78.073
düzenleme
("Wahai penderita sakit yang selalu mengeluh! Ketahuilah bahwa engkau tidak berhak mengeluh, tetapi justru engkau wajib bersyukur dan bersabar. Karena, jiwa dan ragamu bukanlah milikmu. Bukan engkau yang menciptakannya. Engkau juga tidak membelinya dari pabrik atau perusahaan manapun. Dengan demikian, ia milik pihak lain." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Wahai penderita sakit yang sedang gelisah! Engkau gelisah karena tekanan penyakit. Sadarilah bahwa kegelisahanmu itu justru menambah beban penyakit. Jika engkau hendak meringankan penyakitmu, berusahalah sekuat tenaga untuk tenang. Dengan kata lain, renungi dan pikirkan berbagai manfaat dan pahala sakit serta dorongan untuk sembuh. Cabutlah akar-akar kegelisahan dari dirimu agar penyakit itu juga tercabut dari akar-akarnya." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 40 değişikliği gösterilmiyor) | |||
52. satır: | 52. satır: | ||
Wahai penderita sakit yang selalu mengeluh! Ketahuilah bahwa engkau tidak berhak mengeluh, tetapi justru engkau wajib bersyukur dan bersabar. Karena, jiwa dan ragamu bukanlah milikmu. Bukan engkau yang menciptakannya. Engkau juga tidak membelinya dari pabrik atau perusahaan manapun. Dengan demikian, ia milik pihak lain. | Wahai penderita sakit yang selalu mengeluh! Ketahuilah bahwa engkau tidak berhak mengeluh, tetapi justru engkau wajib bersyukur dan bersabar. Karena, jiwa dan ragamu bukanlah milikmu. Bukan engkau yang menciptakannya. Engkau juga tidak membelinya dari pabrik atau perusahaan manapun. Dengan demikian, ia milik pihak lain. | ||
Sang Pemiliknya dapat berbuat sesuai kehendaknya dalam kerajaannya, sebagaimana yang tertera dalam “Kalimat Kedua Puluh Enam” yang khusus membahas tentang qadar (takdir), yaitu:Seorang perancang kaya dan cakap mempekerjakan seorang fakir sebagai model selama satu jam. Untuk memperlihatkan rancangannya yang indah dan kekayaannya yang luar biasa, dia pakaikan orang fakir tadi pakaian brokat yang dijahitnya sendiri, serta satu set baju yang ia tenun dengan sangat indah. Ia mempekerjakan orang tersebut dalam berbagai tugas serta menampilkan berbagai kondisi dan bentuk guna memperlihatkan rancangan yang luar biasa dan kehebatannya yang menakjubkan. Karena itu, ia memotong, mengganti, memanjangkan, memendekkan, dan seterusnya. | |||
Apakah menurutmu si fakir yang dipekerjakan ini berhak berkata kepada sang perancang yang cakap tersebut, “Engkau telah membuatku lelah dan payah dengan permintaan anda untuk membungkuk di satu waktu dan tegak di lain kesempatan. Engkau telah merusak keindahan yang terukir pada baju ini, yang sebenarnya mempercantik dan memperindah diriku, dengan menggunting dan memendekkannya?” | |||
Demikian halnya dengan Sang Pencipta yang Maha Mulia, Allah—tanpa ada maksud menyerupakan Dia dengan apa dan siapapun—yang telah memberikan pakaian jasad kepadamu, wahai penderita sakit, dan menganugerahkan panca indra nuraniah seperti mata, telinga, dan akal. Maka demi memperlihatkan goresan nama-nama-Nya yang sangat indah, Dia pergilirkan berbagai kondisi dan situasi atas dirimu. Sehingga, seperti halnya engkau mengenal nama-Nya “ar-Razzâq” (Sang Pemberi rezeki) dengan menelan pa- hitnya rasa lapar, maka engkau juga akan mengenal nama Allah “Asy-Syâfî” (Sang Maha Penyembuh) melalui derita sakitmu itu.Kemunculan sebagian Asmaul Husna melalui sakit dan berbagai musibah, menunjukkan adanya percikan hikmah dan pancaran rahmat serta cahaya keindahan. | |||
Andai saja tirai kegaiban terbuka, niscaya engkau akan menemukan berbagai makna yang dalam dan indah serta menyenangkan di balik derita sakitmu. | |||
< | <span id="Beşinci_Deva"></span> | ||
== | ==Obat Kelima== | ||
< | Wahai orang yang diuji dengan derita sakit! Lewat pengalaman yang telah kudapatkan di zaman ini, aku yakin bahwa derita sakit— yang dialami oleh sebagian orang—adalah bentuk kemurahan ilahi dan hadiah rahmâni bagi sebagian orang.(*<ref>*Dari Abu Hurairah , sesungguhnya Nabi bersabda: “Siapa yang Allah kehen- daki kebaikan atas dirinya, maka Allah menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari, al-Mardhâ, 1). </ref>)Selama delapan atau sembilan tahun, beberapa pemuda menemuiku karena derita sakit yang mereka alami, dengan harapan mereka kudoakan kesembuhan, padahal itu bukan keahlianku.Kemudian kuperhatikan bahwa mereka yang menderita sakit, justru banyak bertafakkur dan mengingat akhirat, serta kelalaian masa muda tidak membuatnya lupa diri. Bahkan, sampai pada tahap tertentu, derita sakit tersebut menjaga diri mereka dari syahwat hewani.Kuingatkan mereka bahwa sesungguhnya aku melihat derita sakit tersebut—termasuk kemampuan mereka menahannya—merupakan kebaikan ilahi dan anugerah dariNya. Karenanya aku berkata, “Saudaraku, aku tidak bermusuhan dengan derita sakitmu ini. Karena itu, aku tidak merasa kasihan kepadamu yang membuatku merasa perlu mendoakan kesembuhanmu. Berusahalah menghias dirimu dengan sifat sabar dan tegar dalam menghadapi derita sakit, sampai engkau mendapatkan kesembuhan! Jika sakit tersebut telah menyelesaikan tugasnya, maka Allah Sang Pencipta yang Maha Penyayang akan menyembuhkanmu”. | ||
Aku juga berkata padanya, “Sebagian orang sepertimu selalu mengguncang bahkan menghancurkan kehidupan abadinya demi menikmati kesenangan lahiriah sesaat dari kehidupan dunia. Dan itu disebabkan tenggelamnya mereka dalam kealpaan yang berasal dari ujian kesehatan. Mereka juga meninggalkan shalat fardhu, lupa akan mati, dan tidak mengingat Allah . Sementara lewat derita sa- kit itu, engkau melihat kuburan yang akan menjadi rumahmu yang pasti engkau tempati. Engkau juga akan melihat tingkatan-tingkatan ukhrawi yang lain dibaliknya sehingga engkau akan bergerak dan melangkah sesuai dengan hal tersebut.Dengan demikian, derita sakitmu merupakan kesehatan bagimu, sementara kesehatan yang dirasakan oleh sebagian orang seusia- mu merupakan penyakit bagi mereka”. | |||
< | <span id="Altıncı_Deva"></span> | ||
== | ==Obat Keenam== | ||
Wahai penderita sakit yang selalu mengeluh akibat rasa sakit! Aku meminta engkau untuk mengingat kembali umurmu yang telah berlalu. Mengenang masa-masa indah dan menyenangkan dalam umurmu yang telah kau lewati, serta hari-hari yang penuh derita dan menyakitkan di dalamnya.Maka tidak diragukan lagi bahwa engkau akan berkata “oh” atau “ah”. Artinya, boleh jadi engkau menarik napas sembari berkata: “Alhamdulillah, puji syukur bagi-Nya”, atau engkau berdesah seraya berkata, “Alangkah sedihnya!” | |||
Lihatlah bagaimana rasa sakit dan derita yang dulu pernah engkau alami tatkala terlintas dalam pikiranmu, melahirkan kelezatan maknawi sehingga hatimu bergelora dengan, “Alhamdulillah, puji syukur bagi-Nya”. Sebab, sirnanya rasa sakit itu dapat melahirkan kelezatan dan perasaan gembira. Juga, karena hilangnya rasa sakit dan derita tersebut meninggalkan kelezatan maknawi dalam jiwa, yang jika terlintas dalam benak, akan terasa manis dan menyenang- kan sekaligus melahirkan rasa syukur. | |||
