78.073
düzenleme
("Demikianlah, kita melihat bahwa orang malang tersebut diper- lakukan seperti yang disebutkan dalam hadis qudsi:“Aku bersama prasangka hamba-Ku terhadap diri-Ku.”(*<ref>*Lihat: al-Bukhari dalam bab tauhid 35, 15; Muslim dalam bab zikir 2,19, dan bab taubat 1; at-Tirmidzi dalam bab zuhud 51, dan da`awât 131; Ibnu Majah dalam bab adab 58.</ref>)Maksud- nya, Aku memperlakukan hamba-Ku sesuai dengan pengetahuannya tentang diri-Ku. Nah, karena orang malan..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Orang yang berakal dan penuh berkah itu terus menempuh jalan tanpa mendapatkan kesulitan seperti saudaranya. Pasalnya, ia hanya memikirkan hal-hal yang indah karena memiliki akhlak yang mulia. Ia berkhayal tentang sesuatu yang indah dan baik. Karena itu, ia merasa nyaman dengan dirinya dan tidak menjumpai kesulitan sebagaimana saudaranya. Sebab, ia mengetahui aturan dan bertindak layaknya seo- rang pengikut sehingga ia mendapat kemudahan. Ia pun berjalan..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
20. satır: | 20. satır: | ||
Demikianlah, kita melihat bahwa orang malang tersebut diper- lakukan seperti yang disebutkan dalam hadis qudsi:“Aku bersama prasangka hamba-Ku terhadap diri-Ku.”(*<ref>*Lihat: al-Bukhari dalam bab tauhid 35, 15; Muslim dalam bab zikir 2,19, dan bab taubat 1; at-Tirmidzi dalam bab zuhud 51, dan da`awât 131; Ibnu Majah dalam bab adab 58.</ref>)Maksud- nya, Aku memperlakukan hamba-Ku sesuai dengan pengetahuannya tentang diri-Ku. Nah, karena orang malang tersebut berlaku seperti itu, maka ia akan diperlakukan dengan hal yang sama. Ia pasti akan menuai perlakuan seperti itu lantaran menganggap semua yang ia li- hat sebagai hal yang biasa tanpa ada maksud dan hikmah di baliknya, seolah-olah itulah kenyataan sebenarnya. Hal itu karena kebodohan dan prasangkanya yang buruk. Sehingga ia pun bergelimang dalam penderitaan. Ia tidak bisa mati agar selamat dari hal itu, dan juga tidak hidup mulia. Demikianlah ia tersiksa dalam penderitaan. Sekarang kita tinggalkan orang malang yang sedang menderita ini untuk me- ngetahui kondisi yang terjadi pada saudara yang lain. | Demikianlah, kita melihat bahwa orang malang tersebut diper- lakukan seperti yang disebutkan dalam hadis qudsi:“Aku bersama prasangka hamba-Ku terhadap diri-Ku.”(*<ref>*Lihat: al-Bukhari dalam bab tauhid 35, 15; Muslim dalam bab zikir 2,19, dan bab taubat 1; at-Tirmidzi dalam bab zuhud 51, dan da`awât 131; Ibnu Majah dalam bab adab 58.</ref>)Maksud- nya, Aku memperlakukan hamba-Ku sesuai dengan pengetahuannya tentang diri-Ku. Nah, karena orang malang tersebut berlaku seperti itu, maka ia akan diperlakukan dengan hal yang sama. Ia pasti akan menuai perlakuan seperti itu lantaran menganggap semua yang ia li- hat sebagai hal yang biasa tanpa ada maksud dan hikmah di baliknya, seolah-olah itulah kenyataan sebenarnya. Hal itu karena kebodohan dan prasangkanya yang buruk. Sehingga ia pun bergelimang dalam penderitaan. Ia tidak bisa mati agar selamat dari hal itu, dan juga tidak hidup mulia. Demikianlah ia tersiksa dalam penderitaan. Sekarang kita tinggalkan orang malang yang sedang menderita ini untuk me- ngetahui kondisi yang terjadi pada saudara yang lain. | ||
Orang yang berakal dan penuh berkah itu terus menempuh jalan tanpa mendapatkan kesulitan seperti saudaranya. Pasalnya, ia hanya memikirkan hal-hal yang indah karena memiliki akhlak yang mulia. Ia berkhayal tentang sesuatu yang indah dan baik. Karena itu, ia merasa nyaman dengan dirinya dan tidak menjumpai kesulitan sebagaimana saudaranya. Sebab, ia mengetahui aturan dan bertindak layaknya seo- rang pengikut sehingga ia mendapat kemudahan. Ia pun berjalan de- ngan bebas dalam kondisi aman dan selamat.Demikianlah ia berjalan sampai bertemu dengan sebuah kebun yang berisi bunga-bunga indah dan buah yang nikmat. Namun di da- lamnya juga terdapat bangkai binatang dan bau busuk yang bertebaran di sana sini karena tidak adanya perhatian terhadap kebersihan. Saudaranya yang malang sebelumnya juga telah masuk ke kebun semacam itu. Hanya saja, ia sibuk menyaksikan dan memperhatikan bangkai yang busuk hingga merasa mual dan pusing. Akhirnya, ia meninggal- kan kebun tadi tanpa mendapatkan kenyamanan untuk meneruskan perjalanan. Adapun saudara yang satu ini, ia menerapkan kaidah yang berbunyi, “Lihatlah hal terbaik dari segala sesuatu!” Maka, ia meng- abaikan bangkai tersebut dan tidak menoleh kepadanya sama sekali. Bahkan, ia mengambil manfaat dari sisi baik yang terdapat di kebun. Setelah beristirahat di dalamnya, ia pun meneruskan perjalanan. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme