82.963
düzenleme
("Demikianlah asal-muasal dari pohon yang diberkahi dan pohon yang buruk di atas. Keduanya adalah sisi dan wajah ganda dari ego. Dengan kata lain, ego yang merupakan benih asli bagi kedua pohon tersebut kedua sisinya menjadi tempat tumbuh masing-masing. Penjelasan atas hal tersebut adalah sebagai berikut:" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Demikianlah para nabi dan rasul, serta kalangan mulia dan para wali melihat ego lewat sisi tersebut. Mereka menyaksikannya sebagaimana hakikatnya. Karena itu, mereka menggapai hakikat yang benar. Mereka serahkan seluruh kekuasaan kepada Sang Pemiliknya, Allah . Mereka semua juga mengakui bahwa Sang Pemilik tersebut tidak memiliki sekutu dan tandingan, baik dalam kerajaan, pemeliharaan, atau dalam uluhiyah-Nya. Dia Mahatinggi Yang tidak membutuhkan ses..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
87. satır: | 87. satır: | ||
Kenabian berlalu dengan mengambil sebuah sisi dari ego. Sementara filsafat datang dengan mengambil sisi lain dari ego. | Kenabian berlalu dengan mengambil sebuah sisi dari ego. Sementara filsafat datang dengan mengambil sisi lain dari ego. | ||
'''Sisi Ego yang Pertama''' | |||
''' | Yaitu sisi ego yang mengarah kepada hakikat kenabian menja- di tempat tumbuhnya penghambaan (ubudiyah) yang tulus kepada Allah. Artinya, ego mengenali dirinya sebagai hamba Allah dan taat kepada Tuhannya. | ||
Ia memahami bahwa substansinya bermakna harfi. Yakni menunjukkan makna pada selainnya.Ia meyakini bahwa wujudnya hanya sebatas aksesori (penyerta). Yakni, ia tegak dengan keberadaan selainnya dan dengan penciptaan nya.Ia mengetahui bahwa kepemilikannya terhadap sesuatu bersifat asumsi. Artinya, bersifat sementara dan lahiriah sesuai dengan izin Sang Pemilik hakiki. | |||
Hakikatnya hanyalah bayangan, bukan asli. Artinya bersifat mungkin, ciptaan, kecil, dan bayangan lemah yang memantulkan manifestasi hakikat Dzat Wajibul wujud.Sementara tugasnya adalah taat kepada Tuhan secara total karena ia menjadi neraca untuk mengenali sifat-sifat Penciptanya dan stan- dar untuk mengetahui kondisi-Nya. | |||
Demikianlah para nabi dan rasul, serta kalangan mulia dan para wali melihat ego lewat sisi tersebut. Mereka menyaksikannya sebagaimana hakikatnya. Karena itu, mereka menggapai hakikat yang benar. Mereka serahkan seluruh kekuasaan kepada Sang Pemiliknya, Allah . Mereka semua juga mengakui bahwa Sang Pemilik tersebut tidak memiliki sekutu dan tandingan, baik dalam kerajaan, pemeliharaan, atau dalam uluhiyah-Nya. Dia Mahatinggi Yang tidak membutuhkan sesuatu. Dia tidak memiliki pembantu atau menteri. Di tangan-Nya tergenggam kunci perbendaharaan segala sesuatu. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Adapun “sebab-sebab materi” tidak lain merupakan tirai dan hijab lahiriah yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya. “Hukum alam” tidak lain merupakan syariah ala- miah serta kumpulan rambu-rambu-Nya yang berlaku di alam guna memperlihatkan kekuasaan dan keagungan-Nya. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme