İçeriğe atla

Yirmi Üçüncü Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"'''Jawaban:''' Allah Sang Pencipta Yang Mahabijak telah menciptakan alam ini laksana sebuah pohon. Lalu Dia menjadikan para makhluk yang memiliki kesadaran sebagai buah sempurna dari pohon tersebut. Dia menjadikan manusia sebagai buah yang paling kompherensif di antara makhluk-Nya. Dia menjadikan syukur dan ibadah sebagai buah kehidupan manusia yang paling mulia. Bahkan, keduanya merupa- kan hasil dan tujuan penciptaannya.Mungkinkah Sang Penguasa Mutlak,..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Adapun bagian kedua dari keraguan yang kau lontarkan adalah: Apakah sikap menghamba kepada sebagian sebab dalam hal-hal yang parsial akan mengurangi ketundukan dan penghambaan seluruh makhluk–mulai dari atom hingga planet di angkasa–yang tertuju kepada Allah Yang Mahakuasa?" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("'''Jawaban:''' Allah Sang Pencipta Yang Mahabijak telah menciptakan alam ini laksana sebuah pohon. Lalu Dia menjadikan para makhluk yang memiliki kesadaran sebagai buah sempurna dari pohon tersebut. Dia menjadikan manusia sebagai buah yang paling kompherensif di antara makhluk-Nya. Dia menjadikan syukur dan ibadah sebagai buah kehidupan manusia yang paling mulia. Bahkan, keduanya merupa- kan hasil dan tujuan penciptaannya.Mungkinkah Sang Penguasa Mutlak,..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
205. satır: 205. satır:
Adapun bagian kedua dari keraguan yang kau lontarkan adalah: Apakah sikap menghamba kepada sebagian sebab dalam hal-hal yang parsial akan mengurangi ketundukan dan penghambaan seluruh makhluk–mulai dari atom hingga planet di angkasa–yang tertuju kepada Allah Yang Mahakuasa?
Adapun bagian kedua dari keraguan yang kau lontarkan adalah: Apakah sikap menghamba kepada sebagian sebab dalam hal-hal yang parsial akan mengurangi ketundukan dan penghambaan seluruh makhluk–mulai dari atom hingga planet di angkasa–yang tertuju kepada Allah Yang Mahakuasa?


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Jawaban:'''
'''Elcevap:''' Şu kâinatın Hâlık-ı Hakîm’i, kâinatı bir ağaç hükmünde halk edip en mükemmel meyvesini zîşuur ve zîşuurun içinde en câmi’ meyvesini insan yapmıştır. Ve insanın en ehemmiyetli, belki insanın netice-i hilkati ve gaye-i fıtratı ve semere-i hayatı olan şükür ve ibadeti; o Hâkim-i Mutlak ve Âmir-i Müstakil, kendini sevdirmek ve tanıttırmak için kâinatı halk eden o Vâhid-i Ehad, bütün kâinatın meyvesi olan insanı ve insanın en yüksek meyvesi olan şükür ve ibadetini başka ellere verir mi? Bütün bütün hikmetine zıt olarak, netice-i hilkati ve semere-i kâinatı abes eder mi? Hâşâ ve kellâ… Hem hikmetini ve rububiyetini inkâr ettirecek bir tarzda mahlukatın ibadetlerini başkalara vermeye rıza gösterir mi, hiç müsaade eder mi? Ve hem hadsiz bir derecede kendini sevdirmeyi ve tanıttırmayı ef’aliyle gösterdiği halde, en mükemmel mahlukatının şükür ve minnettarlıklarını, tahabbüb ve ubudiyetlerini başka esbaba vermekle kendini unutturup kâinattaki makasıd-ı âliyesini inkâr ettirir mi? Ey tabiat-perestlikten vazgeçen arkadaş! Haydi sen söyle!
Allah Sang Pencipta Yang Mahabijak telah menciptakan alam ini laksana sebuah pohon. Lalu Dia menjadikan para makhluk yang memiliki kesadaran sebagai buah sempurna dari pohon tersebut. Dia menjadikan manusia sebagai buah yang paling kompherensif di antara makhluk-Nya. Dia menjadikan syukur dan ibadah sebagai buah kehidupan manusia yang paling mulia. Bahkan, keduanya merupa- kan hasil dan tujuan penciptaannya.Mungkinkah Sang Penguasa Mutlak, Pemberi perintah Yang Tunggal, dan Dzat Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta untuk memperkenalkan Uluhiyah-Nya dan membuat Rububiyah-Nya dicintai, menyerahkan urusan manusia yang merupakan buah alam semesta kepada sebab-sebab yang ada, serta menyerahkan syukur dan ibadah yang merupakan buah kehidupan manusia kepa- da orang lain? Mungkinkah Allah membiarkan hasil penciptaan dan buah alam itu sia-sia begitu saja di mana hal tersebut bertentangan dengan hikmah-Nya? Sama sekali tidak mungkin. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.Lalu apakah Allah akan menerima sesuatu yang menyalahi hikmah dan Rububiyah-Nya dengan menjadikan sebagian sebab sebagai tujuan pengabdian makhluk? Padahal Dia telah memperk- enalkan diri-Nya sekaligus membuat semua makhluk mencintai-Nya dengan segala sikap dan kelembutan-Nya di alam ini. Lebih dari itu, bagaimana mungkin Allah akan membiarkan makhluk yang paling Dia cintai, paling sempurna dalam beribadah, dalam bersyukur, dan dalam memberikan pujian, kepada selain-Nya? Bagaimana mungkin Allah mengizinkan para makhluk untuk melupakan diri-Nya setelah dengan segala perbuatannya, Dia menampakkan tujuan-tujuan-Nya yang mulia di alam ini, yaitu mengenal, lalu mengabdi kepada-Nya? Sungguh hal itu tidak benar. Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">