82.619
düzenleme
("Adapun Badiuzzaman berkata, “Perubahan, perpisahan, dan ketiadaan pada makhluk bersifat lahiriah. Namun hakikatnya tidak ada perpisahan. Yang ada adalah perjumpaan. Tidak ada yang namanya ketiadaan. Yang ada hanya keterbaharuan. Segala sesuatu di alam memiliki bentuk keabadiannya sendiri. Sementara kematian hanyalah perpindahan dari alam fana menuju alam abadi.” “Bagi orang yang mendapat hidayah dan ahlul quran kematian adalah perjalanan menuju ala..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Saat berusaha menyelamatkan manusia dari kemaksiatan dan kesesatan lewat jalan Risalah Nur, Badiuzzaman tidak menggunakan gaya bahasa yang menakut-nakuti dan memberikan ancaman. Akan tetapi, beliau menjelaskan bahwa kenikmatan yang tidak dibenarkan dalam syariat akan melahirkan seratus macam penderitaan. Beliau berusaha melindungi kalbu dan ruh agar jangan sampai kalah oleh perasaan. Lewat sejumlah komparasi yang dihadirkan dalam Risalah Nur, beliau dapa..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
232. satır: | 232. satır: | ||
teman lama, media menuju tanah air hakiki dan tempat kebahagiaan abadi, ajakan mulia untuk keluar dari penjara dunia menuju taman surga, penantian untuk mendapatkan upah atas sejumlah pengabdian sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, pem- bebasan dari beban hidup, liburan dari tugasnya, serta pengumuman selesainya kewajiban ibadah dan ujian pembelajaran.”(*<ref>*Al-Kalimât, h.38.</ref>) | teman lama, media menuju tanah air hakiki dan tempat kebahagiaan abadi, ajakan mulia untuk keluar dari penjara dunia menuju taman surga, penantian untuk mendapatkan upah atas sejumlah pengabdian sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, pem- bebasan dari beban hidup, liburan dari tugasnya, serta pengumuman selesainya kewajiban ibadah dan ujian pembelajaran.”(*<ref>*Al-Kalimât, h.38.</ref>) | ||
Saat berusaha menyelamatkan manusia dari kemaksiatan dan kesesatan lewat jalan Risalah Nur, Badiuzzaman tidak menggunakan gaya bahasa yang menakut-nakuti dan memberikan ancaman. Akan tetapi, beliau menjelaskan bahwa kenikmatan yang tidak dibenarkan dalam syariat akan melahirkan seratus macam penderitaan. Beliau berusaha melindungi kalbu dan ruh agar jangan sampai kalah oleh perasaan. Lewat sejumlah komparasi yang dihadirkan dalam Risalah Nur, beliau dapat membuktikan bahwa dalam kekufuran dan kesesatan terdapat benih zaqqum Jahanam. Keduanya membuat pemiliknya merasakan derita Jahanam meski masih di dunia. Adapun dalam iman, Islam, dan ibadah terdapat benih surga. Ia memberikan kenikmatan pada pemiliknya, mencurahinya buah-buahan surga, serta mengalirkan pahala untuknya saat ia masih di dunia. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme