah ini seseorang hendaknya hanya melihat kekurangan, ketidakberdayaan, dan kefakiran dirinya, serta melihat semua kebaikan dan kesempurnaannya sebagai karunia Penciptanya Yang Mahaagung. Ia terima hal itu sebagai karunia dari-Nya seraya bersyukur sebagai ganti dari sikap bangga diri, dan memuji Allah
 sebagai ganti dari memuji diri.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Cara menyucikan diri di tingkatan ini terdapat pada rahasia ayat, “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya.” (QS. asy-Syams [91]: 9). Yaitu mengetahui bahwa kesempurnaannya terletak pada ketidaksempurnaannya, kemampuannya terletak pada ketidakberdayaannya, dan kekayaannya terletak pada kefakirannya.
Şu mertebede tezkiyesi   قَد۟ اَف۟لَحَ مَن۟ زَكّٰيهَا   sırrıyla şudur ki: Kemalini kemalsizlikte, kudretini aczde, gınasını fakrda bilmektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Langkah Keempat'''Ia adalah apa yang diajarkan oleh ayat:“Segala sesuatu binasa kecuali Dzat-Nya.
'''Dördüncü hatvede'''   كُلُّ شَى۟ءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَج۟هَهُ   dersini verdiği gibi: Nefis, kendini serbest ve müstakil ve bizzat mevcud bilir. Ondan bir nevi rububiyet dava eder. Mabud’una karşı adâvetkârane bir isyanı taşır. İşte gelecek şu hakikati derk etmekle ondan kurtulur.
Hal itu karena diri manusia merasa merdeka dan mandiri. Kare- nanya, ia menganggap memiliki semacam kekuasaan rububiyah dan menyimpan sifat pembangkangan terhadap Dzat yang layak disembah. Dengan mengenal hakikat berikut ini, manusia akan selamat darinya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Yaitu dari sisi makna ismi segala sesuatu bersifat fana, baru, dan tiada. Namun dilihat dari makna harfi dan kedudukannya sebagai cermin yang memantulkan nama-nama Sang Pencipta serta dilihat dari tugas dan fungsinya, ia menjadi saksi dan yang disaksikan, serta menjadi pengada dan yang diadakan.
Hakikat şöyledir ki: Her şey nefsinde mana-yı ismiyle fânidir, mefkuddur, hâdistir, ma’dumdur. Fakat mana-yı harfiyle ve Sâni’-i Zülcelal’in esmasına âyinedarlık cihetiyle ve vazifedarlık itibarıyla şahittir, meşhuddur, vâciddir, mevcuddur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Nah dalam hal ini, cara menyucikannya adalah dengan me- ngetahui bahwa ketiadaannya terletak pada keberadaannya, dan ke- beradaannya terletak pada ketiadaannya. Maksudnya, bila melihat dirinya dan memberikan sifat ada pada wujudnya, berarti ia tenggelam dalam gelap ketiadaan seluas jagat raya. Yaitu ketika ia lalai terhadap Dzat yang menghadirkannya, Allah, dan bersandar pada wujudnya sendiri, maka ia melihat dirinya sendirian tenggelam dalam gelapnya perpisahan dan ketiadaan yang tak bertepi laksana kunang-kunang dalam cahayanya yang redup di gelap malam yang pekat. Akan tetapi, ketika ia meninggalkan sikap ego, ia akan melihat dirinya sebagai sesuatu yang tiada. Ia hanya cermin yang memantulkan manifestasi Penciptanya yang hakiki. Dengan begitu, ia mendapatkan wujud tak bertepi dan meraih wujud seluruh makhluk.Ya, siapa yang menemukan Allah, maka ia menemukan segala sesuatu. Sebab, seluruh entitas hanyalah manifestasi dari nama-nama-Nya yang mulia.
Şu makamda tezkiyesi ve tathiri şudur ki: Vücudunda adem, ademinde vücudu vardır. Yani kendini bilse, vücud verse kâinat kadar bir zulümat-ı adem içindedir. Yani vücud-u şahsîsine güvenip Mûcid-i Hakiki’den gaflet etse yıldız böceği gibi bir şahsî ziya-yı vücudu, nihayetsiz zulümat-ı adem ve firaklar içinde bulunur, boğulur. Fakat enaniyeti bırakıp, bizzat nefsi hiç olduğunu ve Mûcid-i Hakiki’nin bir âyine-i tecellisi bulunduğunu gördüğü vakit, bütün mevcudatı ve nihayetsiz bir vücudu kazanır. Zira bütün mevcudat, esmasının cilvelerine mazhar olan Zat-ı Vâcibü’l-vücud’u bulan, her şeyi bulur.
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="HÂTİME"></span>
== HÂTİME ==
==Penutup==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalan yang terdiri dari empat langkah ini: ketidakberdayaan, kefakiran, kasih sayang, dan tafakkur telah dijelaskan pada dua pu- luh enam kalimat dari kitab al-Kalimât yang membahas tentang ilmu hakikat, hakikat syariat, dan hikmah al-Qur’an al-Karim. Di sini kami hanya ingin memberikan penjelasan singkat tentang beberapa poin se- bagai berikut:
Şu acz, fakr, şefkat, tefekkür tarîkındaki dört hatvenin izahatı; hakikatin ilmine, şeriatın hakikatine, Kur’an’ın hikmetine dair olan yirmi altı adet Sözlerde geçmiştir. Yalnız şurada bir iki noktaya kısa bir işaret edeceğiz. Şöyle ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jalan ini merupakan jalan yang paling singkat. Pasalnya, ia hanya terdiri dari empat langkah. Bila ketidakberdayaan tertanam dalam diri, ia akan segera diserahkan kepada al-Qadîr Yang Mahaagung. Namun bila kerinduan yang menguasai diri—sebagai jalan yang paling pintas menuju Allah—ia akan bergantung pada kekasih majasi. Ketika ia melihatnya pergi, barulah sampai pada kekasih hakiki.
Evet, şu tarîk daha kısadır. Çünkü dört hatvedir. Acz, elini nefisten çekse doğrudan doğruya Kadîr-i Zülcelal’e verir. Halbuki en keskin tarîk olan aşk, nefisten elini çeker fakat maşuk-u mecazîye yapışır. Onun zevalini bulduktan sonra Mahbub-u Hakiki’ye gider.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian jalan ini juga paling selamat. Karena, padanya diri tidak memiliki syatahât atau klaim di luar kemampuan. Sebab, yang dilihat seseorang pada dirinya hanya ketidakberdayaan, kefakiran, dan ketidaksempurnaan, sehingga tidak melampaui batas.
Hem şu tarîk daha eslemdir. Çünkü nefsin şatahat ve bâlâ-pervazane davaları bulunmaz. Çünkü acz ve fakr ve kusurdan başka nefsinde bulmuyor ki haddinden fazla geçsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lalu jalan ini juga bersifat luas dan besar. Pasalnya, ia tidak perlu menafikan entitas dan tidak perlu memenjarakannya di mana penga- nut wahdatul wujud menganggap entitas tiada. Mereka berkata, “Yang ada hanyalah Dia,” untuk mencapai ketenangan dan kehadiran hati. Begitu pula dengan penganut wahdatusy syuhûd. Mereka memenja- rakan entitas dalam penjara kealpaan. Mereka berkata, “Yang terlihat hanyalah Dia,” untuk sampai kepada ketenangan kalbu.Adapun al-Qur’an, dengan sangat jelas, menjauhkan entitas dan makhluk dari penafian serta melepaskan ikatannya dari penjara. Jalan yang sesuai dengan pendekatan al-Qur’an ini melihat alam sebagai sesuatu yang tunduk pada Penciptanya Yang Mahaagung sekaligus berkhidmah untuk-Nya. Ia merupakan wujud manifestasi Asmaul Husna laksana cermin yang memantulkan manifestasi tadi. Artinya, ia dipergunakan dengan makna harfi sehingga tidak berkhidmah dan tunduk dengan sendirinya. Dengan demikian, manusia akan selamat dari kelalaian dan kalbunya selalu hadir sesuai dengan pendekatan al- Qur’an al-Karim. Ia pun menemukan jalan menuju Allah dari segala arah.
Hem bu tarîk daha umumî ve cadde-i kübradır. Çünkü kâinatı ehl-i vahdetü’l-vücud gibi huzur-u daimî kazanmak için idama mahkûm zannedip   ‌لَا مَو۟جُودَ اِلَّا هُوَ‌   hükmetmeye veyahut ehl-i vahdetü’ş-şuhud gibi huzur-u daimî için kâinatı nisyan-ı mutlak hapsinde hapse mahkûm tahayyül edip   ‌لَا مَش۟هُودَ اِلَّا هُوَ   demeye mecbur olmuyor. Belki idamdan ve hapisten gayet zâhir olarak Kur’an affettiğinden, o da sarf-ı nazar edip ve mevcudatı kendileri hesabına hizmetten azlederek Fâtır-ı Zülcelal hesabına istihdam edip, esma-i hüsnasının mazhariyet ve âyinedarlık vazifesinde istimal ederek mana-yı harfî nazarıyla onlara bakıp, mutlak gafletten kurtulup huzur-u daimîye girmektir; her şeyde Cenab-ı Hakk’a bir yol bulmaktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Kesimpulan'''
'''Elhasıl:''' Mevcudatı mevcudat hesabına hizmetten azlederek, mana-yı ismiyle bakmamaktır.
Jalan ini tidak melihat entitas dengan makna ismi. Yakni, tidak melihatnya sebagai pesuruh yang tunduk dengan sendirinya untuk dirinya. Namun, ia membebaskan entitas dari semua itu, dan mempersandangkan untuknya sebuah tugas, serta melihatnya sebagai pesuruh yang tunduk kepada Allah.
</div>




<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Yirmi Beşinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Yirmi Yedinci Söz]] </center>
<center> [[Yirmi Beşinci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH LIMA]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Yirmi Yedinci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH TUJUH]] </center>
------
------
</div>