İçeriğe atla

Yirmi Beşinci Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Wahai penderita sakit yang sedang gelisah! Engkau gelisah karena tekanan penyakit. Sadarilah bahwa kegelisahanmu itu justru menambah beban penyakit. Jika engkau hendak meringankan penyakitmu, berusahalah sekuat tenaga untuk tenang. Dengan kata lain, renungi dan pikirkan berbagai manfaat dan pahala sakit serta dorongan untuk sembuh. Cabutlah akar-akar kegelisahan dari dirimu agar penyakit itu juga tercabut dari akar-akarnya." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Wahai penderita sakit yang selalu mengeluh! Ketahuilah bahwa engkau tidak berhak mengeluh, tetapi justru engkau wajib bersyukur dan bersabar. Karena, jiwa dan ragamu bukanlah milikmu. Bukan engkau yang menciptakannya. Engkau juga tidak membelinya dari pabrik atau perusahaan manapun. Dengan demikian, ia milik pihak lain." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Wahai penderita sakit yang sedang gelisah! Engkau gelisah karena tekanan penyakit. Sadarilah bahwa kegelisahanmu itu justru menambah beban penyakit. Jika engkau hendak meringankan penyakitmu, berusahalah sekuat tenaga untuk tenang. Dengan kata lain, renungi dan pikirkan berbagai manfaat dan pahala sakit serta dorongan untuk sembuh. Cabutlah akar-akar kegelisahan dari dirimu agar penyakit itu juga tercabut dari akar-akarnya." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 40 değişikliği gösterilmiyor)
52. satır: 52. satır:
Wahai penderita sakit yang selalu mengeluh! Ketahuilah bahwa engkau tidak berhak mengeluh, tetapi justru engkau wajib bersyukur dan bersabar. Karena, jiwa dan ragamu bukanlah milikmu. Bukan engkau yang menciptakannya. Engkau juga tidak membelinya dari pabrik atau perusahaan manapun. Dengan demikian, ia milik pihak lain.
Wahai penderita sakit yang selalu mengeluh! Ketahuilah bahwa engkau tidak berhak mengeluh, tetapi justru engkau wajib bersyukur dan bersabar. Karena, jiwa dan ragamu bukanlah milikmu. Bukan engkau yang menciptakannya. Engkau juga tidak membelinya dari pabrik atau perusahaan manapun. Dengan demikian, ia milik pihak lain.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sang Pemiliknya dapat berbuat sesuai kehendaknya dalam kerajaannya, sebagaimana yang tertera dalam “Kalimat Kedua Puluh Enam” yang khusus membahas tentang qadar (takdir), yaitu:Seorang perancang kaya dan cakap mempekerjakan seorang fakir sebagai model selama satu jam. Untuk memperlihatkan rancangannya yang indah dan kekayaannya yang luar biasa, dia pakaikan orang fakir tadi pakaian brokat yang dijahitnya sendiri, serta satu set baju yang ia tenun dengan sangat indah. Ia mempekerjakan orang tersebut dalam berbagai tugas serta menampilkan berbagai kondisi dan bentuk guna memperlihatkan rancangan yang luar biasa dan kehebatannya yang menakjubkan. Karena itu, ia memotong, mengganti, memanjangkan, memendekkan, dan seterusnya.
Yirmi Altıncı Söz’de denildiği gibi mesela gayet zengin, gayet mahir bir sanatkâr; güzel sanatını, kıymettar servetini göstermek için miskin bir adama modellik vazifesini gördürmek maksadıyla, bir ücrete mukabil, bir saatçik zamanda, murassa ve gayet sanatlı diktiği bir gömleği, bir hulleyi o fakire giydirir. Onun üstünde işler ve vaziyetler verir. Hârika enva-ı sanatını göstermek için keser, değiştirir, uzaltır, kısaltır. Acaba şu ücretli miskin adam, o zata dese: “Bana zahmet veriyorsun, eğilip kalkmakla verdiğin vaziyetten bana sıkıntı veriyorsun, beni güzelleştiren bu gömleği kesip kısaltmakla güzelliğimi bozuyorsun.” demeye hak kazanabilir mi? Merhametsizlik, insafsızlık ettin diyebilir mi?
