İçeriğe atla

On Dokuzuncu Mektup/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Saat Hasan al-Bashri menceritakan hal ini kepada murid-mu- ridnya, ia menangis seraya berkata, “Wahai para hamba Allah, kayu saja menangis karena rindu kepada Rasulullah mengingat kedudukan beliau. Nah, kalian lebih layak untuk rindu bertemu dengan beliau.”(*<ref>*Ibnu Hibban, ash-Sahih 14/437; Abu Ya’lâ, al-Musnad 5/142; al-Qâdhî `Iyâdh, asy-Syifa 1/305. Sungguh indah ungkapan berikut: Beliau menanamkan cintanya meski kepada benda tak bernyawa..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Ubay ibn Ka’ab berkata, “Setelah mukjizat tersebut, Nabi menyuruh agar batang pohon itu dikubur di bawah mimbar.” Setiap kali melaksanakan shalat, beliau menghadap kepadanya. Lalu ketika Masjid Nabawi direnovasi, Ubay mengambil dan menyimpannya hingga batang pohon itu dimakan tanah dan hancur.(*<ref>*Ibnu Majah, al-Iqamah 199; ad-Dârimi, al-Mukaddimah 6; Ahmad ibn Hambal,al-Musnad 5/137-138.</ref>)" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Saat Hasan al-Bashri menceritakan hal ini kepada murid-mu- ridnya, ia menangis seraya berkata, “Wahai para hamba Allah, kayu saja menangis karena rindu kepada Rasulullah mengingat kedudukan beliau. Nah, kalian lebih layak untuk rindu bertemu dengan beliau.”(*<ref>*Ibnu Hibban, ash-Sahih 14/437; Abu Ya’lâ, al-Musnad 5/142; al-Qâdhî `Iyâdh, asy-Syifa 1/305. Sungguh indah ungkapan berikut: Beliau menanamkan cintanya meski kepada benda tak bernyawa..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
912. satır: 912. satır:
Ubay ibn Ka’ab berkata, “Setelah mukjizat tersebut, Nabi menyuruh agar batang pohon itu dikubur di bawah mimbar.” Setiap kali melaksanakan shalat, beliau menghadap kepadanya. Lalu ketika Masjid Nabawi direnovasi, Ubay mengambil dan menyimpannya hingga batang pohon itu dimakan tanah dan hancur.(*<ref>*Ibnu Majah, al-Iqamah 199; ad-Dârimi, al-Mukaddimah 6; Ahmad ibn Hambal,al-Musnad 5/137-138.</ref>)
Ubay ibn Ka’ab berkata, “Setelah mukjizat tersebut, Nabi menyuruh agar batang pohon itu dikubur di bawah mimbar.” Setiap kali melaksanakan shalat, beliau menghadap kepadanya. Lalu ketika Masjid Nabawi direnovasi, Ubay mengambil dan menyimpannya hingga batang pohon itu dimakan tanah dan hancur.(*<ref>*Ibnu Majah, al-Iqamah 199; ad-Dârimi, al-Mukaddimah 6; Ahmad ibn Hambal,al-Musnad 5/137-138.</ref>)


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Saat Hasan al-Bashri menceritakan hal ini kepada murid-mu- ridnya, ia menangis seraya berkata, “Wahai para hamba Allah, kayu saja menangis karena rindu kepada Rasulullah mengingat kedudukan beliau. Nah, kalian lebih layak untuk rindu bertemu dengan beliau.”(*<ref>*Ibnu Hibban, ash-Sahih 14/437; Abu Ya’lâ, al-Musnad 5/142; al-Qâdhî `Iyâdh,
Meşhur Hasan-ı Basrî, şu hâdise-i mu’cizeyi şakirdlerine ders verdiği vakit, ağlardı ve derdi ki: “Ağaç, Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâma meyil ve iştiyak gösteriyor. Sizler daha ziyade iştiyaka, meyle müstahaksınız.”
asy-Syifa 1/305. Sungguh indah ungkapan berikut:
</div>
Beliau menanamkan cintanya meski kepada benda tak bernyawa Sehingga mereka memberikan salam kepada beliau
Beliau meninggalkan batang pohon tempat beliau biasa berkhutbah Maka iapun merintih seperti tangisan ibu saat kehilangan yang dicinta Batang itu menangis sedemikian rupa wahai manusia Kita sebenarnya lebih layak untuk merindukan beliau Jika batang pohon itu tak bisa berpisah meski sesaat Maka tidak setia namanya jika kita jauh dari beliau(Ali al-Qâri 1/626).</ref>)


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">