77.975
düzenleme
("Ketika landasan kekufuran, kesesatan, dan maksiat merupakan bentuk pengingkaran, pengabaian, dan penolakan, meski gambaran lahiriahnya tampak positif dan berwujud, namun hakikatnya merupakan bentuk ketiadaan. Karena itu, ia adalah kejahatan besar. Di samping merusak seluruh hasil kerja yang ada, ia juga menghijab berbagai manifiestasi Asmaul Husna yang indah dan membuatnya tak terlihat." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("------ <center> KALIMAT KETIGA BELAS ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KELIMA BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 30 değişikliği gösterilmiyor) | |||
60. satır: | 60. satır: | ||
Ketika landasan kekufuran, kesesatan, dan maksiat merupakan bentuk pengingkaran, pengabaian, dan penolakan, meski gambaran lahiriahnya tampak positif dan berwujud, namun hakikatnya merupakan bentuk ketiadaan. Karena itu, ia adalah kejahatan besar. Di samping merusak seluruh hasil kerja yang ada, ia juga menghijab berbagai manifiestasi Asmaul Husna yang indah dan membuatnya tak terlihat. | Ketika landasan kekufuran, kesesatan, dan maksiat merupakan bentuk pengingkaran, pengabaian, dan penolakan, meski gambaran lahiriahnya tampak positif dan berwujud, namun hakikatnya merupakan bentuk ketiadaan. Karena itu, ia adalah kejahatan besar. Di samping merusak seluruh hasil kerja yang ada, ia juga menghijab berbagai manifiestasi Asmaul Husna yang indah dan membuatnya tak terlihat. | ||
Demikianlah, seluruh entitas memiliki hak untuk mengeluh tanpa terkecuali. Atas dasar itu, Penguasanya yang agung mengancam manusia yang berbuat maksiat dengan ancaman keras. Ini adalah hikmah yang sesungguhnya, sebab pelaku maksiat memang layak mendapat ancaman keras dan menakutkan. | |||
< | <span id="Hâtime"></span> | ||
== | ==PENUTUP== | ||
(Pelajaran dan Tamparan Keras bagi Orang Lalai) | |||
( | |||
“Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” | |||
(QS. Ali Imran [3]: 185). | |||
Wahai diriku yang terjerumus ke dalam kelalaian! Wahai yang menganggap kehidupan ini sebagai sesuatu yang manis dan nikmat sehingga mengejar dunia, dan melupakan akhirat. Tahukah seperti apa engkau? Engkau seperti burung unta. Ketika melihat pemburu ia tidak dapat terbang. Namun ia memasukkan kepalanya ke dalam pa- sir, sementara badannya yang besar tetap terlihat di luar. Ia mengira bahwa si pemburu tidak melihatnya. Padahal pemburu itu melihatnya, sementara ia sendiri yang tidak melihat si pemburu. | |||
Wahai diri! Perhatikan perumpamaan ini dan renungkanlah bagaimana membatasi perhatian pada dunia mengubah nikmat menjadi derita. | |||
Anggaplah di kampung ini (Barla) terdapat dua orang lelaki. Sembilan puluh sembilan persen sahabat orang pertama telah pergi ke Istanbul di mana di sana mereka hidup tenang dan bahagia. Semen- tara yang tersisa di sini hanya satu orang yang sebentar lagi juga akan menyusul mereka. Tentu orang ini sangat merindukan Istanbul. Bah- kan ia memikirkan dan selalu ingin berjumpa dengan para kekasihnya tersebut. Jika pada suatu saat ada yang berkata, “Ayo pergi ke sana!” ia pasti akan pergi dengan perasaan gembira.Adapun orang yang kedua telah ditinggalkan oleh sembilan puluh sembilan persen kekasihnya. Ia mengira sebagian mereka lenyap dan sebagian lagi tinggal di tempat yang tidak terlihat. Menurutnya, mereka telah binasa dan bercerai-berai. Maka, tentu saja orang malang ini dalam kondisi sakit kronis. Ia mencari pelipur lara bahkan dengan seorang pelancong sekalipun sebagai ganti dari mereka semua. Dengannya, ia ingin menutupi derita akibat perpisahan. | |||
