82.696
düzenleme
("Seperti yang kita ketahui, gerakan matahari adalah gerakan yang bisa terlihat secara lahiriah. Ia menjadi petunjuk adanya gerakan bumi yang tersembunyi dan tak terasa sekaligus memberitakan tentang adanya gerakan tersebut. Jadi, yang dimaksud di sini bukan hakikat terbenamnya matahari.(*<ref>*Dalam tafsir al-Baidhâwi disebutkan, “Barangkali Dzulqarnain mencapai pan- tai, lalu di sana ia melihatnya seperti itu. Pasalnya, dalam pandangannya yang terliha..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("'''Kesimpulan''' Penyebutan Laut Barat dengan air yang keruh hanya berlaku bagi Dzulqarnain yang dari jauh ia melihat laut tersebut seperti sumber mata air. Adapun pandangan al-Qur’an yang dekat dengan segala sesuatu, ia tidak melihatnya dalam perspektif Dzulqarnain yang penglihatannya telah tertipu. Tetapi, karena al-Qur’an turun dari langit sekaligus melihatnya, serta karena ia menyaksikan bumi sebagai lapangan, istana, atau kadangkala sebagai hamp..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
105. satır: | 105. satır: | ||
Sebagaimana terbenamnya matahari dari jauh bagi Dzulqarnain tampak seperti itu, maka ungkapan al-Qur’an yang turun dari arasy-Nya yang agung tersebut sangat sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Di situ disebutkan bahwa matahari yang berposisi sebagai penerang tempat jamuan Tuhan bersembunyi di balik “mata” Ilahi yang berupa Laut Barat sekaligus—dengan gaya bahasanya yang mengagumkan—ditegaskan bahwa laut adalah “mata air” panas. Demikianlah kondisi laut terlihat bagi “mata-mata langit”. | Sebagaimana terbenamnya matahari dari jauh bagi Dzulqarnain tampak seperti itu, maka ungkapan al-Qur’an yang turun dari arasy-Nya yang agung tersebut sangat sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Di situ disebutkan bahwa matahari yang berposisi sebagai penerang tempat jamuan Tuhan bersembunyi di balik “mata” Ilahi yang berupa Laut Barat sekaligus—dengan gaya bahasanya yang mengagumkan—ditegaskan bahwa laut adalah “mata air” panas. Demikianlah kondisi laut terlihat bagi “mata-mata langit”. | ||
'''Kesimpulan''' | |||
''' | Penyebutan Laut Barat dengan air yang keruh hanya berlaku bagi Dzulqarnain yang dari jauh ia melihat laut tersebut seperti sumber mata air. Adapun pandangan al-Qur’an yang dekat dengan segala sesuatu, ia tidak melihatnya dalam perspektif Dzulqarnain yang penglihatannya telah tertipu. Tetapi, karena al-Qur’an turun dari langit sekaligus melihatnya, serta karena ia menyaksikan bumi sebagai lapangan, istana, atau kadangkala sebagai hamparan, maka penggu- naan kata “mata air” untuk lautan luas tersebut, yaitu Lautan Atlantik, yang tertutup oleh asap adalah untuk menjelaskan ketinggian, kemuliaan, dan keagungannya. | ||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme