İçeriğe atla

Konferans/id: Revizyonlar arasındaki fark

Boyutta değişiklik yok ,  11 Aralık 2024
"Badiuzzaman mengorbankan kesenangan duniawinya guna berkhidmah untuk al-Qur’an, iman, dan Islam. Beliau tidak menyimpan kekayaan duniawi dan pribadi. Beliau menghabiskan hidupnya dalam kondisi zuhud, bertakwa, melakukan olah ruhani, hemat, dan qanaah. Beliau juga memutuskan hubungan secara total dengan dunia." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Saat membacakan Risalah Nur kepada salah seorang muridnya, Ustadz Said Nursi berkata, “Ini adalah pelajaranku. Aku membacanya untuk diriku. Aku telah membaca risalah ini sampai sekarang barangkali sudah seratus kali. Namun demikian, aku tetap merindukannya dan butuh membacanya lagi seakan-akan baru pertama kali melihatnya.”" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Badiuzzaman mengorbankan kesenangan duniawinya guna berkhidmah untuk al-Qur’an, iman, dan Islam. Beliau tidak menyimpan kekayaan duniawi dan pribadi. Beliau menghabiskan hidupnya dalam kondisi zuhud, bertakwa, melakukan olah ruhani, hemat, dan qanaah. Beliau juga memutuskan hubungan secara total dengan dunia." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
172. satır: 172. satır:
Sepanjang hayatnya, Badiuzzaman Said Nursi tidak mau dikenal, disambut, dan dihormati. Ia hidup dalam kondisi merasa cukup tidak membutuhkan bantuan orang. Dalam tulisannya yang berbahasa Arab beliau berbicara tentang popularitas dengan berkata, “Aku melihat popularitas sebagai hal yang mengantar pada riya dan madu beracun yang mematikan hati. Karena itu, jangan kau cari agar tidak menjadi budak manusia. Bila seseorang jatuh pada musibah dan ujian tersebut hendaknya ia berkata, Innâ lillâh wa innâ ilaihi râjiun.”(*<ref>*Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuri, hal 176.            </ref>)Maknanya, siapa yang ingin terkenal dan populer ia akan mencari muka karena ujub dengan dirinya dan ingin disanjung mereka.
Sepanjang hayatnya, Badiuzzaman Said Nursi tidak mau dikenal, disambut, dan dihormati. Ia hidup dalam kondisi merasa cukup tidak membutuhkan bantuan orang. Dalam tulisannya yang berbahasa Arab beliau berbicara tentang popularitas dengan berkata, “Aku melihat popularitas sebagai hal yang mengantar pada riya dan madu beracun yang mematikan hati. Karena itu, jangan kau cari agar tidak menjadi budak manusia. Bila seseorang jatuh pada musibah dan ujian tersebut hendaknya ia berkata, Innâ lillâh wa innâ ilaihi râjiun.”(*<ref>*Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuri, hal 176.            </ref>)Maknanya, siapa yang ingin terkenal dan populer ia akan mencari muka karena ujub dengan dirinya dan ingin disanjung mereka.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Meski Ustadz menjauhi popularitas dengan perbuatan dan keadaannya, namun orang-orang tetap mendatanginya. Mereka meminta bantuan dari beliau. Seakan-akan ada tarikan ilahi yang men- dorong mereka melakukan hal tersebut. Karenanya, keutamaan yang beliau miliki ini benar-benar menjadi sarana bagi karya dan jejak beli- au yang mendunia seperti Risalah Nur.
Üstad, şöhretten fiilen ve halen bu kadar kaçmasına rağmen, her ne hikmetse, insanlar âdeta bir sevk-i İlahî varmış gibi istimdadkârane ona koşmuşlardır ve ona akın etmektedirler. Ve onun mahz-ı hak olan bu kudsî seciyesi, Risale-i Nur gibi cihanşümul bir esere hâdim olmuştur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">