Wahai diri! Seluruh orang yang kau cintai, terutama sang kekasih Allah, Nabi x, mereka semua sekarang berada di penghujung alam kubur. Yang tersisa di sini hanya satu atau dua orang. Mereka pun sedang bersiap-siap pergi. Karena itu, jangan engkau memalingkan kepala karena takut mati dan cemas menghadapi kubur. Namun perhatikan kubur dan lihatlah lubangnya dengan penuh ketegaran. Perhatikan apa yang diminta. Lalu tersenyumlah di hadapan kematian dengan penuh kesatria. Lihat apa yang ia inginkan. Jangan sekali-kali lalai sehingga menjadi seperti orang kedua di atas! | |||
Wahai diri! Jangan pernah berkata bahwa waktu telah berubah, sementara manusia sibuk dengan dunia dan tertipu dengan kehidupan mereka sehingga mabuk olehnya. Sebab, kematian tidak berubah dan perpisahan juga tetap ada. Kelemahan dan kepapaan manusia merupakan dua unsur yang tidak berubah bahkan semakin bertambah. Perjalanan manusia tidak terputus, namun terus berlanjut. | |||
Kemudian jangan pula berkata, “Aku hidup seperti yang lain.” Sebab, tidak ada yang akan menyertaimu kecuali hanya sampai pintu kubur. Kalaupun engkau pergi mencari pelipur lara lewat keberadaan orang lain yang sama-sama mendapatkan musibah, itu juga tidak ada gunanya sama sekali saat berada di kubur. | |||
Jangan mengira dirimu bebas merdeka. Sebab, jika engkau melihat negeri jamuan dunia dengan pandangan hikmah dan cermat, tidak ada sesuatu yang tanpa aturan dan tujuan. Lalu bagaimana mungkin engkau akan tetap bertahan tanpa aturan dan tujuan? | |||
Bahkan berbagai kejadian alam dan peristiwa yang menyerupai gempa bumi bukanlah sesuatu yang bersifat kebetulan.Misalnya, pada saat engkau menyaksikan sebagian bumi dihias dengan berbagai tumbuhan dan hewan secara sangat rapi dan indah, lalu engkau melihat semuanya mulai dari kepala hingga kaki dibungkus dengan hikmah dan tujuan; pada saat ia berputar menyerupai sebuah tarikan cinta dan kerinduan Maulawi(*<ref>*Sebuah perumpamaan yang tepat di mana ia diserupakan dengan para pengikut Maulawi yang berputar di sekitar dirinya (seperti rotasi bumi) dan di sekitar lingkaran zikir (seperti revolusi bumi) dengan khusyuk dan ingat kepada Tuhan. Maulawiyah me- rupakan tarekat sufi yang tersebar di Turki (Ihsan Qasim ash-Shalihi)—Peny.</ref>)dengan sangat cermat dan rapi dibingkai dengan sejumlah tujuan mulia; pada saat engkau menyaksikan hal ini dan mengetahui bagaimana gempa bumi yang serupa dengan hentakan bola bumi di mana ia menampakkan keti- daksenangannya terhadap kesempitan maknawi yang bersumber dari perilaku manusia, terutama kaum beriman, bagaimana mungkin peristiwa yang berisi kematian itu terjadi tanpa tujuan sebagaimana dinyatakan oleh ateis yang menganggapnya sebagai proses kebetulan sehingga dengan begitu ia melakukan kesalahan besar? Pasalnya, ia menjadikan seluruh harta dan nyawa yang lenyap dari tangan mereka sebagai hal yang percuma seraya mencampakkan mereka dalam keputusasaan yang pahit. Padahal berbagai kejadian semacam itu sebenarnya menyimpan aset kaum beriman dengan mengubahnya menjadi sedekah bagi mereka. Ia menjadi penebus dosa yang bersumber dari sikap kufur nikmat. | |||
Hari di mana engkau melihat wajah bumi demikian buruk akan tiba di mana keindahannya dirusak oleh perbuatan syirik dan kekufuran manusia. Ketika itu, wajahnya akan dihapus oleh gempa yang besar sesuai perintah Sang Pencipta. Ia membersihkannya seraya memasukkan kaum musyrik ke dalam neraka dan menyeru kaum yang bersyukur, “Mari masuklah ke dalam surga!” | |||
< | <span id="On_Dördüncü_Söz’ün_Zeyli"></span> | ||
== | ==LAMPIRAN KALIMAT KEEMPAT BELAS== | ||
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ | بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّح۪يمِ | ||
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat). Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya. Manusia bertanya: ‘Mengapa bumi (menjadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu, ma- nusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah sekalipun, niscaya ia akan melihat (balasan)-nya. Barangsiapa yangmengerjakan kejahatan sebesar zarah sekalipun, niscaya akan melihat (balasan)-nya pula.” | |||
(QS. az-Zalzalah [99]: 1-8). | |||
Surah mulia di atas menegaskan bahwa gempa dan gerakan bumi tidak terlepas dari wahyu dan perintah Allah. | |||
Berkat peringatan maknawi, sejumlah jawaban terhadap beberapa pertanyaan seputar gempa yang baru saja terjadi datang ke dalam kalbu. Meskipun beberapa kali aku bertekad untuk menuliskan jawaban tersebut secara rinci, namun kesempatan itu tidak kunjung tiba. Karenanya, ia akan dituliskan secara singkat dan global. | |||
'''Pertanyaan Pertama''' | |||
''' | Gempa besar tersebut telah mendatangkan bencana maknawi yang lebih hebat daripada bencana materi. Ia berupa rasa takut, resah,dan putus asa yang menyelimuti jiwa. Pasalnya, gempa tersebut terus berlangsung sehingga mengusik ketenangan sebagian besar manusia di malam hari. Apakah gerangan yang menjadi sebab siksa menyakitkan ini? | ||
Berkat peringatan maknawi pula, kami menemukan jawabannya sebagai berikut:Sikap lancang dan gila yang dilakukan secara terang-terangan oleh penduduk negeri iniyang merupakan pusat Islam—pada bulan penuh berkah seperti bulan Ramadhan serta di saat salat Tarawih sedang dilaksanakan, lalu tindakan mereka memperdengarkan lagu- lagu yang merangsang lewat suara wanita dan kadang kala lewat radio telah mengakibatkan datangnya rasa takut dan cemas tersebut. | |||
'''Pertanyaan Kedua''' | |||
''' | Mengapa azab dan peringatan Ilahi itu tidak menimpa negara kafir dan ateis, malah menimpa kaum muslim yang lemah? | ||
Jawaban: Sebagaimana berbagai kejahatan besar dialihkan ke Pengadilan Tinggi dan hukumannya tidak langsung diberikan, sementara kejahatan kecil langsung diputuskan di pengadilan setempat. Demikian pula dengan sebagian besar hukuman kaum kafir. Hukuman mereka ditangguhkan ke pengadilan terbesar di Akhirat. Sementara kesalahan kaum beriman dihukum di dunia. Hal itu sesuai dengan hikmah Rabbani yang penting.(*<ref>*Sikap negara Rusia dan sejenisnya yang menanggalkan agama yang telah menyimpang tidak melahirkan murka Allah, berbeda dengan sikap menghina agama yang benar dan abadi (di Turki). Karena itu, bumi membiarkan yang pertama, dan marah terhadap yang kedua—Penulis.</ref>) | |||