Apakah menurutmu si fakir yang dipekerjakan ini berhak berkata kepada sang perancang yang cakap tersebut, “Engkau telah membuatku lelah dan payah dengan permintaan anda untuk membungkuk di satu waktu dan tegak di lain kesempatan. Engkau telah merusak keindahan yang terukir pada baju ini, yang sebenarnya mempercantik dan memperindah diriku, dengan menggunting dan memendekkannya?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian halnya dengan Sang Pencipta yang Maha Mulia, Allah—tanpa ada maksud menyerupakan Dia dengan apa dan siapapun—yang telah memberikan pakaian jasad kepadamu, wahai penderita sakit, dan menganugerahkan panca indra nuraniah seperti mata, telinga, dan akal. Maka demi memperlihatkan goresan nama-nama-Nya yang sangat indah, Dia pergilirkan berbagai kondisi dan situasi atas dirimu. Sehingga, seperti halnya engkau mengenal nama-Nya “ar-Razzâq” (Sang Pemberi rezeki) dengan menelan pa- hitnya rasa lapar, maka engkau juga akan mengenal nama Allah “Asy-Syâfî” (Sang Maha Penyembuh) melalui derita sakitmu itu.Kemunculan sebagian Asmaul Husna melalui sakit dan berbagai musibah, menunjukkan adanya percikan hikmah dan pancaran rahmat serta cahaya keindahan.
İşte aynen bu misal gibi Sâni’-i Zülcelal sana ey hasta! Göz, kulak, akıl, kalp gibi nurani duygularla murassa olarak giydirdiği cisim gömleğini, esma-i hüsnasının nakışlarını göstermek için çok hâlât içinde seni çevirir ve çok vaziyetlerde seni değiştirir. Sen açlıkla onun Rezzak ismini tanıdığın gibi Şâfî ismini de hastalığınla bil. Elemler, musibetler bir kısım esmasının ahkâmını gösterdikleri için onlarda hikmetten lem’alar ve rahmetten şuâlar ve o şuâat içinde çok güzellikler bulunuyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Andai saja tirai kegaiban terbuka, niscaya engkau akan menemukan berbagai makna yang dalam dan indah serta menyenangkan di balik derita sakitmu.
Eğer perde açılsa tevahhuş ve nefret ettiğin hastalık perdesi arkasında, sevimli güzel manaları bulursun.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Beşinci_Deva"></span>
== Beşinci Deva ==
==Obat Kelima==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai orang yang diuji dengan derita sakit! Lewat pengalaman yang telah kudapatkan di zaman ini, aku yakin bahwa derita sakit— yang dialami oleh sebagian orang—adalah bentuk kemurahan ilahi dan hadiah rahmâni bagi sebagian orang.(*<ref>*Dari Abu Hurairah , sesungguhnya Nabi bersabda: “Siapa yang Allah kehen- daki kebaikan atas dirinya, maka Allah menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari, al-Mardhâ, 1).       </ref>)Selama delapan atau sembilan tahun, beberapa pemuda menemuiku karena derita sakit yang mereka alami, dengan harapan mereka kudoakan kesembuhan, padahal itu bukan keahlianku.Kemudian kuperhatikan bahwa mereka yang menderita sakit, justru banyak bertafakkur dan mengingat akhirat, serta kelalaian masa muda tidak membuatnya lupa diri. Bahkan, sampai pada tahap tertentu, derita sakit tersebut menjaga diri mereka dari syahwat hewani.Kuingatkan mereka bahwa sesungguhnya aku melihat derita sakit tersebut—termasuk kemampuan mereka menahannya—merupakan kebaikan ilahi dan anugerah dariNya. Karenanya aku berkata, “Saudaraku, aku tidak bermusuhan dengan derita sakitmu ini. Karena itu, aku tidak merasa kasihan kepadamu yang membuatku merasa perlu mendoakan kesembuhanmu. Berusahalah menghias dirimu dengan sifat sabar dan tegar dalam menghadapi derita sakit, sampai engkau mendapatkan kesembuhan! Jika sakit tersebut telah menyelesaikan tugasnya, maka Allah Sang Pencipta yang Maha Penyayang akan menyembuhkanmu”.
Ey maraza müptela hasta! Bu zamanda tecrübemle kanaatim gelmiştir ki '''hastalık bazılara bir ihsan-ı İlahîdir, bir hediye-i Rahmanîdir.''' Bu sekiz dokuz senedir, liyakatsiz olduğum halde, bazı genç zatlar, hastalık münasebetiyle dua için benimle görüştüler. Dikkat ettim ki hangi hastalıklı genci gördüm, sair gençlere nisbeten âhiretini düşünmeye başlıyor. Gençlik sarhoşluğu yok. Gaflet içindeki hayvanî hevesattan bir derece kendini kurtarıyor. Ben de bakıyordum, onların tahammül dâhilindeki hastalıklarını bir ihsan-ı İlahî olduğunu ihtar ederdim. Derdim ki: “Kardeşim, senin bu hastalığının aleyhinde değilim, hastalık için sana karşı bir şefkat hissedip acımıyorum ki dua edeyim. Hastalık seni tam uyandırıncaya kadar sabra çalış ve hastalık, vazifesini bitirdikten sonra Hâlık-ı Rahîm inşâallah sana şifa verir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku juga berkata padanya, “Sebagian orang sepertimu selalu mengguncang bahkan menghancurkan kehidupan abadinya demi menikmati kesenangan lahiriah sesaat dari kehidupan dunia. Dan itu disebabkan tenggelamnya mereka dalam kealpaan yang berasal dari ujian kesehatan. Mereka juga meninggalkan shalat fardhu, lupa akan mati, dan tidak mengingat Allah . Sementara lewat derita sa- kit itu, engkau melihat kuburan yang akan menjadi rumahmu yang pasti engkau tempati. Engkau juga akan melihat tingkatan-tingkatan ukhrawi yang lain dibaliknya sehingga engkau akan bergerak dan melangkah sesuai dengan hal tersebut.Dengan demikian, derita sakitmu merupakan kesehatan bagimu, sementara kesehatan yang dirasakan oleh sebagian orang seusia- mu merupakan penyakit bagi mereka”.
Hem derdim: “Senin bir kısım emsalin sıhhat belasıyla gaflete düşüp, namazı terk edip, kabri düşünmeyip, Allah’ı unutup, bir saatlik hayat-ı dünyeviyenin zâhirî keyfi ile hadsiz bir hayat-ı ebediyesini sarsar, zedeler belki de harap eder. Sen hastalık gözüyle, herhalde gideceğin bir menzilin olan kabrini ve daha arkasında uhrevî menzilleri görürsün ve onlara göre davranıyorsun. Demek senin için hastalık, bir sıhhattir. Bir kısım emsalindeki sıhhat, bir hastalıktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Altıncı_Deva"></span>
== Altıncı Deva ==
==Obat Keenam==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai penderita sakit yang selalu mengeluh akibat rasa sakit! Aku meminta engkau untuk mengingat kembali umurmu yang telah berlalu. Mengenang masa-masa indah dan menyenangkan dalam umurmu yang telah kau lewati, serta hari-hari yang penuh derita dan menyakitkan di dalamnya.Maka tidak diragukan lagi bahwa engkau akan berkata “oh” atau “ah”. Artinya, boleh jadi engkau menarik napas sembari berkata: “Alhamdulillah, puji syukur bagi-Nya”, atau engkau berdesah seraya berkata, “Alangkah sedihnya!”
Ey elemden teşekki eden hasta! Senden soruyorum, geçmiş ömrünü düşün ve o ömürde geçmiş lezzetli safa günleri ve bela ve elemli vakitlerini tahattur et. Herhalde ya “Oh!” ya “Âh!” diyeceksin. Yani, ya “Elhamdülillah şükür.” veyahut “Vâ-hasretâ, vâ-esefâ!” kalbin veya lisanın diyecek.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Lihatlah bagaimana rasa sakit dan derita yang dulu pernah engkau alami tatkala terlintas dalam pikiranmu, melahirkan kelezatan maknawi sehingga hatimu bergelora dengan, “Alhamdulillah, puji syukur bagi-Nya”. Sebab, sirnanya rasa sakit itu dapat melahirkan kelezatan dan perasaan gembira. Juga, karena hilangnya rasa sakit dan derita tersebut meninggalkan kelezatan maknawi dalam jiwa, yang jika terlintas dalam benak, akan terasa manis dan menyenang- kan sekaligus melahirkan rasa syukur.
Dikkat et, sana “Oh elhamdülillah şükür.” dediren, senin başından geçmiş elemler, musibetlerin düşünmesi, bir manevî lezzeti deşiyor ki senin kalbin şükreder. Çünkü elemin zevali, lezzettir. O elemler, o musibetler zevaliyle, ruhta bir lezzet irsiyet bırakmış ki düşünmekle deşilse ruhtan bir lezzet akıyor, şükürler takattur ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sedangkan kondisi nyaman dan tenang yang telah engkau lalui membuatmu berkata, “Alangkah sedihnya”. Sebab, hilangnya kenikmatan akan meninggalkan penderitaan yang mengakar dalam jiwa. Rasa sakit tersebut muncul ketika engkau berpikir tentang lenyapnya kenikmatan-kenikmatan tersebut. Akhirnya, membanjirlah air mata kesedihan dan kepiluan.
Sana “Vâ-esefâ, -hasretâ!” dedirten, eski zamanda geçirdiğin lezzetli ve safalı o hallerdir ki zevalleriyle, senin ruhunda daimî bir elem irsiyet bırakıp, ne vakit düşünsen o elem yine deşiliyor, esef ve hasret akıtıyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Oleh karena itu, selama kenikmatan satu hari yang tidak disyariatkan—terkadang—membuat manusia merasakan penderitaan batin sepanjang tahun, sedangkan derita sakit satu hari saja akan memberikan kenikmatan batin selama berhari-hari,
Madem bir günlük gayr-ı meşru lezzet, bazen bir sene manevî elem çektiriyor. Ve muvakkat bir günlük hastalıkla gelen elem, çok günler manevî lezzet-i sevapla beraber, zevalindeki halâs ve kurtulmaktan gelen manevî lezzet vardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
di samping kenikmatan yang dirasakan saat terbebas dari kondisi tersebut, maka ingatlah dengan baik efek positif atau manfaat dari derita sakit temporer yang engkau rasakan, dan pikirkan pahala yang diharapkan dari derita sakit tersebut. Karena itu, hendaklah selalu bersyukur dan jangan pernah mengeluh, lalu katakan, “Keadaan akan terus berganti”.
Senin başındaki şimdilik bu muvakkat hastalığın neticesi ve içyüzündeki sevabı düşün “Bu da geçer yahu!” de, şekva yerinde şükret.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Altıncı_Deva"></span>
== Altıncı Deva ==
==Obat Keenam==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
(*<ref>*Karena cahaya ini muncul dengan sendirinya tanpa dibuat-buat dan tanpa disengaja, pada bagian yang keenam ini ditulis dua obat. Untuk menjaga kefitriannya, kami biarkan ia sebagaimana adanya. Kami juga tidak berani mengganti sedikitpun darinya karena khawatir ada rahasia tertentu di dalamnya—Penulis.    </ref>)
(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Fıtrî bir surette bu lem’a tahattur ettiğinden altıncı mertebede iki deva yazılmış. Fıtrîliğine ilişmemek için öylece bıraktık belki bir sır vardır diye değiştirmedik.</ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai saudaraku yang sedang gelisah karena sakit akibat meng- ingat berbagai kenikmatan dunia! Seandainya dunia ini kekal abadi, lalu kematian menyingkir dari jalan kehidupan, kemudian setelah ini tidak ada lagi perpisahan, serta masa depan yang penuh dengan berbagai penderitaan terbebas dari ‘musim dingin’ maknawi, maka pastilah aku ikut berduka dan menangis melihat kondisimu. Namun karena dunia akan mengusir kita dengan berkata, “Ayo keluar!” sementara ia tuli, tak mendengar teriakan dan permintaan tolong kita. Maka sebelum ia mengusir kita, sejak sekarang kita harus membuang rasa cinta terhadapnya serta perasaan kekal di dalamnya lewat teguran sakit. Sebelum dunia itu melepaskan kita, kita yang lebih dulu meninggalkannya secara batiniah (dalam hati).
Ey dünya zevkini düşünüp hastalıktan ızdırap çeken kardeşim! Bu dünya eğer daimî olsa idi ve yolumuzda ölüm olmasaydı ve firak ve zevalin rüzgârları esmeseydi ve musibetli, fırtınalı istikbalde manevî kış mevsimleri olmasaydı; ben de seninle beraber senin haline acıyacaktım. Fakat madem dünya bir gün bize haydi dışarı diyecek, feryadımızdan kulağını kapayacak, o bizi dışarı kovmadan biz bu hastalıklar ikazatıyla şimdiden onun aşkından vazgeçmeliyiz. O bizi terk etmeden, kalben onu terke çalışmalıyız.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, sakit beserta efeknya yang menyadarkan kita tentang makna yang tersembunyi dan mendalam tadi, membisiki relung-relung kalbu kita seraya berkata, “Struktur tubuhmu bukan dari benda padat dan besi. Tetapi ia berasal dari unsur-unsur yang beraneka ragam yang tersusun di dalam dirimu secara sangat sesuai untuk kemudian segera terpisah dan tercerai-berai. Karena itu, janganlah engkau sombong. Sadarilah kelemahanmu dan kenalilah Penciptamu. Selanjutnya, ketahuilah apa tugasmu dan apa tujuannya engkau datang ke dunia?
Evet, hastalık bu manayı bize ihtar edip der ki: '''“Senin vücudun taştan, demirden değildir. Belki daima ayrılmaya müsait muhtelif maddelerden terkip edilmiştir. Gururu bırak, aczini anla, mâlikini tanı, vazifeni bil, dünyaya ne için geldiğini öğren!''' kalbin kulağına gizli ihtar ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kemudian, selama keindahan dan kenikmatan dunia tidak akan abadi, khususnya jika tidak syar’i, bahkan menghembuskan derita ke dalam jiwa dan mengakibatkan dosa, maka janganlah engkau menangis karena tidak merasakan kenikmatan itu akibat derita sakit. Akan tetapi, renungkan makna ibadah maknawi yang dikandung penderitaanmu itu serta pahala ukhrawi yang disembunyikan oleh derita sakit tersebut. Berusahalah semampu mungkin untuk mendapatkan rasa yang suci bersih itu.
Hem madem dünyanın zevki, lezzeti devam etmiyor. Hususan meşru olmazsa hem devamsız hem elemli hem günahlı oluyor. O zevki kaybettiğinden hastalık bahanesiyle ağlama; bilakis hastalıktaki manevî ibadet ve uhrevî sevap cihetini düşün, zevk almaya çalış.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Yedinci_Deva"></span>
== Yedinci Deva ==
==Obat Ketujuh==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai penderita sakit yang kehilangan nikmat kesehatan! Sesungguhnya derita sakitmu itu tidak akan menghilangkan kelezatan nikmat ilahi yang dirasakan saat sehat. Namun sebaliknya, derita sakit itu akan membuatmu merasakan, memperindah, dan menam- bahkan nikmat tersebut. Hal itu karena tanpa ada perubahan pada sesuatu, maka rasa dan pengaruhnya akan memudar, sehingga para ulama berkata:Segala sesuatu hanya bisa dikenal lewat kebalikannya.Sebagai contoh: Sekiranya tidak ada gelap, maka cahaya tidak akan dikenal dan tetap menjadi sesuatu yang tidak berarti. Sekiranya tidak ada dingin, maka panas tidak akan dikenal dan akan tetap menjadi hal yang tidak bernilai. Sekiranya rasa lapar tidak ada, maka makan tidak akan memberikan kelezatan dan rasa nikmat. Sekiranya bukan karena rasa haus, maka kita tak akan merasakan nikmatnya minum air. Sekiranya penyakit tidak ada, maka kondisi sehat tidak memberikan kelezatan.
Ey sıhhatinin lezzetini kaybeden hasta! Senin hastalığın sıhhatteki nimet-i İlahiyenin lezzetini kaçırmıyor bilakis tattırıyor, ziyadeleştiriyor. Çünkü bir şey devam etse tesirini kaybeder. Hattâ ehl-i hakikat müttefikan diyorlar ki: اِنَّمَا ال۟اَش۟يَاءُ تُع۟رَفُ بِاَض۟دَادِهَا yani “Her şey zıddıyla bilinir.” Mesela, karanlık olmazsa ışık bilinmez, lezzetsiz kalır. Soğuk olmazsa hararet anlaşılmaz, zevksiz kalır. Açlık olmazsa yemek lezzet vermez. Mide harareti olmazsa su içmesi zevk vermez. İllet olmazsa âfiyet zevksizdir. Maraz olmazsa sıhhat lezzetsizdir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Nah, ketika Sang Maha Pencipta yang Mahabijak ingin membuat manusia merasakan segala bentuk anugerah dan nikmat-Nya, agar selalu bersyukur, maka Allah merancang dan menyediakan begitu banyak alat dalam diri manusia agar dapat merasakan ribuan bentuk nikmat-nikmat-Nya. Oleh karena itu, Dia harus menurunkan derita sakit kepada para hamba-Nya, sebagaimana Dia memberikan kesehatan kepada mereka.
Madem Fâtır-ı Hakîm insana her çeşit ihsanını ihsas etmek ve her bir nevi nimetini tattırmak ve insanı daima şükre sevk etmek istediğini, şu kâinatta çeşit çeşit hadsiz enva-ı nimeti tadacak tanıyacak derecede gayet çok cihazat ile insanı teçhiz etmesi gösteriyor ki elbette sıhhat ve âfiyeti verdiği gibi; hastalıkları, illetleri, dertleri de verecektir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Aku mau bertanya, “Sekiranya bukan karena rasa sakit yang menimpa kepala, tangan, atau perutmu, apakah engkau mampu merasakan kelezatan yang tersirat di balik rasa nyaman (sehat) yang membentangkan bayangannya di atas kepala, tangan atau perutmu? Dan apakah engkau mampu mensyukuri nikmat ilahi yang di wujudkan oleh nikmat-nikmat tersebut? Justru yang biasanya terjadi pada diri anda adalah lalai bersyukur, atau menjalani hidup sehat tersebut dengan penuh dosa tanpa anda sadari”.
Senden soruyorum: “Bu hastalık senin başında veya elinde veya midende olmasaydı sen; başın, elin, midenin sıhhatindeki lezzetli, zevkli nimet-i İlahiyeyi hissedip şükreder miydin? Elbette şükür değil belki düşünmeyecektin; şuursuz, o sıhhati gaflete belki sefahete sarf ederdin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Sekizinci_Deva"></span>
== Sekizinci Deva ==
==Obat Kedelapan==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai penderita sakit yang selalu mengingat akhiratnya! Se-sungguhnya derita sakitmu itu mempunyai efek seperti sabun; membersihkan kotoran jiwamu, serta menghapus dosa dan kesalahanmu. Telah dikonfirmasikan bahwa derita sakit merupakan penebus dosa dan maksiat, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadis sahih:
Ey âhiretini düşünen hasta! '''Hastalık, sabun gibi günahların kirlerini yıkar, temizler.''' Hastalıklar, keffaretü’z-zünub olduğu hadîs-i sahih ile sabittir. Hem hadîste vardır ki: “Ermiş ağacı silkmekle nasıl meyveleri düşer, imanlı bir hastanın titremesi de öyle günahları silker.
“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya (menghapus dosa-dosanya) seperti halnya dedaunan pohon yang berguguran”.(*<ref>*Lihat: al-Bukhari, al-Mardhâ, 1, 2, 13, 16; Muslim, al-Birru, 14; ad-Dârimi, ar-
</div>
Riqâq, 57; dan Ahmad ibn Hambal, al-Musnad, 1/371, 441; 2/303, 335; 3/3, 18, 38, 48, 61, 81.</ref>)


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dosa merupakan penyakit kekal di kehidupan akhirat. Namun dalam kehidupan dunia ini, ia merupakan penyakit maknawi yang terdapat di dalam kalbu dan jiwa manusia. Jika engkau bersabar dan tidak mengeluh, berarti dengan penyakit yang bersifat sementara itu engkau berhasil menyelamatkan dirimu dari berbagai penyakit yang kekal tadi.
'''Günahlar, hayat-ı ebediyede daimî hastalıklardır.''' Bu hayat-ı dünyevîde dahi kalp, vicdan, ruh için manevî hastalıklardır. Sen eğer sabredip şekva etmezsen şu muvakkat bir hastalık ile daimî pek çok hastalıklardan kurtuluyorsun.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun jika engkau tidak peduli dengan dosa-dosamu, melupakan akhiratmu, serta melalaikan Tuhanmu, kutegaskan bahwa engkau mengidap penyakit yang sangat berbahaya. Ia jutaan kali lebih parah, lebih kronis, dan lebih dahsyat daripada penyakit sementara tersebut. Karena itu, larilah darinya dan berteriaklah!
Eğer günahları düşünmüyorsan yahut âhireti bilmiyorsan veya Allah’ı tanımıyorsan sende öyle dehşetli bir hastalık var ki milyon defa sendeki bu küçük hastalıktan daha büyüktür. Ondan feryat et.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab, kalbu, roh dan jiwamu terkait dengan seluruh entitas dunia. Ikatan-ikatan itu senantiasa terputus dengan pedang perpisahan dan kemusnahan di mana ini membukakan luka-luka yang dalam pada dirimu. Terutama jika engkau membayangkan kematian sebagai kemusnahan abadi lantaran tidak mengetahui adanya alam akhirat.
Çünkü bütün dünyanın mevcudatıyla kalbin, ruhun ve nefsin alâkadardır. Mütemadiyen firak ve zeval ile o alâkalar kesilip sende hadsiz yaralar açılır. Bâhusus âhireti bilmediğin için ölümü idam-ı ebedî tahayyül ettiğinden –âdeta– güya yara bere içinde, dünya kadar hastalıklı bir vücudun var.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seolah-olah engkau memiliki wujud yang sakit, yang lukanya sebesar dunia di mana ia menegaskan bahwa pertama-tama engkau harus mencari obat yang sempurna dan hakiki untuk wujud dirimu yang besar itu yang sedang terkoyak oleh berbagai penyakit dan luka. Menurutku, engkau hanya akan mendapatkannya dalam obat iman.Ketahuilah, jalan tersingkat untuk bisa sampai pada obat itu adalah lewat jendela ‘kelemahan dan kepapaan’ yang melekat pada setiap insan. Kedua jendela itulah yang akan merobek tirai kelalaian sekaligus mengantarkan manusia untuk mengenali kekuasaan Allah Yang Maha Mulia dan rahmat-Nya yang luas.
İşte en evvel hadsiz yaralı ve hastalıklı bu büyük manevî vücudun hadsiz hastalıklarına kat’î ilaç ve kat’î şifa verici bir tiryak olan iman ilacını aramak ve itikadını düzeltmek gerektir ki o ilacı bulmakta en kısa yol, bu maddî hastalığın yırttığı gaflet perdesinin altında sana gösterdiği aczin ve zaafın penceresiyle, bir Kadîr-i Zülcelal’in kudretini ve rahmetini tanımaktır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, orang yang tidak mengenal Allah akan memikul segala kerisauan dan cobaan yang ada seluas dunia dan isinya. Namun orang yang mengenal Allah, dunianya akan terisi oleh cahaya dan kegem- biraan. Hal itu bisa dirasakan berkat kekuatan iman, sesuai dengan tingkatannya. Ya, penderitaan yang ditimbulkan oleh berbagai penyakit fisik akan larut dan lebur di bawah terpaan hujan kesenangan dan kesembuhan yang berasal dari iman.
'''Evet Allah’ı tanımayanın, dünya dolusu bela başında vardır. Allah’ı tanıyanın dünyası nurla ve manevî sürurla doludur.''' Derecesine göre iman kuvvetiyle hisseder. Bu imandan gelen manevî sürur ve şifa ve lezzet altında, cüz’î maddî hastalıkların elemi erir, ezilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Dokuzuncu_Deva"></span>
== Dokuzuncu Deva ==
==Obat Kesembilan==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai penderita sakit yang percaya kepada Penciptanya! Engkau merasa sakit, ketakutan, dan gelisah dengan berbagai penyakit, karena kadangkala penyakit tadi menjadi sebab kematian. Juga, kare- na mati itu—dalam pandangan kelalaian—adalah sesuatu yang mena- kutkan dan mengerikan. Oleh sebab itu, berbagai penyakit yang bisa menjadi sebab kematian akan menyebabkan timbulnya kegelisahan dan kerisauan. Dari sini ada beberapa hal yang perlu diketahui:
Ey Hâlık’ını tanıyan hasta! Hastalıklardaki elem ve tevahhuş ve korkmak ise hastalık bazen ölüme vesile olduğu cihetindendir. Ölüm, nazar-ı gaflet ve zâhirî cihetinde dehşetli olduğundan ona vesile olabilen hastalıklar korkutuyor, telaş veriyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, yakinlah bahwa ajal adalah perkara yang sudah ditentukan dan tak bisa berubah. Sering terjadi mereka yang meratapi orang yang sedang sakit parah tiba-tiba mati, sementara orang yang sakit parah tadi justru sehat kembali.
Evvela: Bil ve kat’î iman et ki: “Ecel mukadderdir, tagayyür etmez.” Çok ağır hastaların başında ağlayanlar ve sıhhatleri yerinde olanlar ölmüşler, o ağır hastalar şifa bulup yaşamışlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, kematian sebetulnya tidak menakutkan seperti yang tampak pada bentuk lahiriahnya. Lewat berbagai pancaran cahaya al-Qur’an, kami telah menegaskan dalam berbagai risalah bahwa kematian,
Sâniyen: Ölüm, sureten göründüğü gibi dehşetli değil. Çok risalelerde gayet kat’î, şeksiz, şüphesiz bir surette, Kur’an-ı Hakîm’in verdiği nur ile ispat etmişiz ki ehl-i iman için ölüm:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
bagi seorang mukmin, merupakan akhir dari beban tugas kehidupan.
Vazife-i hayat külfetinden bir terhistir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia adalah bentuk pembebasan dari pengabdian yang berupa pengajaran dan latihan di medan ujian dunia.
Hem dünya meydanındaki imtihanda, talim ve talimat olan ubudiyetten bir paydostur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia adalah pintu untuk bisa berjumpa dengan sembilan puluh sembilan persen kekasih yang pergi ke alam akhirat.
Hem öteki âleme gitmiş yüzde doksan dokuz ahbap ve akrabasına kavuşmak için bir vesiledir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia juga merupakan sarana untuk bisa memasuki tanah air hakiki dan tempat yang kekal guna menggapai kebahagiaan abadi.
Hem hakiki vatanına ve ebedî makam-ı saadetine girmeye bir vasıtadır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ia merupakan ajakan untuk berpindah dari penjara dunia ke taman-taman surga. Ia adalah kesempatan untuk menerima upah atas pengabdian yang telah ditunaikan;
Hem zindan-ı dünyadan bostan-ı cinana bir davettir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
upah yang berlimpah-limpah dari khazanah kemurahan Sang Pencipta Yang Maha Pengasih.
Hem Hâlık-ı Rahîm’inin fazlından kendi hizmetine mukabil ahz-ı ücret etmeye bir nöbettir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jika esensi kematian pada hakikatnya demikian, maka ia tidak boleh dianggap sebagai perkara yang menakutkan. Tetapi sebaliknya, ia harus dilihat sebagai kabar gembira akan adanya rahmat dan kebahagiaan. Sehingga sebagian wali Allah bukan takut mati karena
Madem ölümün mahiyeti hakikat noktasında budur; ona dehşetli bakmak değil bilakis rahmet ve saadetin bir mukaddimesi nazarıyla bakmak gerektir. Hem ehlullahın bir kısmının ölümden korkmaları, ölümün dehşetinden değildir. Belki daha fazla hayır kazanacağım diye vazife-i hayatın idamesinden kazanacakları hayrat içindir.
khawatir merana, tetapi mereka takut mati karena ingin menambah kebajikan lewat tugas kehidupan di dunia.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, bagi orang yang beriman, kematian merupakan pintu rahmat. Sementara bagi kaum yang sesat, kematian merupakan sumur kegelapan abadi yang sangat pekat.
'''Evet ehl-i iman için ölüm, rahmet kapısıdır. Ehl-i dalalet için zulümat-ı ebediye kuyusudur.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Onuncu_Deva"></span>
== Onuncu Deva ==
==Obat Kesepuluh==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai penderita sakit yang sedang gelisah! Engkau gelisah karena tekanan penyakit. Sadarilah bahwa kegelisahanmu itu justru menambah beban penyakit. Jika engkau hendak meringankan penyakitmu, berusahalah sekuat tenaga untuk tenang. Dengan kata lain, renungi dan pikirkan berbagai manfaat dan pahala sakit serta dorongan untuk sembuh. Cabutlah akar-akar kegelisahan dari dirimu agar penyakit itu juga tercabut dari akar-akarnya.
Ey lüzumsuz merak eden hasta! Sen, hastalığın ağırlığından merak ediyorsun. O merakın, senin hastalığını ağırlaştırır. Hastalığın hafifleşmesini istersen merak etmemeye çalış. Yani hastalığın faydalarını, sevabını ve çabuk geçeceğini düşün, merakı kaldır, hastalığın kökünü kes.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">