İçeriğe atla

Yirmi Dokuzuncu Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Demikianlah, semua yang telah kami jelaskan dari awal pada landasan keempat ini tidak lain merupakan kelanjutan dari nama al-Hakîm (Yang Mahabijak) sekaligus hasil dari limpahan makna al- Qur’an agar kalbu bisa menerima dan diri ini siap tunduk. Sebetulnya kita tidak pantas untuk membicarakan persoalan ini. Kita harus mendengar apa yang dikatakan oleh pemilik hakiki dunia, pencipta alam, dan pemilik entitas ini. Ketika pemilik kerajaan berbicara, siap..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Kesimpulannya, semua hakikat “Kalimat Kesepuluh” serta seluruh petunjuk dalam risalah “Lâ Siyyamâ,” yang terdapat pada kedudukan kedua dari “Kalimat Kedua Puluh Delapan” yang ditulis dengan bahasa Arab dalam buku al-Matsnawi, keduanya memperli- hatkan secara meyakinkan—laksana terbitnya matahari setelah terbenam—bahwa matahari hakikat akan bersinar dalam bentuk kehidupan ukhrawi setelah terbenamnya kehidupan dunia." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Demikianlah, semua yang telah kami jelaskan dari awal pada landasan keempat ini tidak lain merupakan kelanjutan dari nama al-Hakîm (Yang Mahabijak) sekaligus hasil dari limpahan makna al- Qur’an agar kalbu bisa menerima dan diri ini siap tunduk. Sebetulnya kita tidak pantas untuk membicarakan persoalan ini. Kita harus mendengar apa yang dikatakan oleh pemilik hakiki dunia, pencipta alam, dan pemilik entitas ini. Ketika pemilik kerajaan berbicara, siap..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
536. satır: 536. satır:
Kesimpulannya, semua hakikat “Kalimat Kesepuluh” serta seluruh petunjuk dalam risalah “Lâ Siyyamâ,” yang terdapat pada kedudukan kedua dari “Kalimat Kedua Puluh Delapan” yang ditulis dengan bahasa Arab dalam buku al-Matsnawi, keduanya memperli- hatkan secara meyakinkan—laksana terbitnya matahari setelah terbenam—bahwa matahari hakikat akan bersinar dalam bentuk kehidupan ukhrawi setelah terbenamnya kehidupan dunia.
Kesimpulannya, semua hakikat “Kalimat Kesepuluh” serta seluruh petunjuk dalam risalah “Lâ Siyyamâ,” yang terdapat pada kedudukan kedua dari “Kalimat Kedua Puluh Delapan” yang ditulis dengan bahasa Arab dalam buku al-Matsnawi, keduanya memperli- hatkan secara meyakinkan—laksana terbitnya matahari setelah terbenam—bahwa matahari hakikat akan bersinar dalam bentuk kehidupan ukhrawi setelah terbenamnya kehidupan dunia.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, semua yang telah kami jelaskan dari awal pada landasan keempat ini tidak lain merupakan kelanjutan dari nama al-Hakîm (Yang Mahabijak) sekaligus hasil dari limpahan makna al- Qur’an agar kalbu bisa menerima dan diri ini siap tunduk.
İşte baştan buraya kadar beyanatımız, ism-i Hakîm’den istimdad ve feyz-i Kur’an’dan istifade suretinde kalbi kabule, nefsi teslime, aklı iknaya ihzar için dört esas söyledik. Fakat biz neyiz ki buna dair söz söyleyeceğiz. Asıl şu dünyanın sahibi, şu kâinatın Hâlık’ı, şu mevcudatın Mâlik’i ne söylüyor; onu dinlemeliyiz. Mülk sahibi söz söylerken başkalarının ne haddi var ki fuzuliyane karışsın.
Sebetulnya kita tidak pantas untuk membicarakan persoalan ini. Kita harus mendengar apa yang dikatakan oleh pemilik hakiki dunia, pencipta alam, dan pemilik entitas ini. Ketika pemilik kerajaan berbicara, siapa yang berani berbicara selain-Nya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">