'''Pertanyaan Ketiga''' | |||
''' | Mengapa musibah ini menimpa seluruh negeri, padahal ia bersumber dari dosa yang dilakukan oleh sebagian dari mereka? | ||
Jawaban: Sebagian besar mereka ikut serta bersama kalangan yang berbuat zalim itu, entah dalam bentuk perbuatan, masuk ke barisan mereka, atau bisa pula dalam bentuk patuh terhadap perintah mereka. Yakni, ikut secara tidak langsung sehingga bencananya berlaku | |||
umum. Jadi, bencana itu terjadi akibat maksiat yang dilakukan oleh mayoritas. | |||
'''Pertanyaan Keempat''' | |||
''' | Karena gempa terjadi akibat pelanggaran dan kerusakan yang dilakukan, dan merupakan bentuk penebus dosa, lalu mengapa orang- orang yang tak berdosa juga tertimpa dan terkena dampaknya, padahal mereka tidak mendekati dosa? Bagaimana keadilan Ilahi membiarkan hal ini terjadi? | ||
Jawaban: Persoalan ini terkait dengan ketentuan Ilahi. Karena itu, ia bisa dirujuk ke “Risalah Takdir”. Di sini kami hanya akan menjawab sebagai berikut: | |||
Allah berfirman:وَاتَّقُوا فِت۟نَةً لَا تُصٖيبَنَّ الَّذٖينَ ظَلَمُوا مِن۟كُم۟ خَاصَّةً | |||
وَاتَّقُوا فِت۟نَةً لَا تُصٖيبَنَّ الَّذٖينَ ظَلَمُوا مِن۟كُم۟ خَاصَّةً | |||
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya”. (QS. al-Anfâl [8]: 25). | |||
Makna yang tersirat dalam ayat di atas adalah sebagai berikut:Dunia ini merupakan negeri ujian dan cobaan, serta negeri taklif dan perjuangan. Nah, ujian dan perjuangan menuntut agar berbagai hakikat senantiasa terselubung sehingga spirit persaingan tetap ter- pelihara, serta agar orang-orang yang jujur naik ke tingkat tertinggi bersama Abu Bakar d, sementara para pendusta jatuh ke tingkat terendah bersama Musailimah al-Kazzâb. Andaikan kalangan yang tak berdosa selamat dari bencana serta tidak terkena dampaknya, maka keimanan akan menjadi perkara aksiomatis (lumrah). Artinya, kaum kafir dan mukmin akan sama-sama tunduk sehingga beban taklif menjadi percuma. Tidak dibutuhkan lagi upaya untuk naik ke ber- bagai tingkatan iman. | |||
Jika musibah menimpa pihak yang zalim dan yang dizalimi sesuai dengan hikmah Ilahi, maka bagaimana pihak yang dizalimi mendapat keadilan Ilahi dan rahmat-Nya yang luas? | |||
'''Jawaban:'''Di celah-celah murka dan bencana tersirat manifestasi (perwujudan) kasih sayang Allah. Sebab, aset harta yang fana milik orang yang tak berdosa akan dikekalkan untuk mereka di akhirat dan akan disimpan sebagai sedekah. Sementara kehidupan mereka yang fana akan berubah menjadi kehidupan abadi yang mendapat sejenis tingkatan mati syahid. Artinya, musibah dan ujian tersebut bagi kaum yang tak berdosa sebenarnya merupakan wujud kasih sayang Ilahi yang tersirat di dalam penderitaan yang bersifat sementara. Pasalnya, lewat penderitaan yang bersifat sementara dan kecil itu, mereka diberi aset yang kekal dan besar. | |||
''' | |||
'''Pertanyaan Kelima''' | |||
''' | Allah sebagai Dzat Yang Mahaadil dan Penyayang, Mahakuasa dan Bijaksana, tidak membalas dosa khusus dengan hukuman khusus. Namun Dia menguasakan unsur yang besar seperti bumi untuk memberi pelajaran. Apakah ini sesuai dengan keuniversalan qudrah dan keindahan rahmat-Nya? | ||
'''Jawaban:'''Dzat Mahakuasa dan agung telah memberikan kepa- da setiap unsur begitu banyak tugas. Pada setiap tugas tersebut Dia menciptakan hasil yang banyak pula. Andaikan sebuah hasil yang buruk—keburukan musibah dan bencana—muncul dari salah satu unsur pada salah satu tugas di antara sekian tugas yang banyak, maka seluruh hasil yang baik dari unsur tersebut akan menjadikan hasil buruk tadi sebagai hasil yang baik dan indah. Sebab, andaikan unsur yang murka pada manusia itu dilarang melakukan tugasnya sehingga sebuah hasil yang buruk tidak datang, tentu banyak kebaikan sebanyak hasil baik yang disebabkan oleh seluruh tugas unsur tersebut akan diting- galkan. Artinya, akan muncul banyak keburukan sebanyak hasil yang baik. Pasalnya, sebagaimana diketahui bahwa tidak menunaikan suatu kebaikan hanya untuk menghalangi datangnya satu keburukan merupakan keburukan. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hikmah. Ia benar-benar buruk, jauh dari hakikat kebenaran, dan merupakan bentuk kekurangan. Sementara hikmah, qudrah, dan hakikat kebe- naran bersih dari segala kekurangan. | |||
''' | |||
Karena kesalahan semacam itu merupakan bentuk pembangkangan yang menyeluruh terhadap hak banyak makhluk sekaligus bentuk penghinaan terhadapnya sehingga layak mendapat murka berbagai unsur, terutama bumi, sehingga ia marah, maka perintah kepada unsur yang besar untuk menghukum para pembangkang itu merupakan bentuk hikmah dan keadilan, sekaligus sebagai wujud kasih sayang Allah terhadap kaum yang dizalimi. | |||
'''Pertanyaan Keenam''' | |||
''' | Kaum yang lalai menyebarkan pemahaman di tengah-tengah masyarakat bahwa gempa hanyalah hasil dari pergolakan sejumlah unsur mineral yang terdapat di perut bumi (pergeseran lempeng bumi). Mereka menganggapnya sebagai sebuah peristiwa yang terjadi secara kebetulan dan alami. Mereka tidak melihat adanya sebab-sebab dan pengaruh maknawi dari peristiwa tersebut yang dapat menyadarkan mereka dari kealpaan. Adakah kebenaran di balik argumen mereka? | ||
'''Jawaban:'''Tidak, yang ada hanya kesesatan. Sebab, kita menyaksikan bahwa setiap spesies dari ribuan makhluk yang jumlahnya lebih dari 50 juta di atas permukaan bumi memakai pakaiannya sendiri yang sesuai dengannya di mana ia diganti setiap tahun. Bahkan, satu sayap sekalipun yang merupakan salah satu dari ratusan organ lalat bukan hasil dari sebuah proses kebetulan, tetapi ada tujuan, kehendak, dan hikmah di dalamnya. | |||
''' | Hal itu menunjukkan bahwa aktivitas dan kondisi bumi yang besar ini—sebagai tempat tinggal makhluk yang jumlahnya tak terhingga—tidak berada di luar kehendak dan maksud Ilahi. Bahkan tidak ada satu pun yang berada di luar kehendak tersebut, baik secara parsial maupun universal. | ||
Akan tetapi Dzat Yang Mahakuasa menghadirkan sebab-sebab lahiriah sebagai tirai dari berbagai tindakan-Nya sesuai dengan hikmah-Nya yang bersifat mutlak. Nah, ketika Dia berkehendak untuk menciptakan gempa, Dia—biasanya—menyuruh salah satu unsur mineral untuk berguncang dan bergerak sehingga gempa itu pun terjadi. | |||
Kalaupun kita mengasumsikan gempa itu terjadi karena adanya gerakan unsur mineral, itu juga hanya mungkin terwujud atas perintah Ilahi sesuai dengan hikmah-Nya. | |||
Merupakan sebuah kebodohan dan bentuk pengabaian hak pihak terbunuh jika si pembunuh tidak dipersoalkan lantaran membatasi perhatian pada mesiu yang menyala pada letupan senapan. Demikian pula sungguh bodoh jika hanya melihat alam dan melupakan perintah Ilahi yang menyuruh peledakan bom yang tersimpan di perut bumi lewat hikmah dan kehendak-Nya. | |||
Bumi—yang laksana kapal, pesawat dan pesuruh ilahi—diperintah oleh Dzat Yang Maha Kuasa untuk terbelah demi membangunkan orang-orang lalai dan memberi peringatan kepada para pembangkang. | |||
'''Lanjutan Pertanyaan Keenam''' | |||
''' | Kaum sesat dan kufur menampakkan pembangkangan yang aneh dan sikap bodoh yang mengherankan sampai membuat manusia menyesali keberadaannya sebagai manusia. Hal itu dilakukan untuk melestarikan cara hidup mereka yang menentang kebangkitan iman. | ||
'''Sebagi contoh:''' Pembangkangan berlebihan yang ditunjukkan oleh manusia akhir-akhir ini, yang berkembang secara merata, mengundang murka seluruh unsur. Bahkan, rububiyah Tuhan Pencipta bumi dan langit tampak sebagai Pemelihara semesta alam dan Pengua- sa entitas di seluruh alam secara komprehensif, tidak hanya parsial. | |||
Maka, Tuhan semesta alam menghukum umat manusia dengan sejumlah bencana dan musibah yang bersifat umum dan mencekam. Misalnya Perang Dunia, gempa, banjir besar, angin topan, petir, dan air bah yang menghancurkan. Semua itu untuk menyadarkan manusia, yang sedang lalai, dari kealpaannya serta mendorong mereka untuk tidak sombong dan melampaui batas. Juga, untuk memperkenalkan manusia kepada Tuhan yang ia tentang. Tuhan memperlihatkan hikmah, kekuasaan, keadilan, kehendak, dan sifat hâkimiyah-Nya secara sangat jelas. Meski demikian, setan dungu yang berbentuk manusia demikian keras kepala dalam menyaksikan semua petunjuk dan tarbi- yah Ilahi tersebut. Mereka berkata, “Ia hanya faktor alam. Ia merupakan bentuk letupan sejumlah unsur dan pergerakan isi bumi. Ia hanya bersifat kebetulan. Panas matahari dan listrik berbenturan sehingga semua mesin di Amerika menjadi berhenti selama lima jam dan iklim di Kastamonu memerah hingga seakan-akan menyala.” Demikianlah igauan tak berarti yang mereka ucapkan. | |||
Kebodohan yang bersumber dari kesesatan dan sikap keras kepala yang lahir dari kekufuran menghalangi mereka untuk dapat menangkap esensi berbagai sebab-sebab lahiriah. Itulah yang mem- buat mereka terhijab dari kekuasaan Ilahi.Karena saking bodohnya, salah seorang dari mereka memperlihatkan sebab-sebab lahiriah dengan berkata, “Pohon cemara yang besar ini, misalnya, tumbuh besar dari benih.” Ia mengingkari mukjizat Penciptanya Yang Mahaagung. Padahal andaikan ia diserahkan kepada sebab-sebab lahiriah, tentu seratus pabrik takkan cukup untuk membentuk pohon tersebut. | |||
Maka, sikap memperlihatkan sebab-sebab lahiriah seperti di atas merupakan bentuk pelecehan terhadap kreasi rububiyah agung Tuhan yang penuh hikmah. Sementara itu, di sisi lain ada yang memberi- kan istilah ilmiah terhadap hakikat penting yang tak mampu ditangkap oleh akal. Seakan-akan hakikat tersebut telah dikenal dan diketahui dengan sekadar memberi istilah tersebut. Ia pun menjadi biasa tanpa ada hikmah di dalamnya. | |||
Renungkan sikap bodoh yang tak berujung itu. Hakikat yang hikmahnya tak mampu dijelaskan oleh seratus halaman seolah-olah dengan sekadar diberi istilah tadi membuatnya dikenal dan biasa. Mereka berkata, “Sesuatu itu berasal dari ini. Ia diakibatkan oleh materi matahari yang berbenturan dengan listrik.” Perkataan ini mem- buatnya seakan-akan sudah dikenal dan dipahami. | |||
Bahkan salah seorang dari mereka memperlihatkan sikap yang lebih bodoh daripada Abu Jahal. Ia menisbatkan sebuah peristiwa rububiyah yang memiliki tujuan khusus kepada salah satu hukum alamiah. Seolah-olah hukum itulah yang bekerja dan berbuat. Dengan sikap itu, ia memutuskan korelasinya dengan kehendak dan kekuasaan Ilahi yang bersifat komprehensif di mana ia tercermin dalam sunnatullah yang berlaku di alam. Kemudian ia mengalihkan peristiwa tadi kepada unsur kebetulan dan alam. Maka, ia seperti orang dungu yang keras kepala yang menisbatkan kemenangan seorang prajurit dan pa- sukannya dalam perang kepada sistem keprajuritan dan militer yang ada tanpa mengaitkannya dengan sang panglima, pemimpin negara, dan sejumlah perbuatan yang memiliki maksud tertentu. | |||
Mari kita melihat sikap bodoh mereka yang demikian jelas lewat contoh berikut: | |||
Seorang produsen handal membuat seratus ons beragam makanan, dan seratus meter aneka kain dari sepotong kayu kecil yang ukurannya tidak lebih dari panjang jari. Lalu salah seorang dari me- reka berkata bahwa pekerjaan luar biasa itu dilakukan oleh sepotong kayu kecil tadi. Bukankah ia sangat bodoh? Ini sama dengan orang yang menampilkan sebuah benih yang keras dengan mengingkari kehebatan kreasi Sang Pencipta dalam menciptakan pohon. Ia telah merendahkan nilai kreasi menakjubkan itu dengan menisbatkannya kepada proses kebetulan dan sebab-sebab alam. Ini sama persis dengan di atas. | |||
'''Pertanyaan Ketujuh''' | |||
''' | Bagaimana memahami bahwa peristiwa gempa bumi ini meng- arah kepada kaum muslim negeri ini? Artinya, mereka yang menjadi sasaran. Mengapa ia justru sering terjadi di wilayah Izmir dan Erzinjan? | ||
'''Jawaban:'''Terdapat banyak petunjuk bahwa peristiwa tersebut tertuju kepada kaum beriman. Sebab, ia terjadi di musim dingin, di malam hari, khususnya di negeri ini yang tidak menghormati kehadiran bulan Ramadhan. Ia terus berlangsung lantaran manusia tidak mau mengambil pelajaran darinya. Jadi, ia terjadi untuk menyadarkan kaum yang lalai dari tidur panjang mereka. Selain itu, terdapat petunjuk yang menegaskan bahwa gempa tersebut mengarah kepada kaum beriman. Ia mengguncang mereka guna mengajak mereka menunaikan salat, berdoa, dan bersimpuh di hadapan-Nya.Adapun guncangan keras yang terjadi di Erzinjan memiliki dua makna: | |||
''' | |||
Pertama, ia disegerakan untuk menjadi penebus dosa kecil mereka. | |||
Kedua, bisa jadi bahwa guncangannya pertama-tama terjadi di tempat tersebut karena dijadikan pusat kegiatan kaum zindik (fasik) yang menggunakan kesempatan ketika melihat sedikitnya jumlah pembela Islam yang kuat dan kondisi mereka yang lemah. | |||
Hanya Allah yang mengetahui perkara gaib. | |||
“Mahasuci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui, kecuali apa yang telah engkau ajarkan pada kami. Engkau Maha Mengetahui dan Mahabijaksana”. | |||
------ | ------ | ||
<center> [[On Üçüncü Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[On Beşinci Söz]] </center> | <center> [[On Üçüncü Söz/id|KALIMAT KETIGA BELAS]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[On Beşinci Söz/id|KALIMAT KELIMA BELAS]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme