İçeriğe atla

Otuzuncu Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Sebaliknya, mereka yang berada di jalan kenabian menetapkan hukum yang dipenuhi dengan penghambaan yang tulus kepada Allah semata. Mereka memutuskan bahwa tujuan utama umat manusia dan tugas fundamental mereka adalah “berakhlak sesuai perintah ilahi”. Yaitu menghias diri dengan berbagai perilaku mulia dan terpuji yang Allah perintahkan seraya menyadari kelemahan diri sebagai manusia sehingga bersandar pada kekuasaan-Nya, melihat ketidakberdayaan sehi..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Demikianlah, mereka menyandarkan jalan mereka kepada pilar-pilar yang rusak. Mereka membangunnya di atas pilar-pilar yang rapuh dan lemah itu. Kami telah menunjukkan dengan sangat jelas kelemahan pilar-pilar tersebut berikut kerusakannya dalam berbagai risalah. Terutama dalam buku al-Kalimât. Lebih khusus lagi dalam “Kalimat Kedua Belas” dan “Kedua Puluh Lima” yang secara khusus berbicara tentang Mukjizat al-Qur’an. Berdasarkan pilar-pilar yan..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Sebaliknya, mereka yang berada di jalan kenabian menetapkan hukum yang dipenuhi dengan penghambaan yang tulus kepada Allah semata. Mereka memutuskan bahwa tujuan utama umat manusia dan tugas fundamental mereka adalah “berakhlak sesuai perintah ilahi”. Yaitu menghias diri dengan berbagai perilaku mulia dan terpuji yang Allah perintahkan seraya menyadari kelemahan diri sebagai manusia sehingga bersandar pada kekuasaan-Nya, melihat ketidakberdayaan sehi..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
103. satır: 103. satır:
Berdasarkan pilar-pilar yang rusak tersebut, sejumlah tokoh filsafat dan para penganutnya seperti Plato, Aristoteles, Ibnu Sina, dan al-Farabi meyakini bahwa tujuan utama bagi kesempurnaan manusia adalah “bertindak seperti Sang Pencipta”. Akhirnya, mereka melahirkan hukum ala Fir’aun yang tiran. Mereka membukakan jalan bagi banyak kelompok yang dekat dengan beragam bentuk kemusyrikan seperti penyembah sebab, penyembah berhala, penyembah alam, dan penyembah bintang. Hal itu dengan cara merangsang ego mereka untuk berlari bebas dalam lembah kemusyrikan dan kesesatan. Mereka membendung jalan penghambaan kepada Allah. Mereka menutup pintu-pintu kelemahan, ketidakberdayaan, kefakiran, rasa butuh dan papa yang terdapat dalam fitrah manusia. Mereka tersesat dalam kubangan alam materi, tidak selamat dari lumpur kemusyrikan, serta tidak mendapat jalan menuju pintu syukur yang demikian luas.
Berdasarkan pilar-pilar yang rusak tersebut, sejumlah tokoh filsafat dan para penganutnya seperti Plato, Aristoteles, Ibnu Sina, dan al-Farabi meyakini bahwa tujuan utama bagi kesempurnaan manusia adalah “bertindak seperti Sang Pencipta”. Akhirnya, mereka melahirkan hukum ala Fir’aun yang tiran. Mereka membukakan jalan bagi banyak kelompok yang dekat dengan beragam bentuk kemusyrikan seperti penyembah sebab, penyembah berhala, penyembah alam, dan penyembah bintang. Hal itu dengan cara merangsang ego mereka untuk berlari bebas dalam lembah kemusyrikan dan kesesatan. Mereka membendung jalan penghambaan kepada Allah. Mereka menutup pintu-pintu kelemahan, ketidakberdayaan, kefakiran, rasa butuh dan papa yang terdapat dalam fitrah manusia. Mereka tersesat dalam kubangan alam materi, tidak selamat dari lumpur kemusyrikan, serta tidak mendapat jalan menuju pintu syukur yang demikian luas.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebaliknya, mereka yang berada di jalan kenabian menetapkan hukum yang dipenuhi dengan penghambaan yang tulus kepada Allah semata. Mereka memutuskan bahwa tujuan utama umat manusia dan tugas fundamental mereka adalah “berakhlak sesuai perintah ilahi”. Yaitu menghias diri dengan berbagai perilaku mulia dan terpuji yang Allah perintahkan seraya menyadari kelemahan diri sebagai manusia sehingga bersandar pada kekuasaan-Nya, melihat ketidakberdayaan sehingga berlindung pada kekuatan-Nya, menyaksikan kefakiran se- hingga berharap akan rahmat-Nya, menatap kebutuhan sehingga ber- gantung kepada kekayaan-Nya, mengenali keterbatasan sehingga me- minta ampunan kepada-Nya, serta menginsafi kekurangan sehingga bertasbih dan menyucikan kesempurnaan-Nya.
Nübüvvet ise gaye-i insaniyet ve vazife-i beşeriyet, ahlâk-ı İlahiye ile ve secaya-yı hasene ile tahalluk etmekle beraber, aczini bilip kudret-i İlahiyeye iltica, zaafını görüp kuvvet-i İlahiyeye istinad, fakrını görüp rahmet-i İlahiyeye itimat, ihtiyacını görüp gına-i İlahiyeden istimdad, kusurunu görüp aff-ı İlahîye istiğfar, naksını görüp kemal-i İlahîye tesbihhan olmaktır, diye ubudiyetkârane hükmetmişler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">