İçeriğe atla

Dördüncü Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> CAHAYA KETIGA ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KELIMA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Kecintaan berlebihan yang ditampakkan oleh golongan Syiah wilayah kepada Sayyidina Ali d dan sikap mereka yang mengutamakan Ali d atas yang lain dari sisi tarekat, tidak menjadikan mereka memikul pertanggungjawaban yang sama besarnya dengan yang dipikul oleh golongan syiah khilafah. Sebab, para wali tersebut memandang Ali d dengan pandangan cinta seorang murid terhadap mursyidnya. Dan biasanya orang yang sedang mabuk cinta mempunyai sikap yang berlebihan..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> CAHAYA KETIGA ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KELIMA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 12 değişikliği gösterilmiyor)
90. satır: 90. satır:
memuliakan Imam Ali d tersebut tidak sampai ke tingkat mencela dan memusuhi para Khulafa ar-Rasyidin lainnya serta tidak sampai keluar dari prinsip-prinsip dasar Islam.
memuliakan Imam Ali d tersebut tidak sampai ke tingkat mencela dan memusuhi para Khulafa ar-Rasyidin lainnya serta tidak sampai keluar dari prinsip-prinsip dasar Islam.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun golongan Syiah khilafah, karena sudah bergelut dengan kepentingan politik, mereka tidak mungkin lepas dari sikap permusuhan dan kepentingan pribadi sehingga tidak mendapat hak untuk ditoleransi. Bahkan, mereka justru menunjukkan sikap dendam terhadap Umar d yang dibungkus dalam bentuk kecintaan terhadap Ali d. Sebabnya, bangsa Iran merasa telah disakiti oleh Umar d. Sampai-sampai sikap mereka itu sesuai dengan sebuah
Şîa-i Hilafet ise ağraz-ı siyaset, içine girdiği için garazdan, tecavüzden kurtulamıyorlar, i’tizar hakkını kaybediyorlar. Hattâ لَا لِحُبِّ عَلِىٍّ بَل۟ لِبُغ۟ضِ عُمَرَ cümlesine mâsadak olarak Hazret-i Ömer’in (ra) eliyle İran milliyeti ceriha aldığı için intikamlarını hubb-u Ali suretinde gösterdikleri gibi Amr İbnü’l-Âs’ın Hazret-i Ali’ye (ra) karşı hurucu ve Ömer İbn-i Sa’d’ın Hazret-i Hüseyin’e (ra) karşı feci muharebesi, Ömer ismine karşı şiddetli bir gayz ve adâveti Şîalara vermiş.
ungkapan yang berbunyi, “Sebetulnya bukan karena cinta pada Ali, tetapi karena benci pada Umar.” Tindakan Amru ibn Ash d yang melawan Ali d, serta tindakan Umar ibn Sa`ad yang memerangi Sayyidina Husein d dalam perang yang memilukan dan menyakitkan, telah mewariskan kebencian dan permusuhan yang sangat hebat bagi kalangan Syiah terhadap nama yang berbau Umar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sementara, golongan Syiah wilayah tidak mempunyai hak untuk mengkritik kalangan Ahlu Sunnah. Sebab, kalangan Ahlu Sunnah tidak merendahkan kedudukan Ali d, bahkan mereka secara tulus sangat mencintainya. Hanya saja, mereka menghindari sikap cinta berlebihan. Sebab, hal itu berbahaya, seperti yang disebutkan dalam hadis. Adapun pujian Nabi terhadap kelompok pengikut Ali
Ehl-i Sünnet ve Cemaat’e karşı Şîa-i Velayet’in hakkı yoktur ki Ehl-i Sünnet’i tenkit etsin. Çünkü Ehl-i Sünnet, Hazret-i Ali’yi (ra) tenkis etmedikleri gibi ciddi severler. Fakat hadîsçe tehlikeli sayılan ifrat-ı muhabbetten çekiniyorlar. Hadîsçe Hazret-i Ali’nin (ra) Şîası hakkındaki sena-yı Nebevî, Ehl-i Sünnet’e aittir. Çünkü istikametli muhabbetle Hazret-i Ali’nin (ra) Şîaları, ehl-i hak olan Ehl-i Sünnet ve Cemaat’tir. Hazret-i İsa aleyhisselâm hakkındaki ifrat-ı muhabbet, Nasâra için tehlikeli olduğu gibi Hazret-i Ali (ra) hakkında da o tarzda ifrat-ı muhabbet, hadîs-i sahihte tehlikeli olduğu tasrih edilmiş.
d sebagaimana yang terdapat dalam beberapa hadis, sebetulnya hal itu mengarah kepada kalangan Ahlu Sunnah. Sebab, mereka adalah orang-orang yang mengikuti Sayyidina Ali d secara konsisten. Karena itu, merekalah sebenarnya Syiah (pengikut) Imam Ali d.Ada sebuah hadis yang secara tegas menjelaskan bahwa sikap berlebihan dalam mencintai Sayyidina Ali d sangat berbahaya, sama seperti bahaya yang menimpa orang-orang Nasrani ketika mereka berlebihan dalam mencintai Nabi Isa .(*<ref>*Lihat: Ahmad ibn Hambal, al-Musnad, 1/160; Fadhâil as-Shahâbah nomor 1087, 1221, dan 1222; an-Nasa’i, al-Khashâ’is, 27; dan al-Bukhari, at-Târîkh, 2/1/257.</ref>)
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Apabila golongan Syiah wilayah berpendapat bahwa jika Imam Ali d telah diakui mempunyai keutamaan yang luar biasa, maka sikap yang melebihkan Abu Bakar d di atas Ali d tidak bisa diterima.
'''Şîa-i Velayet eğer dese ki:''' Hazret-i Ali’nin (ra) kemalât-ı fevkalâdesi kabul olunduktan sonra, Hazret-i Sıddık’ı (ra) ona tercih etmek kabil olmuyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tanggapan atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:Apabila keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar, dan jasa-jasa mereka berdua yang begitu agung dalam mewarisi kenabian diletakkan dalam sebuah sisi timbangan; lalu keistimewaan Ali d yang luar biasa, kerja kerasnya memimpin kekhalifahan, berbagai peperangan internal berdarah-darah yang terpaksa dilakukannya, serta prasangka buruk yang diterima sebagai akibatnya, diletakkan di sisi timbangan lainnya, pastilah timbangan Abu Bakar ash-Shiddiq, timbangan Umar ibn al-Khattab, atau timbangan Dzun-Nurain Utsman ibn Affan akan lebih berat. Inilah yang diakui oleh kalangan Ahlu Sunnah dan ini pula yang menyebabkan mereka melebihkan ketiganya.
'''Elcevap:''' Hazret-i Sıddık-ı Ekber’in ve Faruk-u A’zam’ın (r.anhüma) şahsî kemalâtıyla ve veraset-i nübüvvet vazifesiyle zaman-ı hilafetteki kemalâtı ile beraber bir mizanın kefesine, Hazret-i Ali’nin (ra) şahsî kemalât-ı hârikasıyla, hilafet zamanındaki dâhilî bilmecburiye girdiği elîm vakıalardan gelen ve sû-i zanlara maruz olan hilafet mücahedeleri beraber mizanın diğer kefesine bırakılsa elbette Hazret-i Sıddık’ın (ra) veyahut Faruk’un (ra) veyahut Zinnureyn’in (ra) kefesi ağır geldiğini Ehl-i Sünnet görmüş, tercih etmiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seperti yang telah kami sebutkan dalam “Kalimat Ketiga Belas” dan “Kedua Puluh Empat” pada buku al-Kalimât, bahwa martabat kenabian jauh lebih mulia dan lebih tinggi daripada derajat kewalian. Satu gram kenabian lebih afdal daripada satu kilogram kewalian. Dari sisi ini, bagian yang dimiliki oleh Abu Bakar dan Umar da- lam mewarisi kenabian dan menegakkan hukum-hukum Islam lebih besar. Kedamaian yang terjadi pada masa kekhalifahan mereka bagi kalangan Ahlu Sunnah menjadi buktinya. Keutamaan pribadi Ali tidak membuat jatuh kedudukan mereka itu. Imam Ali d telah
Hem On İkinci ve Yirmi Dördüncü Sözlerde ispat edildiği gibi: Nübüvvet, velayete nisbeten derecesi o kadar yüksektir ki nübüvvetin bir dirhem kadar cilvesi, bir batman kadar velayetin cilvesine müreccahtır. Bu nokta-i nazardan Hazret-i Sıddık-ı Ekber’in (ra) ve Faruk-u A’zam’ın (ra) veraset-i nübüvvet ve tesis-i ahkâm-ı risalet noktasında hisseleri taraf-ı İlahîden ziyade verildiğine, hilafetleri zamanlarındaki muvaffakiyetleri Ehl-i Sünnet ve Cemaat’çe delil olmuş. Hazret-i Ali’nin (ra) kemalât-ı şahsiyesi, o veraset-i nübüvvetten gelen o ziyade hisseyi hükümden ıskat edemediği için Hazret-i Ali (ra) Şeyheyn-i Mükerremeyn’in zaman-ı hilafetlerinde onlara şeyhülislâm olmuş ve onlara hürmet etmiş. Acaba Hazret-i Ali’yi (ra) seven ve hürmet eden Ehl-i Hak ve Sünnet, Hazret-i Ali’nin (ra) sevdiği ve ciddi hürmet ettiği Şeyheyn’i nasıl sevmesin ve hürmet etmesin?
menjadi Syaikhul Qudhât (Hakim Tertinggi) bagi kedua tokoh tersebut di masa kekhalifahan mereka dan ia taat kepada keduanya.Bagaimana mungkin kelompok yang benar, yaitu kalangan Ahlu Sunnah, yang mencintai dan menghormati Sayyidina Ali,tidak akan mencintai dua orang yang dicintai dan dihormati oleh Sayyidina Ali?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kami akan memperjelas masalah ini dengan sebuah contoh. Se- orang yang sangat kaya membagi-bagikan warisan dan hartanya yang berlimpah kepada para anaknya. Salah satu dari anaknya itu diberi dua puluh ons perak dan empat ons emas. Sementara yang kedua diberi lima ons perak dan lima ons emas. Lalu yang ketiga diberi tiga ons perak dan lima ons emas. Tentu saja, meskipun kuantitas atau jumlah yang didapatkan oleh dua anak yang terakhir lebih sedikit dari yang pertama, tetapi dari segi kualitas, apa yang mereka dapat- kan lebih berharga.
Bu hakikati bir misal ile izah edelim. Mesela, gayet zengin bir zatın irsiyetinden evlatlarının birine yirmi batman gümüş ile dört batman altın veriliyor. Diğerine beş batman gümüş ile beş batman altın veriliyor. Öbürüne de üç batman gümüş ile beş batman altın verilse elbette âhirdeki ikisi çendan kemiyeten az alıyorlar fakat keyfiyeten ziyade alıyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan contoh di atas, maka sedikit kelebihan yang dimiliki oleh Abu Bakar dan Umar yang berupa emas hakikat dari “pendekatan Ilahi” yang berasal dari pewarisan kenabian dan penegakan hukum-hukum Islam lebih berat jika dibandingkan dengan banyaknya keutamaan pribadi, esensi kewalian, dan “kedekatan ilahi” yang dimiliki oleh Ali d. Karena itu, dalam menimbang dan memberikan penilaian, hendaknya sisi ini harus diperhatikan. Namun, gambaran tentang hakikat tersebut akan berubah manakala penilaiannya hanya terbatas pada sisi keberanian dan pengetahuan pribadi, serta hanya terbatas pada sisi kewalian.
İşte bu misal gibi Şeyheyn’in veraset-i nübüvvet ve tesis-i ahkâm-ı risaletinden tecelli eden hakikat-i akrebiyet-i İlahiye altınından hisselerinin az bir fazlalığı, kemalât-ı şahsiye ve velayet cevherinden neş’et eden kurbiyet-i İlahiyenin ve kemalât-ı velayetin ve kurbiyetin çoğuna galip gelir. Muvazenede bu noktaları nazara almak gerektir. Yoksa şahsî şecaati ve ilmi ve velayeti noktasında birbiri ile muvazene edilse hakikatin sureti değişir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, sebagai cerminan sosok ahlul bait yang tampak dalam kepribadiannya, dari sisi pewarisan kenabian, kedudukan Sayyidina Ali d tidak bisa ditandingi oleh siapa pun. Sebab, rahasia
Hem Hazret-i Ali’nin (ra) zatında temessül eden şahs-ı manevî-i Âl-i Beyt ve o şahsiyet-i maneviyede veraset-i mutlaka cihetiyle tecelli eden hakikat-i Muhammediye (asm) noktasında muvazene edilmez. Çünkü orada Peygamber aleyhissalâtü vesselâmın sırr-ı azîmi var.
agung yang dimiliki oleh Rasul  terletak pada sisi ini.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun golongan Syiah khilafah sepantasnya malu terhadap kalangan Ahlu Sunnah. Sebab, sebenarnya mereka telah merendahkan kedudukan Sayyidina Ali d dengan pengakuan mereka yang berlebihan dalam mencintainya dan memberikan gambaran yang buruk tentang akhlak Ali d. Mereka berkata, “Sayyidina Ali senantiasa mengikuti Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar al-Faruq
Amma Şîa-i Hilafet ise Ehl-i Sünnet ve Cemaat’e karşı mahcubiyetinden başka hiçbir hakları yoktur. Çünkü bunlar Hazret-i Ali’yi (ra) fevkalâde sevmek davasında oldukları halde tenkis ediyorlar ve sû-i ahlâkta bulunduğunu onların mezhepleri iktiza ediyor. Çünkü diyorlar ki: “Hazret-i Sıddık ile Hazret-i Ömer (r.anhüm) haksız oldukları halde Hazret-i Ali (ra) onlara mümaşat etmiş, Şîa ıstılahınca takiyye etmiş; yani onlardan korkmuş, riyakârlık etmiş.” Acaba böyle kahraman-ı İslâm ve “Esedullah” unvanını kazanan ve sıddıkların kumandanı ve rehberi olan bir zatı, riyakâr ve korkaklık ile ve sevmediği zatlara tasannukârane muhabbet göstermekle ve yirmi seneden ziyade havf altında mümaşat etmekle haksızlara tebaiyeti kabul etmekle muttasıf görmek, ona muhabbet değildir. O çeşit muhabbetten Hazret-i Ali (ra) teberri eder.
meskipun keduanya salah. Ia selalu menjaga diri dari sesuatu yang ia takuti dari keduanya.” Sikap inilah yang oleh mereka disebut dengan istilah taqiyyah. Artinya, Sayyidina Ali takut kepada keduanya
</div>
(Abu Bakar dan Umar) serta selalu bersikap riya terhadap keduanya dalam beramal. Demikianlah gambaran yang mereka berikan terhadap pahlawan Islam yang agung yang bergelar “Singa Allah” yang telah menjadi pemimpin bagi prajurit ash-Shiddiq dan telah menjadi menteri bagi keduanya. Menurutku, tindakan mereka yang telah menggambarkan Sayyidina Ali sebagai orang yang bersikap riya, takut, pura-pura cinta pada orang yang sebenarnya tak dicintainya, serta taat dan tunduk kepada dua tokoh yang berbuat salah selama lebih dari dua puluh tahun karena rasa takut, sama sekali bukanlah bagian dari cinta. Sayyidina Ali berlepas diri dari kecintaan yang semacam itu.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sementara itu, kelompok al-haq (Ahlu Sunnah) tidak pernah merendahkan martabat Sayyidina Ali d dari sisi mana pun. Mereka juga tidak memberikan tuduhan yang buruk terhadapnya, serta tidak pernah menggambarkan sang pahlawan pemberani itu sebagai penakut. Mereka berpendapat, “Seandainya Sayyidina Ali d tidak melihat kebenaran pada Khulafa ar-Rasyidin, semenit pun ia tidak akan memberikan loyalitasnya kepada mereka. Dan tidak mungkin ia akan tunduk pada pemerintahan mereka.” Artinya, Ali d telah mengetahui bahwa mereka (Khulafa ar-Rasyidin) berada pada kebenaran. Ia juga mengakui kemuliaan mereka sehingga mau mengorbankan keberaniannya yang luar biasa karena cinta pada kebenaran.
İşte ehl-i hakkın mezhebi hiçbir cihetle Hazret-i Ali’yi (ra) tenkis etmez, -i ahlâk ile ittiham etmez. Öyle bir hârika-i şecaate korkaklık isnad etmez ve derler ki: “Hazret-i Ali (ra) Hulefa-i Raşidîn’i hak görmeseydi bir dakika tanımaz ve itaat etmezdi. Demek ki onları haklı ve râcih gördüğü için gayret ve şecaatini hakperestlik yoluna teslim etmiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ekstrim dan berlebihan dalam hal apa pun juga tidaklah baik. Sikap istikamah adalah sikap pertengahan yang dipilih oleh kalangan Ahlu Sunnah. Akan tetapi sayang sekali, sebagaimana beberapa pemikiran kelom- pok Khawarij dan Wahabi dibungkus dengan lebel Ahlu Sunnah, segolongan orang yang tertarik dengan politik dan segolongan orang yang menyimpang mengkritik Sayyidina Ali d dengan berkata, “Ia (Ali d) tidak sukses dalam menjalankan roda kekhalifahan, sebab
'''Elhasıl:''' '''Her şeyin ifrat ve tefriti iyi değildir. İstikamet ise hadd-i vasattır ki Ehl-i Sünnet ve Cemaat onu ihtiyar etmiş.''' Fakat maatteessüf Ehl-i Sünnet ve Cemaat perdesi altına Vehhabîlik ve Haricîlik fikri kısmen girdiği gibi siyaset meftunları ve bir kısım mülhidler, Hazret-i Ali’yi (ra) tenkit ediyorlar. Hâşâ, siyaseti bilmediğinden hilafete tam liyakat göstermemiş, idare edememiş diyorlar. İşte bunların bu haksız ittihamlarından Alevîler, Ehl-i Sünnet’e karşı küsmek vaziyetini alıyorlar.
ia bodoh dalam masalah politik. Karena itu, ia tidak bisa memimpin umat di masanya.” Tuduhan batil semacam itu tentu saja membangkitkan kemarahan dan ketidaksenangan kalangan Syiah terhadap kalangan Ahlu Sunnah.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Padahal prinsip dan landasan pendirian Ahlu Sunnah tidak seperti itu, bahkan sebaliknya. Karena itu, Ahlu Sunnah tidak bisa dirusak dengan memasukkan pemikiran-pemikiran yang bersumber dari kalangan Khawarij dan orang-orang yang menyimpang itu. Bahkan, kalangan Ahlu Sunnah merupakan orang-orang yang lebih
Halbuki Ehl-i Sünnet’in düsturları ve esas mezhepleri, bu fikirleri iktiza etmiyor belki aksini ispat ediyorlar. Haricîlerin ve mülhidlerin tarafından gelen böyle fikirler ile Ehl-i Sünnet mahkûm olamaz. Belki Ehl-i Sünnet, Alevîlerden ziyade Hazret-i Ali’nin (ra) taraftarıdırlar. Bütün hutbelerinde, dualarında Hazret-i Ali’yi (ra) lâyık olduğu sena ile zikrediyorlar. Hususan ekseriyet-i mutlaka ile Ehl-i Sünnet ve Cemaat mezhebinde olan evliya ve asfiya, onu mürşid ve şah-ı velayet biliyorlar.
loyal dan lebih cinta terhadap Sayyidina Ali d dibandingkan dengan kalangan Syiah. Dalam setiap ceramah dan dakwahnya, mereka selalu menyebutkan pujian dan kemuliaan yang pantas dimiliki oleh
</div>
Sayyidina Ali d. Apalagi para wali dan para sufi sebagian besarnya berasal dari kalangan Ahlu Sunnah. Mereka menjadikan Sayyidina Ali d sebagai mursyid dan pemimpin mereka.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, sepantasnya kalangan Syiah meninggalkan kaum Khawarij dan kelompok sempalan yang sebenarnya merupakan musuh Syiah sekaligus Ahlu Sunnah, serta tidak beroposisi dengan kalangan Ahlu Sunnah. Sampai-sampai ada sebagian dari kalangan Syiah yang sengaja meninggalkan sunnah Nabi karena benci terhadap Ahlu Sunnah.Bagaimanapun, kami telah membahas masalah ini secara panjang lebar. Masalah tersebut sebenarnya juga telah banyak dikaji di antara para ulama.
Alevîler hem Alevîlerin hem Ehl-i Sünnet’in adâvetine istihkak kesbeden Haricîleri ve mülhidleri bırakıp, ehl-i hakka karşı cephe almamalıdırlar. Hattâ bir kısım Alevîler, Ehl-i Sünnet’in inadına sünneti terk ediyorlar. Her ne ise bu meselede fazla söyledik. Çünkü ulemanın beyninde ziyade medar-ı bahis olmuştur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai kelompok al-haq, yaitu kalangan Ahlu Sunnah wal Jama’ah! Wahai kalangan Syiah yang telah menjadikan kecintaan pada ahlul bait sebagai prinsip kalian! Buanglah segera konflik di antara kalian yang tak ada artinya, batil, dan berbahaya. Jika kalian tidak membuang konflik tersebut, maka kaum kafir yang saat ini berkuasa secara kuat akan menyibukkan kalian dengan saling bertengkar antara yang satu dengan yang lain. Serta, mereka juga akan mempergunakan salah satu di antara kalian sebagai alat untuk membinasakan lainnya. Setelah kelompok tadi binasa, alat itu pun akan ikut hancur binasa. Karena itu, kalian harus segera membuang hal-hal sepele yang bisa menimbulkan konflik. Sebab, kalian adalah ahli tauhid. Di antara kalian ada ratusan ikatan suci yang bisa menjadi faktor pendorong bagi terwujudnya persaudaraan dan persatuan.
Ey ehl-i hak olan Ehl-i Sünnet ve Cemaat! Ve ey Âl-i Beyt’in muhabbetini meslek ittihaz eden Alevîler! Çabuk bu manasız ve hakikatsiz, haksız, zararlı olan nizâı aranızdan kaldırınız. Yoksa şimdiki kuvvetli bir surette hükmeyleyen zındıka cereyanı, birinizi diğeri aleyhinde âlet edip ezmesinde istimal edecek. Bunu mağlup ettikten sonra, o âleti de kıracak. Siz ehl-i tevhid olduğunuzdan uhuvveti ve ittihadı emreden yüzer esaslı rabıta-i kudsiye mabeyninizde varken, iftirakı iktiza eden cüz’î meseleleri bırakmak elzemdir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="İkinci_Makam"></span>
== İkinci Makam ==
==KEDUDUKAN KEDUA==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedudukan kedua(*<ref>*Kedudukan kedua ini telah ditulis dalam bagian tersendiri. Yaitu dalam “Cahaya Kesebelas”—Penulis.</ref>)ini akan dikhususkan untuk menjelaskan ayat al-Qur’an yang berbunyi:“Jika mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah, Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada Tuhan selain-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal. Dia adalah Tuhan yang memiliki arasy yang agung.” (QS. at-Taubah[9]: 129).
فَاِن۟ تَوَلَّو۟ا فَقُل۟ حَس۟بِىَ اللّٰهُ لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ عَلَي۟هِ تَوَكَّل۟تُ وَهُوَ رَبُّ ال۟عَر۟شِ ال۟عَظٖيمِ âyetinin ikinci hakikatine dair olacak. '''(*<ref>'''(*)''' Bu İkinci Makam, On Birinci Lem’a olarak telif edilmiştir.</ref>)'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[Üçüncü Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[Beşinci Lem'a]] </center>
<center> [[Üçüncü Lem'a/id|CAHAYA KETIGA]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[Beşinci Lem'a/id|CAHAYA KELIMA]] </center>
------
------
</div>