İçeriğe atla

Yirmi Dokuzuncu Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Kasih sayang Pencipta alam di mana Dia merupakan Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang menunjukkan adanya kebahagiaan abadi. Ya, yang membuat nikmat benar-benar terasa, yang membuatnya terlepas dari celaka, dan yang menyelamatkan entitas dari cengkeraman perpisahan abadi adalah kebahagiaan abadi dan negeri yang kekal. Ia adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak menghalangi manusia darinya. Sebab, andaikan kebahagiaan dan negeri kekal tersebut yang meru..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("'''Poros Kelima'''" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Kasih sayang Pencipta alam di mana Dia merupakan Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang menunjukkan adanya kebahagiaan abadi. Ya, yang membuat nikmat benar-benar terasa, yang membuatnya terlepas dari celaka, dan yang menyelamatkan entitas dari cengkeraman perpisahan abadi adalah kebahagiaan abadi dan negeri yang kekal. Ia adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak menghalangi manusia darinya. Sebab, andaikan kebahagiaan dan negeri kekal tersebut yang meru..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
298. satır: 298. satır:
'''Poros Kelima'''
'''Poros Kelima'''


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Para ilmuwan yang telah melakukan penelitian berpandangan bahwa pikiran dan persepsi manusia yang tak terbatas yang lahir dari berbagai impiannya yang tak terhingga yang bersumber dari keinginannya yang tak terkira, yang tumbuh dari potensinya yang tak terbatas, yang menyatu dengan potensi fitrinya yang tak terhingga yang masuk ke dalam substansi ruhnya, masing-masing menunjuk dengan jarinya dan mengarahkan perhatiannya kepada alam kebahagiaan aba- di yang terdapat di balik alam nyata ini.
Beşerin cevher-i ruhunda derc edilmiş gayr-ı mahdud istidadat ve o istidadatta mündemic olan gayr-ı mahsur kabiliyetler ve o kabiliyetlerden neş’et eden hadsiz meyiller ve o hadsiz meyillerden hasıl olan nihayetsiz emeller ve o nihayetsiz emellerden tevellüd eden gayr-ı mütenahî efkâr ve tasavvurat-ı insaniye, şu âlem-i şehadetin arkasında bulunan saadet-i ebediyeye elini uzatmış, ona gözünü dikmiş, o tarafa müteveccih olmuş olduğunu ehl-i tahkik görüyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Fitrah yang tidak pernah berdusta di mana di dalamnya terdapat keinginan kuat untuk menggapai kebahagiaan ukhrawi yang kekal melahirkan satu perasaan akan terwujudnya kehidupan akhirat dan kebahagiaan abadi.
İşte hiç yalan söylemeyen fıtrat ve fıtrattaki şu kat’î ve şedit ve sarsılmaz meyl-i saadet-i ebediye, saadet-i ebediyenin tahakkukuna dair vicdana bir hads-i kat’î veriyor. Onuncu Söz’ün On Birinci Hakikati, bu hakikati gündüz gibi gösterdiğinden kısa kesiyoruz.
Kita cukupkan sampai di sini karena telah dibahas dengan jelas sejelas siang pada hakikat kesebelas dari “Kalimat Kesepuluh”.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Poros Keenam'''
'''ALTINCI MEDAR'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kasih sayang Pencipta alam di mana Dia merupakan Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang menunjukkan adanya kebahagiaan abadi. Ya, yang membuat nikmat benar-benar terasa, yang membuatnya terlepas dari celaka, dan yang menyelamatkan entitas dari cengkeraman perpisahan abadi adalah kebahagiaan abadi dan negeri yang kekal. Ia adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak menghalangi manusia darinya. Sebab, andaikan kebahagiaan dan negeri kekal tersebut yang merupakan puncak, tujuan, dan hasil fundamental dari nikmat tidak diberikan, atau andaikan dunia tidak lagi dibangkitkan setelah mati, tentu semua nikmat berubah menjadi bencana. Hal ini melahir- kan pengingkaran terhadap rahmat ilahi yang terlihat jelas di alam.
“Rahmanu’r-Rahîm” olan şu mevcudatın Sâni’-i Zülcemal’inin rahmeti, saadet-i ebediyeyi gösteriyor. Evet, nimeti nimet eden, nimeti nıkmetlikten halâs eden ve mevcudatı, firak-ı ebedîden hasıl olan vaveylâlardan kurtaran saadet-i ebediyeyi; o rahmetin şe’nindendir ki beşerden esirgemesin. Çünkü bütün nimetlerin re’si, reisi, gayesi, neticesi olan saadet-i ebediye verilmezse, dünya öldükten sonra âhiret suretinde dirilmezse bütün nimetler nıkmetlere tahavvül ederler. O tahavvül ise bilbedahe ve bizzarure ve umum kâinatın şehadetiyle muhakkak ve meşhud olan rahmet-i İlahiyenin vücudunu inkâr etmek lâzım gelir. Halbuki rahmet, güneşten daha parlak bir hakikat-i sabitedir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">