İçeriğe atla

Otuz Birinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Demikianlah, salah satu dari buah mi’raj adalah cahaya iman. Jika hidup ini tidak diterangi oleh cahaya tersebut, yakni jika kita me- lihat alam ini lewat pandangan kesesatan, maka seluruh entitas akan tampak asing, buas, menakutkan dan berbahaya. Benda-benda besar seperti gunung akan terlihat seperti jenazah yang menakutkan. Ajal akan dianggap sebagai algojo yang memenggal leher makhluk hidup kemudian melemparkannya ke dalam sumur ketiadaan. Lalu selu..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("'''Perumpamaan pertama''' Anggaplah kita sedang bersamamu di suatu negeri yang luas. Kita menyaksikan bahwa segala sesuatu menjadi musuh kita. Segala sesuatu memendam permusuhan terhadap yang lain. Segala yang berada di dalamnya asing dan tidak kita kenali. Setiap sudut penuh de- ngan jenazah yang membuat takut dan cemas. Suara rintihan, ratapan, permintaan tolong dari anak-anak yatim dan orang yang teraniaya ter- dengar di mana-mana. Nah, ketika kita da..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Demikianlah, salah satu dari buah mi’raj adalah cahaya iman. Jika hidup ini tidak diterangi oleh cahaya tersebut, yakni jika kita me- lihat alam ini lewat pandangan kesesatan, maka seluruh entitas akan tampak asing, buas, menakutkan dan berbahaya. Benda-benda besar seperti gunung akan terlihat seperti jenazah yang menakutkan. Ajal akan dianggap sebagai algojo yang memenggal leher makhluk hidup kemudian melemparkannya ke dalam sumur ketiadaan. Lalu selu..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
378. satır: 378. satır:
Kabar gembira tersebut seketika mengubah sesuatu yang asing bagi kita menjadi sesuatu yang dicinta dan dikasihi. Ia mengubah so- sok yang sebelumnya kita lihat sebagai musuh menjadi saudara tercinta. Ia memperlihatkan jenazah yang menakutkan menjadi sosok hamba yang khusyuk, tunduk, dan berzikir kepada Allah dengan ber- tasbih dan bertahmid. Ia mengubah rintihan dan ratapan tadi menjadi sesuatu yang menyerupai pujian, sanjungan, dan rasa syukur. Ia mengubah kematian tersebut menjadi semacam pembebasan tugas. Kita pun ikut berbahagia dan bergembira bersama yang lain di samping kegembiraan kita sendiri. Di saat itu, engkau bisa mengukur sejauh mana kegembiraan yang kita rasakan ketika mendengar kabar gembira yang agung tersebut.
Kabar gembira tersebut seketika mengubah sesuatu yang asing bagi kita menjadi sesuatu yang dicinta dan dikasihi. Ia mengubah so- sok yang sebelumnya kita lihat sebagai musuh menjadi saudara tercinta. Ia memperlihatkan jenazah yang menakutkan menjadi sosok hamba yang khusyuk, tunduk, dan berzikir kepada Allah dengan ber- tasbih dan bertahmid. Ia mengubah rintihan dan ratapan tadi menjadi sesuatu yang menyerupai pujian, sanjungan, dan rasa syukur. Ia mengubah kematian tersebut menjadi semacam pembebasan tugas. Kita pun ikut berbahagia dan bergembira bersama yang lain di samping kegembiraan kita sendiri. Di saat itu, engkau bisa mengukur sejauh mana kegembiraan yang kita rasakan ketika mendengar kabar gembira yang agung tersebut.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, salah satu dari buah mi’raj adalah cahaya iman. Jika hidup ini tidak diterangi oleh cahaya tersebut, yakni jika kita me- lihat alam ini lewat pandangan kesesatan, maka seluruh entitas akan tampak asing, buas, menakutkan dan berbahaya. Benda-benda besar seperti gunung akan terlihat seperti jenazah yang menakutkan. Ajal akan dianggap sebagai algojo yang memenggal leher makhluk hidup kemudian melemparkannya ke dalam sumur ketiadaan. Lalu seluruh suara dan gema terdengar seperti teriakan dan ratapan yang lahir dari adanya perpisahan.Di saat kesesatan mengilustrasikan makhluk semacam itu, ti- ba-tiba buah mi’raj yang merupakan cahaya dan hakikat iman menyi- nari makhluk sekaligus memperlihatkannya sebagai kekasih yang saling bersaudara dimana mereka bertasbih dan berzikir kepada Sang Pencipta Yang Mahaagung. Kematian dan kepergian merupakan ben- tuk pembebasan dari beban-beban tugas. Sementara suara yang ada berupa tasbih dan tahmid. Begitulah seterusnya. Jika engkau ingin melihat hakikat ini dalam bentuknya yang lebih jelas, bacalah “Kalimat Kedua” dan “Kalimat Kedelapan” dari buku “Nasihat Spiritual” atau al-Kalimât.
İşte mi’rac-ı Ahmediyenin (asm) bir meyvesi olan nur-u imandan evvel, şu kâinatın mevcudatı, nazar-ı dalaletle bakıldığı vakit; yabancı, muzır, müz’iç, muvahhiş ve dağ gibi cirmler birer müthiş cenaze, ecel herkesin başını kesip adem-âbâd kuyusuna atar. Bütün sadâlar, firak ve zevalden gelen vaveylâlar olduğu halde, dalaletin öyle tasvir ettiği hengâmda; meyve-i mi’rac olan hakaik-i erkân-ı imaniye nasıl mevcudatı sana kardeş, dost ve Sâni’-i Zülcelal’ine zâkir ve müsebbih; ve mevt ve zeval, bir nevi terhis ve vazifeden âzad etmek; ve sadâlar, birer tesbihat hakikatinde olduğunu sana gösterir. Bu hakikati tamam görmek istersen İkinci ve Sekizinci Sözlere bak.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">