İçeriğe atla

Yirmi Dokuzuncu Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"'''Poros Keenam'''" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Kasih sayang Pencipta alam di mana Dia merupakan Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang menunjukkan adanya kebahagiaan abadi. Ya, yang membuat nikmat benar-benar terasa, yang membuatnya terlepas dari celaka, dan yang menyelamatkan entitas dari cengkeraman perpisahan abadi adalah kebahagiaan abadi dan negeri yang kekal. Ia adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak menghalangi manusia darinya. Sebab, andaikan kebahagiaan dan negeri kekal tersebut yang meru..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("'''Poros Keenam'''" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
307. satır: 307. satır:
Kasih sayang Pencipta alam di mana Dia merupakan Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang menunjukkan adanya kebahagiaan abadi. Ya, yang membuat nikmat benar-benar terasa, yang membuatnya terlepas dari celaka, dan yang menyelamatkan entitas dari cengkeraman perpisahan abadi adalah kebahagiaan abadi dan negeri yang kekal. Ia adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak menghalangi manusia darinya. Sebab, andaikan kebahagiaan dan negeri kekal tersebut yang merupakan puncak, tujuan, dan hasil fundamental dari nikmat tidak diberikan, atau andaikan dunia tidak lagi dibangkitkan setelah mati, tentu semua nikmat berubah menjadi bencana. Hal ini melahir- kan pengingkaran terhadap rahmat ilahi yang terlihat jelas di alam.
Kasih sayang Pencipta alam di mana Dia merupakan Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang menunjukkan adanya kebahagiaan abadi. Ya, yang membuat nikmat benar-benar terasa, yang membuatnya terlepas dari celaka, dan yang menyelamatkan entitas dari cengkeraman perpisahan abadi adalah kebahagiaan abadi dan negeri yang kekal. Ia adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak menghalangi manusia darinya. Sebab, andaikan kebahagiaan dan negeri kekal tersebut yang merupakan puncak, tujuan, dan hasil fundamental dari nikmat tidak diberikan, atau andaikan dunia tidak lagi dibangkitkan setelah mati, tentu semua nikmat berubah menjadi bencana. Hal ini melahir- kan pengingkaran terhadap rahmat ilahi yang terlihat jelas di alam.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Apabila sekiranya kehidupan manusia berakhir pada perpisahan abadi dan pada ketiadaan, lalu engkau mencermati sejumlah jejak halus dari rahmat tersebut berikut cahayanya pada karunia cinta, kasih sayang, dan akal, maka engkau bisa melihat bahwa cinta tersebut akan berubah menjadi musibah besar. Kasih sayang tadi juga akan berubah menjadi bencana. Serta akal yang cemerlang pun berubah menjadi malapetaka.Jadi, rahmat dan kasih sayang ilahi tidak mungkin membalas cinta hakiki dengan perpisahan abadi. Dengan kata lain, sudah pasti ada kehidupan akhirat.Hakikat ini telah kami rangkum pada hakikat kedua dari “Kalimat Kesepuluh” dengan sangat indah dan jelas.
Bak, rahmetin cilvelerinden ve latîf âsârından olan aşk ve şefkat ve akıl nimetlerine dikkat et. Eğer firak-ı ebedî ve hicran-ı lâyezalîye, hayat-ı insaniye incirar edeceğini farz etsen görürsün ki o latîf muhabbet, en büyük bir musibet olur. O leziz şefkat, en büyük bir illet olur. O nurani akıl, en büyük bir bela olur. Demek rahmet, (çünkü rahmettir) hicran-ı ebedîyi, muhabbet-i hakikiyeye karşı çıkaramaz. Onuncu Söz’ün İkinci Hakikati, bu hakikati gayet güzel bir surette gösterdiğinden burada ihtisar edildi.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">