Sedangkan kondisi nyaman dan tenang yang telah engkau lalui membuatmu berkata, “Alangkah sedihnya”. Sebab, hilangnya kenikmatan akan meninggalkan penderitaan yang mengakar dalam jiwa. Rasa sakit tersebut muncul ketika engkau berpikir tentang lenyapnya kenikmatan-kenikmatan tersebut. Akhirnya, membanjirlah air mata kesedihan dan kepiluan. | |||
Oleh karena itu, selama kenikmatan satu hari yang tidak disyariatkan—terkadang—membuat manusia merasakan penderitaan batin sepanjang tahun, sedangkan derita sakit satu hari saja akan memberikan kenikmatan batin selama berhari-hari, | |||
di samping kenikmatan yang dirasakan saat terbebas dari kondisi tersebut, maka ingatlah dengan baik efek positif atau manfaat dari derita sakit temporer yang engkau rasakan, dan pikirkan pahala yang diharapkan dari derita sakit tersebut. Karena itu, hendaklah selalu bersyukur dan jangan pernah mengeluh, lalu katakan, “Keadaan akan terus berganti”. | |||
< | <span id="Altıncı_Deva"></span> | ||
== | ==Obat Keenam== | ||
(*<ref>*Karena cahaya ini muncul dengan sendirinya tanpa dibuat-buat dan tanpa disengaja, pada bagian yang keenam ini ditulis dua obat. Untuk menjaga kefitriannya, kami biarkan ia sebagaimana adanya. Kami juga tidak berani mengganti sedikitpun darinya karena khawatir ada rahasia tertentu di dalamnya—Penulis. </ref>) | |||
( | |||
Wahai saudaraku yang sedang gelisah karena sakit akibat meng- ingat berbagai kenikmatan dunia! Seandainya dunia ini kekal abadi, lalu kematian menyingkir dari jalan kehidupan, kemudian setelah ini tidak ada lagi perpisahan, serta masa depan yang penuh dengan berbagai penderitaan terbebas dari ‘musim dingin’ maknawi, maka pastilah aku ikut berduka dan menangis melihat kondisimu. Namun karena dunia akan mengusir kita dengan berkata, “Ayo keluar!” sementara ia tuli, tak mendengar teriakan dan permintaan tolong kita. Maka sebelum ia mengusir kita, sejak sekarang kita harus membuang rasa cinta terhadapnya serta perasaan kekal di dalamnya lewat teguran sakit. Sebelum dunia itu melepaskan kita, kita yang lebih dulu meninggalkannya secara batiniah (dalam hati). | |||
Ya, sakit beserta efeknya yang menyadarkan kita tentang makna yang tersembunyi dan mendalam tadi, membisiki relung-relung kalbu kita seraya berkata, “Struktur tubuhmu bukan dari benda padat dan besi. Tetapi ia berasal dari unsur-unsur yang beraneka ragam yang tersusun di dalam dirimu secara sangat sesuai untuk kemudian segera terpisah dan tercerai-berai. Karena itu, janganlah engkau sombong. Sadarilah kelemahanmu dan kenalilah Penciptamu. Selanjutnya, ketahuilah apa tugasmu dan apa tujuannya engkau datang ke dunia?” | |||
Kemudian, selama keindahan dan kenikmatan dunia tidak akan abadi, khususnya jika tidak syar’i, bahkan menghembuskan derita ke dalam jiwa dan mengakibatkan dosa, maka janganlah engkau menangis karena tidak merasakan kenikmatan itu akibat derita sakit. Akan tetapi, renungkan makna ibadah maknawi yang dikandung penderitaanmu itu serta pahala ukhrawi yang disembunyikan oleh derita sakit tersebut. Berusahalah semampu mungkin untuk mendapatkan rasa yang suci bersih itu. | |||
< | <span id="Yedinci_Deva"></span> | ||
== | ==Obat Ketujuh== | ||
Wahai penderita sakit yang kehilangan nikmat kesehatan! Sesungguhnya derita sakitmu itu tidak akan menghilangkan kelezatan nikmat ilahi yang dirasakan saat sehat. Namun sebaliknya, derita sakit itu akan membuatmu merasakan, memperindah, dan menam- bahkan nikmat tersebut. Hal itu karena tanpa ada perubahan pada sesuatu, maka rasa dan pengaruhnya akan memudar, sehingga para ulama berkata:Segala sesuatu hanya bisa dikenal lewat kebalikannya.Sebagai contoh: Sekiranya tidak ada gelap, maka cahaya tidak akan dikenal dan tetap menjadi sesuatu yang tidak berarti. Sekiranya tidak ada dingin, maka panas tidak akan dikenal dan akan tetap menjadi hal yang tidak bernilai. Sekiranya rasa lapar tidak ada, maka makan tidak akan memberikan kelezatan dan rasa nikmat. Sekiranya bukan karena rasa haus, maka kita tak akan merasakan nikmatnya minum air. Sekiranya penyakit tidak ada, maka kondisi sehat tidak memberikan kelezatan. | |||
Nah, ketika Sang Maha Pencipta yang Mahabijak ingin membuat manusia merasakan segala bentuk anugerah dan nikmat-Nya, agar selalu bersyukur, maka Allah merancang dan menyediakan begitu banyak alat dalam diri manusia agar dapat merasakan ribuan bentuk nikmat-nikmat-Nya. Oleh karena itu, Dia harus menurunkan derita sakit kepada para hamba-Nya, sebagaimana Dia memberikan kesehatan kepada mereka. | |||
Aku mau bertanya, “Sekiranya bukan karena rasa sakit yang menimpa kepala, tangan, atau perutmu, apakah engkau mampu merasakan kelezatan yang tersirat di balik rasa nyaman (sehat) yang membentangkan bayangannya di atas kepala, tangan atau perutmu? Dan apakah engkau mampu mensyukuri nikmat ilahi yang di wujudkan oleh nikmat-nikmat tersebut? Justru yang biasanya terjadi pada diri anda adalah lalai bersyukur, atau menjalani hidup sehat tersebut dengan penuh dosa tanpa anda sadari”. | |||
< | <span id="Sekizinci_Deva"></span> | ||
== | ==Obat Kedelapan== | ||
Wahai penderita sakit yang selalu mengingat akhiratnya! Se-sungguhnya derita sakitmu itu mempunyai efek seperti sabun; membersihkan kotoran jiwamu, serta menghapus dosa dan kesalahanmu. Telah dikonfirmasikan bahwa derita sakit merupakan penebus dosa dan maksiat, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadis sahih: | |||
“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya (menghapus dosa-dosanya) seperti halnya dedaunan pohon yang berguguran”.(*<ref>*Lihat: al-Bukhari, al-Mardhâ, 1, 2, 13, 16; Muslim, al-Birru, 14; ad-Dârimi, ar- | |||
</ | Riqâq, 57; dan Ahmad ibn Hambal, al-Musnad, 1/371, 441; 2/303, 335; 3/3, 18, 38, 48, 61, 81.</ref>) | ||
Dosa merupakan penyakit kekal di kehidupan akhirat. Namun dalam kehidupan dunia ini, ia merupakan penyakit maknawi yang terdapat di dalam kalbu dan jiwa manusia. Jika engkau bersabar dan tidak mengeluh, berarti dengan penyakit yang bersifat sementara itu engkau berhasil menyelamatkan dirimu dari berbagai penyakit yang kekal tadi. | |||
Namun jika engkau tidak peduli dengan dosa-dosamu, melupakan akhiratmu, serta melalaikan Tuhanmu, kutegaskan bahwa engkau mengidap penyakit yang sangat berbahaya. Ia jutaan kali lebih parah, lebih kronis, dan lebih dahsyat daripada penyakit sementara tersebut. Karena itu, larilah darinya dan berteriaklah! | |||
Sebab, kalbu, roh dan jiwamu terkait dengan seluruh entitas dunia. Ikatan-ikatan itu senantiasa terputus dengan pedang perpisahan dan kemusnahan di mana ini membukakan luka-luka yang dalam pada dirimu. Terutama jika engkau membayangkan kematian sebagai kemusnahan abadi lantaran tidak mengetahui adanya alam akhirat. | |||
Seolah-olah engkau memiliki wujud yang sakit, yang lukanya sebesar dunia di mana ia menegaskan bahwa pertama-tama engkau harus mencari obat yang sempurna dan hakiki untuk wujud dirimu yang besar itu yang sedang terkoyak oleh berbagai penyakit dan luka. Menurutku, engkau hanya akan mendapatkannya dalam obat iman.Ketahuilah, jalan tersingkat untuk bisa sampai pada obat itu adalah lewat jendela ‘kelemahan dan kepapaan’ yang melekat pada setiap insan. Kedua jendela itulah yang akan merobek tirai kelalaian sekaligus mengantarkan manusia untuk mengenali kekuasaan Allah Yang Maha Mulia dan rahmat-Nya yang luas. | |||
Ya, orang yang tidak mengenal Allah akan memikul segala kerisauan dan cobaan yang ada seluas dunia dan isinya. Namun orang yang mengenal Allah, dunianya akan terisi oleh cahaya dan kegem- biraan. Hal itu bisa dirasakan berkat kekuatan iman, sesuai dengan tingkatannya. Ya, penderitaan yang ditimbulkan oleh berbagai penyakit fisik akan larut dan lebur di bawah terpaan hujan kesenangan dan kesembuhan yang berasal dari iman. | |||
< | <span id="Dokuzuncu_Deva"></span> | ||
== | ==Obat Kesembilan== | ||
Wahai penderita sakit yang percaya kepada Penciptanya! Engkau merasa sakit, ketakutan, dan gelisah dengan berbagai penyakit, karena kadangkala penyakit tadi menjadi sebab kematian. Juga, kare- na mati itu—dalam pandangan kelalaian—adalah sesuatu yang mena- kutkan dan mengerikan. Oleh sebab itu, berbagai penyakit yang bisa menjadi sebab kematian akan menyebabkan timbulnya kegelisahan dan kerisauan. Dari sini ada beberapa hal yang perlu diketahui: | |||
Pertama, yakinlah bahwa ajal adalah perkara yang sudah ditentukan dan tak bisa berubah. Sering terjadi mereka yang meratapi orang yang sedang sakit parah tiba-tiba mati, sementara orang yang sakit parah tadi justru sehat kembali. | |||
Kedua, kematian sebetulnya tidak menakutkan seperti yang tampak pada bentuk lahiriahnya. Lewat berbagai pancaran cahaya al-Qur’an, kami telah menegaskan dalam berbagai risalah bahwa kematian, | |||
bagi seorang mukmin, merupakan akhir dari beban tugas kehidupan. | |||
Ia adalah bentuk pembebasan dari pengabdian yang berupa pengajaran dan latihan di medan ujian dunia. | |||
Ia adalah pintu untuk bisa berjumpa dengan sembilan puluh sembilan persen kekasih yang pergi ke alam akhirat. | |||
Ia juga merupakan sarana untuk bisa memasuki tanah air hakiki dan tempat yang kekal guna menggapai kebahagiaan abadi. | |||
Ia merupakan ajakan untuk berpindah dari penjara dunia ke taman-taman surga. Ia adalah kesempatan untuk menerima upah atas pengabdian yang telah ditunaikan; | |||
upah yang berlimpah-limpah dari khazanah kemurahan Sang Pencipta Yang Maha Pengasih. | |||
Jika esensi kematian pada hakikatnya demikian, maka ia tidak boleh dianggap sebagai perkara yang menakutkan. Tetapi sebaliknya, ia harus dilihat sebagai kabar gembira akan adanya rahmat dan kebahagiaan. Sehingga sebagian wali Allah bukan takut mati karena | |||
khawatir merana, tetapi mereka takut mati karena ingin menambah kebajikan lewat tugas kehidupan di dunia. | |||
Ya, bagi orang yang beriman, kematian merupakan pintu rahmat. Sementara bagi kaum yang sesat, kematian merupakan sumur kegelapan abadi yang sangat pekat. | |||
< | <span id="Onuncu_Deva"></span> | ||
== | ==Obat Kesepuluh== | ||
Wahai penderita sakit yang sedang gelisah! Engkau gelisah karena tekanan penyakit. Sadarilah bahwa kegelisahanmu itu justru menambah beban penyakit. Jika engkau hendak meringankan penyakitmu, berusahalah sekuat tenaga untuk tenang. Dengan kata lain, renungi dan pikirkan berbagai manfaat dan pahala sakit serta dorongan untuk sembuh. Cabutlah akar-akar kegelisahan dari dirimu agar penyakit itu juga tercabut dari akar-akarnya. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme