96.334
düzenleme
("Demikianlah, jika seluruh jenis cinta yang telah kami sebutkan diarahkan ke dalam bentuk yang telah dijelaskan, yakni atas dasar cin- ta karena Allah, maka ia akan melahirkan kenikmatan hakiki tanpa disertai penderitaan. Ia juga menjadi perjumpaan hakiki tanpa disertai perpisahan, bahkan membuat rasa cinta kepada Allah semakin bertambah. Di samping itu, ia merupakan cinta yang dibenarkan, bentuk rasa syukur kepada Allah, dan perenungan terhadap karunia-N..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Sebagai contoh, jika seorang raja menghadiahkan sebuah apel, misalnya, pasti engkau memiliki dua jenis cinta dan dua bentuk kenikmatan kepadanya:" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
775. satır: | 775. satır: | ||
Demikianlah, jika seluruh jenis cinta yang telah kami sebutkan diarahkan ke dalam bentuk yang telah dijelaskan, yakni atas dasar cin- ta karena Allah, maka ia akan melahirkan kenikmatan hakiki tanpa disertai penderitaan. Ia juga menjadi perjumpaan hakiki tanpa disertai perpisahan, bahkan membuat rasa cinta kepada Allah semakin bertambah. Di samping itu, ia merupakan cinta yang dibenarkan, bentuk rasa syukur kepada Allah, dan perenungan terhadap karunia-Nya da- lam rasa cinta itu sendiri. | Demikianlah, jika seluruh jenis cinta yang telah kami sebutkan diarahkan ke dalam bentuk yang telah dijelaskan, yakni atas dasar cin- ta karena Allah, maka ia akan melahirkan kenikmatan hakiki tanpa disertai penderitaan. Ia juga menjadi perjumpaan hakiki tanpa disertai perpisahan, bahkan membuat rasa cinta kepada Allah semakin bertambah. Di samping itu, ia merupakan cinta yang dibenarkan, bentuk rasa syukur kepada Allah, dan perenungan terhadap karunia-Nya da- lam rasa cinta itu sendiri. | ||
Sebagai contoh, jika seorang raja menghadiahkan sebuah apel, misalnya, pasti engkau memiliki dua jenis cinta dan dua bentuk kenikmatan kepadanya: | |||
Pertama, cinta yang kembali kepada apel tadi sebagai buah yang baik dan lezat sesuai dengan sifat yang dimilikinya. Cinta ini tidak tertuju kepada sang raja. Orang yang memakannya dengan lahap di hadapannya seraya menampakkan kecintaan kepada apel; bukan kepada sang raja, sikap tersebut sama sekali tidak akan disenangi oleh raja, bahkan membencinya. Di samping itu, kenikmatan apel bersifat sementara dan akan segera habis. Pasalnya, dengan selesainya apel tadi dimakan, berakhir pula kenikmatannya dan menyisakan kesedihan. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme