78.189
düzenleme
("Yang ada hanyalah penjelasan ayat al-Qur’an وَ يَقُولُوا سِح۟رٌ مُس۟تَمِرٌّ ‘Mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang berkelanjutan’. Maksudnya, orang-orang kafir yang menyaksikan mukjizat itu berkata, “Ini adalah sihir. Maka, utuslah orang ke sejumlah penjuru untuk menyaksikan apakah mere- ka melihat atau tidak?!” Keesokan harinya, sejumlah rombongan dari Yaman dan lainnya datang. Ketika ditanya, mereka menjawab bah..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("'''Poin Kedua''' Sebagian besar imam ilmu kalam seperti Sa’ad at-Taftazânî berkata, “Terbelahnya bulan merupakan riwayat yang mutawatir sama seperti memancarnya air dari jari-jemari beliau di mana pasukan bisa minum darinya. Juga, seperti rintihan batang pohon lantaran berpisah dengan beliau di mana sebelumnya ia menjadi sandaran beliau saat berkhutbah dan hal itu didengar oleh jamaah masjid. Dengan kata lain, peristiwa tersebut dinukil oleh banyak..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
426. satır: | 426. satır: | ||
Yang ada hanyalah penjelasan ayat al-Qur’an وَ يَقُولُوا سِح۟رٌ مُس۟تَمِرٌّ ‘Mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang berkelanjutan’. Maksudnya, orang-orang kafir yang menyaksikan mukjizat itu berkata, “Ini adalah sihir. Maka, utuslah orang ke sejumlah penjuru untuk menyaksikan apakah mere- ka melihat atau tidak?!” Keesokan harinya, sejumlah rombongan dari Yaman dan lainnya datang. Ketika ditanya, mereka menjawab bahwa mereka telah melihat hal yang sama. Maka, orang-orang kafir itupun berkomentar, “Sihir anak yatim yang diasuh Abu Thalib telah sampai ke langit.”(*<ref>*Lihat: at-Tirmidzi, dalam tafsir surah al-Qamar; Ahmad ibn Hambal dalam al-Musnad 3/165; at-Thabari, Jâmi`ul Qur’ân 27/84-85; al-Qurthubi, al-Jâmi`u li ahkâmil Qur’ân 17/126; al-Baihaqi, Dalâil an-Nubuwwah 2/268; as-Suyûthi, al-Khashâis al-Kubrâ 1/209.</ref>) | Yang ada hanyalah penjelasan ayat al-Qur’an وَ يَقُولُوا سِح۟رٌ مُس۟تَمِرٌّ ‘Mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang berkelanjutan’. Maksudnya, orang-orang kafir yang menyaksikan mukjizat itu berkata, “Ini adalah sihir. Maka, utuslah orang ke sejumlah penjuru untuk menyaksikan apakah mere- ka melihat atau tidak?!” Keesokan harinya, sejumlah rombongan dari Yaman dan lainnya datang. Ketika ditanya, mereka menjawab bahwa mereka telah melihat hal yang sama. Maka, orang-orang kafir itupun berkomentar, “Sihir anak yatim yang diasuh Abu Thalib telah sampai ke langit.”(*<ref>*Lihat: at-Tirmidzi, dalam tafsir surah al-Qamar; Ahmad ibn Hambal dalam al-Musnad 3/165; at-Thabari, Jâmi`ul Qur’ân 27/84-85; al-Qurthubi, al-Jâmi`u li ahkâmil Qur’ân 17/126; al-Baihaqi, Dalâil an-Nubuwwah 2/268; as-Suyûthi, al-Khashâis al-Kubrâ 1/209.</ref>) | ||
'''Poin Kedua''' | |||
''' | Sebagian besar imam ilmu kalam seperti Sa’ad at-Taftazânî berkata, “Terbelahnya bulan merupakan riwayat yang mutawatir sama seperti memancarnya air dari jari-jemari beliau di mana pasukan bisa minum darinya. Juga, seperti rintihan batang pohon lantaran berpisah dengan beliau di mana sebelumnya ia menjadi sandaran beliau saat berkhutbah dan hal itu didengar oleh jamaah masjid. Dengan kata lain, peristiwa tersebut dinukil oleh banyak orang dari banyak orang sehingga mustahil mereka sepakat untuk berdusta. Peristiwa tersebut benar-benar mutawatir sama seperti kemunculan komet Haley seribu tahun lalu atau keberadaan pulau Sailan (sekarang: Sri Langka) yang belum pernah kita lihat.” Demikianlah memunculkan keraguan di seputar persoalan yang sangat pasti dan bisa disaksikan secara langsung ini merupakan ben- tuk kebodohan. Cukuplah ia sebagai sesuatu yang mungkin, bukan mustahil. Apalagi terbelahnya bulan sangat mungkin terjadi sama seperti letusan gunung berapi (gempa vulkanik). | ||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme