İçeriğe atla

On Üçüncü Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"------ <center> CAHAYA KEDUA BELAS ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KEEMPAT BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("'''Jawaban:''' Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kami akan menjelaskan sebuah landasan yang mendalam sebagai berikut:" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("------ <center> CAHAYA KEDUA BELAS ⇐ | Al-Lama’ât | ⇒ CAHAYA KEEMPAT BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
 
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 52 değişikliği gösterilmiyor)
192. satır: 192. satır:
'''Jawaban:''' Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kami akan menjelaskan sebuah landasan yang mendalam sebagai berikut:
'''Jawaban:''' Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kami akan menjelaskan sebuah landasan yang mendalam sebagai berikut:


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena Pencipta alam semesta memiliki dua jenis nama yang bersifat jalâli (agung) dan bersifat jamâli (indah). Karena masing- masing dari nama tersebut tampil dengan manifestasi yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, maka Sang Maha Pencipta pun telah mencampur segala sesuatu dengan lawannya, menghadap- kan yang satu dengan lainnya, sekaligus memberikan kepada mereka sifat saling membela diri dan melanggar.Dengan kondisi tersebut terciptalah sebuah pertarungan penuh hikmah dan manfaat disertai berbagai perbedaan dan perubahan yang muncul akibat pelanggaran yang satu terhadap lainnya. Di sana tampak kebijaksanaan Allah . Dia menjalankan roda alam ini dalam aturan yang tinggi dan sempurna serta sesuai dengan kaidah perubahan. Karena itu, Dia menjadikan manusia—sebagai buah yang menghimpun pohon kekhalifahan—mengikuti kaidah tadi. Yaitu kaidah untuk membela diri dan bertarung. Allah membuka di hadapan manusia pintu perjuangan yang menjadi poros seluruh kesempurnaannya. Maka dari itu, Allah  berikan kepada golongan setan berbagai perangkat dan sarana untuk bisa menghadapi golongan Allah dalam medan pertempuran.
Şu kâinat Hâlık-ı Zülcelal’inin hem cemalî hem celalî iki kısım esması bulunduğundan ve o cemalî ve celalî isimler, hükümlerini ayrı ayrı cilvelerle göstermek iktiza ettiklerinden, Hâlık-ı Zülcelal kâinatta ezdadı birbirine mezcedip birbirine mukabil getirip ve birbirine mütecaviz ve müdafi bir vaziyet verip, hikmetli ve menfaattar bir nevi mübareze suretine getirip, ondan zıtları birbirinin hududuna geçirip ihtilafat ve tagayyürat meydana getirmekle kâinatı kanun-u tagayyür ve tahavvül ve düstur-u terakki ve tekâmüle tabi kıldığı için o şecere-i hilkatin câmi’ bir semeresi olan insan nevinde, o kanun-u mübarezeyi daha acib bir şekle getirip bütün terakkiyat-ı insaniyeye medar bir mücahede kapısını açıp, hizbullaha karşı meydana çıkabilmek için hizbü’ş-şeytana bazı cihazat vermiş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Inilah sebabnya mengapa kaum yang sesat yang sebenarnya berada dalam kelemahan bisa melawan dan mengalahkan, secara temporer, kaum yang benar dan kuat yang berada di belakang para nabi.
İşte bu sırr-ı dakik içindir ki enbiyalar çok defa ehl-i dalalete karşı mağlup oluyor. Ve gayet zaaf ve aczde olan dalalet ehli, manen gayet kuvvetli olan ehl-i hakka muvakkaten galip oluyorlar ve mukavemet ediyorlar. Bu acib mukavemetin sırr-ı hikmeti şudur ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun rahasia di balik adanya perlawanan aneh di atas adalah bahwa di dalam kesesatan dan kekufuran terdapat ketiadaan, peng- abaian yang sangat mudah dan tidak perlu bergerak. Di dalamnya juga terdapat perusakan yang sama ringan dan sepelenya, sebab bisa dihadapi hanya dengan sedikit pergerakan saja. Serta, di dalam- nya terdapat pelanggaran dan sikap melampaui batas. Pelanggaran yang ringan dan kecil ini memang bisa menimbulkan bahaya bagi banyak orang. Sehingga mereka menyangka bahwa kelompok sesat tadi memiliki kekuatan. Akibatnya, mereka direndahkan dan dikua- sai lewat teror dan tindakan fir’aunisme-nya. Lalu di sisi lain, dalam diri manusia tersimpan perasaan materialistik serta kekuatan hewani yang tidak mampu melihat dan memikirkan kesudahan yang ada. Ia tertipu dan terlena oleh kenikmatan yang bersifat sementara. Hal inilah yang kemudian membuat perangkat lunak manusia yaitu akal dan kalbunya, menyimpang dari tugas-tugasnya yang utama.
Dalalette ve küfürde hem adem ve terk var ki pek kolaydır, hareket istemez. Hem tahrip var ki çok sehildir ve âsandır, az bir hareket yeter. Hem tecavüz var ki az bir amel ile çoklarına zarar verip, ihafe noktasında ve firavuniyet cihetinden onlara bir makam kazandırır. Hem âkıbeti görmeyen ve hazır zevke müptela olan insandaki nebatî ve hayvanî kuvvelerin tatmini, telezzüzü, hürriyeti vardır ki akıl ve kalp gibi letaif-i insaniyeyi insaniyetkârane ve âkıbet-endişane olan vazifelerinden vazgeçiriyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun jalan kelompok yang mendapat petunjuk dan jalan mulia para nabi—terutama kekasih Allah, Rasul— bersifat eksis, positif, dan konstruktif. Selain itu, ia juga bersifat aktif dan lurus, ser- ta selalu berada di atas relnya tanpa pernah menyimpang dan melam- paui batas. Jalan tersebut senantiasa berpikir akibat, berada pada ubudiah yang tulus kepada Tuhan, serta menghancurkan fira’unisme dan kebebasan nafsu ammârah. Karenanya, kaum munafik Madinah yang ketika itu menghadapi fondasi positif dan kokoh tersebut men- jadi seperti kelelawar-kelelawar yang berada di depan mentari dan lampu yang bersinar terang. Mereka segera menutup mata dan meng- gabungkan diri dengan kekuatan setan. Mereka terus berada dalam kesesatan dan tidak tertarik oleh daya tarik al-Qur’an yang agung serta hakikat-hakikatnya yang kekal abadi.
Ehl-i hidayet ve başta ehl-i nübüvvet ve başta Habib-i Rabbü’l-âlemîn olan Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâmın meslek-i kudsîsi; hem vücudî hem sübutî hem tamir hem hareket hem hudutta istikamet hem âkıbeti düşünmek hem ubudiyet hem nefs-i emmarenin firavuniyetini, serbestliğini kırmak gibi esasat-ı mühimme bulunduğundandır ki Medine-i Münevvere’de bulunan o zamanın münafıkları, o parlak güneşe karşı yarasa kuşu gibi gözlerini yumup, o cazibe-i azîmeye karşı şeytanî bir kuvve-i dâfiaya kapılıp dalalette kalmışlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kalau kemudian ada yang berkata bahwa Rasul merupakan kekasih Allah. Beliau tidak mengucapkan sesuatu kecuali yang benar. Yang beliau miliki adalah hakikat kebenaran. Allah telah mem- bantu beliau dalam berbagai peperangan dengan mengirimkan para malaikat sebagai prajurit-prajurit-Nya. Seluruh pasukannya pernah meminum dari air yang memancar lewat jari-jemari beliau. Beliau juga pernah membuat kenyang seribu orang dengan seekor kambing yang telah dimasak dan dengan beberapa genggam gandum. Beliau kalahkan orang-orang kafir hanya dengan segenggam tanah yang dilemparkan ke mata mereka sehingga tanah tersebut masuk ke mata mereka masing-masing. Bagaimana mungkin seorang pemimpin rabbani yang memiliki mukjizat menakjubkan semacam itu bisa dikalahkan di akhir Perang Uhud dan di awal Perang Hunain?
'''Eğer denilirse:''' Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm madem Habib-i Rabbü’l-âlemîn’dir. Hem elindeki hak ve lisanındaki hakikattir. Ve ordusundaki askerlerin bir kısmı melâikedir. Ve bir avuç su ile bir orduyu sular. Ve dört avuç buğday ve bir oğlağın etiyle bin adamı doyuracak bir ziyafet verir. Ve küffar ordusunun gözlerine bir avuç toprak atmakla o bir avuç topraktan her küffarın gözüne bir avuç toprak girmesiyle onları kaçırır. Ve daha bunun gibi bin mu’cizat sahibi olan bir Kumandan-ı Rabbanî, nasıl oluyor Uhud’un nihayetinde ve Huneyn’in bidayetinde mağlup oluyor?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagai jawabannya, Rasul diutus kepada seluruh umat manusia sebagai teladan, pemimpin, dan penunjuk jalan agar mereka bisa belajar dari beliau tentang cara hidup bermasyarakat dan sebagai pribadi. Juga, agar mereka terbiasa tunduk terhadap aturan-aturan Tuhan yang Mahabijak sekaligus bisa menyesuaikan diri dengan hukum-Nya. Seandainya Rasul selalu bersandar pada mukjizat dan hal-hal yang luar biasa dalam seluruh perbuatan beliau, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, maka beliau takkan bisa menjadi pemimpin dan teladan yang sempurna bagi seluruh manusia.
'''Elcevap:''' Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm, nev-i beşere mukteda ve imam ve rehber olarak gönderilmiştir. Tâ ki o nev-i insanî, hayat-ı içtimaiye ve şahsiyedeki düsturları ondan öğrensin ve Hakîm-i Zülkemal’in kavanin-i meşietine itaate alışsınlar ve desatir-i hikmetine tevfik-i hareket etsinler. Eğer Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâm, hayat-ı içtimaiye ve şahsiyesinde daima hârikulâdelere ve mu’cizelere istinad etseydi, o vakit imam-ı mutlak ve rehber-i ekber olamazdı.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Karena itu, Rasulullah tidak memperlihatkan mukjizat kecua- li sebatas untuk membenarkan dakwahnya di saat dibutuhkan untuk melawan sikap keras kepala kelompok kafir. Adapun dalam kehidupan sehari-harinya, beliau senantiasa memperhatikan kaidah dan sunnatullah yang biasa berlaku. Beliau juga sangat menaati aturan-aturan Tuhan yang berlandaskan kebijaksanaan dan kehendak Ilahi, sama seperti ketaatan dan perhatian beliau terhadap segala perintah-Nya.Karena itu, tidak aneh kalau beliau juga memakai baju perang ketika berperang, memerintahkan pasukannya memakai tameng ke- tika menghadapi musuh, mendapat luka, disakiti, serta mengalami kesulitan. Semua itu dimaksudkan untuk menjelaskan ketaatan dan perhatian beliau yang sempurna terhadap aturan Tuhan yang bijaksana di samping kepatuhan beliau kepada hukum-hukum alam-Nya.
İşte bu sır içindir ki yalnız davasını tasdik ettirmek için ara sıra inde’l-hace, münkirlerin inkârını kırmak için mu’cizeler gösterirdi. Sair vakitlerde nasıl ki herkesten ziyade evamir-i İlahiyeye itaat etmiştir. Öyle de hikmet-i Rabbaniye ile ve meşiet-i Sübhaniye ile tesis edilen âdetullah kavaninine herkesten ziyade müraat ve itaat ederdi. Düşmana karşı zırh giyerdi “Sipere giriniz!” emrederdi. Yara alırdı, zahmet çekerdi. Tâ tamamıyla hikmet-i İlahiye kanununa ve kâinattaki şeriat-ı fıtriye-i kübraya müraat ve itaati göstersin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Onuncu_İşaret"></span>
== Onuncu İşaret ==
==Isyarat Kesepuluh==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Iblis mempunyai intrik yang hebat. Yaitu meyakinkan para pengikutnya bahwa dirinya tidak ada. Di sini kami akan menjelaskan persoalan tersebut, persoalan eksistensi setan. Sebab, pada zaman kita sekarang mereka yang pikirannya telah terkotori filsafat materi- alisme ragu-ragu untuk menerimanya. Atas dasar itulah kami ingin mengatakan:
'''İblisin en mühim bir desisesi: Kendini, kendine tabi olanlara inkâr ettirmektir.''' Şu zamanda, hususan maddiyyunların felsefeleriyle zihni bulananlar, bu bedihî meselede tereddüt gösterdikleri için şeytanın bu desisesine karşı bir iki söz söyleyeceğiz. Şöyle ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, sebagaimana telah diakui secara nyata dan pasti bahwa ada roh-roh jahat yang berbentuk jasmani pada jenis manusia yang melakukan tugas dan pekerjaan setan, juga telah diakui secara pasti adanya roh-roh jahat yang tak berjasad di alam jin. Seandainya dipakaikan jasad fisik, mereka pasti akan sama persis dengan manusia yang jahat itu. Begitu pula sebaliknya, jika setan-setan dari jenis ma- nusia bisa melepaskan jasad mereka, pasti mereka menjadi iblis-iblis dari golongan jin. Atas dasar itulah salah satu pemikiran yang sesat dan batil berpandangan bahwa roh-roh jahat dari golongan manusia, sesudah matinya akan berubah menjadi setan.
İnsanlarda şeytan vazifesini gören cesetli ervah-ı habîse bilmüşahede bulunduğu gibi cinnîden cesetsiz ervah-ı habîse dahi bulunduğu, o kat’iyettedir. Eğer onlar maddî ceset giyseydiler, bu şerir insanların aynı olacaktılar. Hem eğer bu insan suretindeki insî şeytanlar cesetlerini çıkarabilse idiler o cinnî iblisler olacaktılar. Hattâ bu şiddetli münasebete binaendir ki bir mezheb-i bâtıl hükmetmiş ki: “İnsan suretindeki gayet şerir ervah-ı habîse, öldükten sonra şeytan olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seperti yang kita ketahui, rusaknya sesuatu yang berharga lebih hebat dari rusaknya sesuatu yang tidak berharga. Sebagai contoh, susu perahan yang sudah rusak masih bisa dimakan sementara minyak kalau sudah rusak tidak lagi baik untuk dimakan sebab bisa menjadi racun. Demikianlah kondisi manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan paling istimewa. Ketika sudah rusak ia bisa menjadi lebih rendah dari binatang. la akan seperti lalat yang terbiasa dengan bau-bau busuk, atau seperti ular yang senang menggigit yang lain. Bahkan ia bangga dengan akhlak buruk dan jahatnya yang berselimut kegelapan. Dengan begitu, ia menjadi teman setan dan memakai busananya. Ya, bukti kuat terhadap adanya setan dari golongan jin adalah adanya setan dari golongan manusia.
Malûmdur ki a’lâ bir şey bozulsa, edna bir şeyin bozulmasından daha ziyade bozuk olur. Mesela, nasıl ki süt ve yoğurt bozulsalar yine yenilebilir. Yağ bozulsa yenilmez, bazen zehir gibi olur. Öyle de mahlukatın en mükerremi, belki en a’lâsı olan insan, eğer bozulsa bozuk hayvandan daha ziyade bozuk olur. Müteaffin maddelerin kokusuyla telezzüz eden haşerat gibi ve ısırmakla zehirlendirmekten lezzet alan yılanlar gibi dalalet bataklığındaki şerler ve habîs ahlâklar ile telezzüz ve iftihar eder ve zulmün zulümatındaki zararlardan ve cinayetlerden lezzet alırlar, âdeta şeytanın mahiyetine girerler. Evet, cinnî şeytanın vücuduna kat’î bir delili, insî şeytanın vücududur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, seratus bukti yang kuat seperti yang terdapat dalam “Kalimat Kedua Puluh Sembilan” yang menunjukkan eksistensi malaikat dan alam spiritual, sebenarnya juga menjadi bukti atas ke- beradaan setan.
'''Sâniyen:''' Yirmi Dokuzuncu Söz’de yüzer delil-i kat’î ile ruhanî ve meleklerin vücudunu ispat eden umum o deliller, şeytanların dahi vücudunu ispat ederler. Bu ciheti o Söz’e havale ediyoruz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ketiga, keberadaan malaikat sebagai makhluk yang mempresentasikan sekaligus mengawasi urusan-urusan kebaikan yang terdapat di alam adalah sesuatu yang diakui oleh semua agama. Demikian pula keberadaan setan dan roh-roh jahat adalah para makhluk yang mempresentasikan, melakukan, dan berkutat dengan hal-hal buruk. Bahkan keberadaan hijab yang berasal dari makhluk dalam pelaksanaan hal-hal buruk adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan. Sebab, tidak semua manusia mampu melihat kebaikan yang hakiki pada seluruh persoalan seperti yang telah dijelaskan pada “Kalimat Kedua Puluh Dua”.
'''Sâlisen:''' Kâinattaki umûr-u hayriyedeki kanunların mümessili, nâzırı hükmünde olan meleklerin vücudu, ittifak-ı edyan ile sabit olduğu gibi umûr-u şerriyenin mümessilleri ve mübaşirleri ve o umûrdaki kavaninin medarları olan ervah-ı habîse ve şeytaniye bulunması, hikmet ve hakikat noktasında kat’îdir; belki umûr-u şerriyede zîşuur bir perdenin bulunması daha ziyade lâzımdır. Çünkü Yirmi İkinci Söz’ün başında denildiği gibi:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka, agar manusia tidak merasa keberatan de- ngan semua ketetapan Allah yang secara lahiriah dianggap buruk dan cacat, serta agar tidak mengkritik kebijaksanaan-Nya, Allah Sang Pencipta Yang Mahamulia, Maha Arif, dan Maha Mengetahui men- ciptakan perantara dan sebab-sebab lahiriah sebagai hijab bagi semua urusan yang telah ditetapkan-Nya.Maksudnya adalah agar segala keberatan, kritikan, dan keluh- an tertuju pada perantara dan sebab tadi, tidak tertuju kepada Allah.Sebagai contoh, Allah telah menjadikan penyakit dan musibah sebagai hijab bagi datangnya ajal sehingga dengan begitu keberatan tidak tertuju kepada malaikat maut, Izrail . Pada waktu yang sama, Allah juga menjadikan malaikat maut itu sendiri sebagai hijab untuk mencabut nyawa agar tidak muncul keluhan dan kritikan kepada Allah dengan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang terjadi bukan atas rahmat-Nya.
Herkes, her şeyin hüsn-ü hakikisini göremediği için zâhirî şerriyet ve noksaniyet cihetinde Hâlık-ı Zülcelal’e karşı itiraz etmemek ve rahmetini ittiham etmemek ve hikmetini tenkit etmemek ve haksız şekva etmemek için zâhirî bir vasıtayı perde ederek tâ itiraz ve tenkit ve şekva, o perdelere gidip Hâlık-ı Kerîm ve Hakîm-i Mutlak’a teveccüh etmesin. Nasıl ki vefat eden ibadın küsmesinden Hazret-i Azrail’i kurtarmak için hastalıkları ecele perde etmiş. Öyle de Hazret-i Azrail’i (as) kabz-ı ervaha perde edip, tâ merhametsiz tevehhüm edilen o haletlerden gelen şekvalar, Cenab-ı Hakk’a teveccüh etmesin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Begitulah dan sangat tentu Allah Yang Mahabijak- sana sengaja menghadirkan setan agar segala keberatan yang berasal dari berbagai kejahatan, bahaya, dan kerusakan tertuju pada mereka.
Öyle de daha ziyade bir kat’iyetle '''şerlerden ve fenalıklardan gelen itiraz ve tenkit, Hâlık-ı Zülcelal’e teveccüh etmemek için hikmet-i Rabbaniye, şeytanın vücudunu iktiza etmiştir.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Keempat, sebagaimana manusia merupakan “alam kecil”, demikian pula alam ini merupakan “manusia besar”. Manusia yang kecil ini merupakan rangkuman dan indeks dari manusia besar itu. Pilar-pilar utama dari bentuk miniatur yang ada dalam diri manusia harus ada di dalam diri manusia yang besar tadi.Contohnya, daya ingat yang terdapat dalam diri manusia menjadi petunjuk adanya lauhil mahfuzh di alam ini.
'''Râbian:''' İnsan küçük bir âlem olduğu gibi âlem dahi büyük bir insandır. Bu küçük insan, o büyük insanın bir fihristesi ve hülâsasıdır. İnsanda bulunan numunelerin büyük asılları, insan-ı ekberde bizzarure bulunacaktır. Mesela, nasıl ki insanda kuvve-i hâfızanın vücudu, âlemde Levh-i Mahfuz’un vücuduna kat’î delildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Juga, setiap kita menyadari dan merasakan bahwa di dalam relung jiwa manusia dan di sudut kalbunya terdapat perangkat dan organ tubuh untuk berbisik. Itulah bisikan dan gangguan setan. la adalah lisan setan yang berbicara lewat cara mendiktekan kekuatan angan-angan. Ketika rusak, kekuatan tersebut berubah menjadi miniatur setan. Sebab, pergerakannya selalu berseberangan dengan ikhtiar, kemauan, dan kecen- derungan manusia yang sebenarnya. Apa yang dirasakan oleh setiap manusia dalam dirinya itu menjadi bukti yang kuat terhadap adanya setan besar di alam ini.
Öyle de insanda kalbin bir köşesinde lümme-i şeytaniye denilen bir âlet-i vesvese ve kuvve-i vâhimenin telkinatıyla konuşan bir şeytanî lisan ve ifsad edilen kuvve-i vâhime, küçük bir şeytan hükmüne geçtiğini ve sahiplerinin ihtiyarına zıt ve arzusuna muhalif hareket ettiklerini hissen ve hadsen herkes nefsinde görmesi, âlemde büyük şeytanların vücuduna kat’î bir delildir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, bisikan setan dan kekuatan angan-angan itu mengisyaratkan adanya jiwa jahat yang berasal dari luar di mana pertama-tama ia membisiki, kemudian mengajaknya berbicara, lalu mempergunakannya seperti lisan dan telinga.
Ve bu lümme-i şeytaniye ve şu kuvve-i vâhime, bir kulak ve bir dil olduklarından, ona üfleyen ve bunu konuşturan haricî bir şahs-ı şerirenin vücudunu ihsas ederler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="On_Birinci_İşaret"></span>
== On Birinci İşaret ==
==Isyarat Kesebelas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan gaya bahasa yang mengagumkan, al-Qur’an al-Karim menerangkan kemarahan alam semesta, murka seluruh unsur alam, dan kebencian semua entitas terhadap perbuatan buruk kaum sesat. Misalnya, al-Qur’an menceritakan bagaimana langit dan bumi bergabung untuk menyerang kaum Nuh dengan banjir besar, bagaimana topan memusnahkan kaum Ad, bagaimana petir keras menyambar kaum Tsamud, bagaimana gelombang air menenggelam- kan Fir’aun, serta bagaimana kemarahan unsur tanah terhadap Qa- run. Itulah yang terjadi manakala mereka menolak untuk beriman. Sampai-sampai neraka jahanam sendiri:
Ehl-i dalaletin şerrinden kâinatın kızdıklarını ve anâsır-ı külliyenin hiddet ettiklerini ve umum mevcudatın galeyana geldiklerini, Kur’an-ı Hakîm mu’cizane ifade ediyor. Yani kavm-i Nuh’un başına gelen tufan ile semavat ve arzın hücumunu ve kavm-i Semud ve Âd’in inkârından hava unsurunun hiddetini ve kavm-i Firavun’a karşı su unsurunun ve denizin galeyanını ve Karun’a karşı toprak unsurunun gayzını ve ehl-i küfre karşı âhirette تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ ال۟غَي۟ظِ sırrıyla cehennemin gayzını ve öfkesini ve sair mevcudatın ehl-i küfür ve dalalete karşı hiddetini gösterip ilan ederek gayet müthiş bir tarzda ve i’cazkârane ehl-i dalalet ve isyanı zecrediyor.
“Hampir pecah lantaran marah.” (QS. al-Mulk [67]: 8). Begitulah al-Qur’an menjelaskan kemarahan seluruh alam terhadap mereka yang sesat dan menentang. Al-Qur’an menegur mere- ka dengan gaya bahasa yang menakjubkan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Pertanyaan:'''Mengapa perbuatan-perbuatan remeh yang di- lakukan oleh orang-orang yang hina akibat melakukan dosa individual menyebabkan alam ini menjadi marah dan murka?
'''Sual:''' Ne için böyle ehemmiyetsiz insanların ehemmiyetsiz amelleri ve şahsî günahları, kâinatın hiddetini celbediyor?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Jawaban:'''Dalam isyarat-isyarat sebelumnya, serta dalam beberapa risalah yang berbeda kami telah menegaskan bahwa: Kekufuran dan kesesatan merupakan tindakan pelanggaran dan kriminal yang terkait dengan seluruh makhluk. Sebab, salah satu tujuan mulia dari penciptaan alam semesta adalah penghambaan manusia dalam merespon Rububiyah ilahi dengan iman dan ke- taatan.
'''Elcevap:''' Bazı risalelerde ve sâbık işaretlerde ispat edildiği gibi '''küfür ve dalalet, müthiş bir tecavüzdür ve umum mevcudatı alâkadar edecek bir cinayettir.''' Çünkü hilkat-i kâinatın bir netice-i a’zamı, ubudiyet-i insaniyedir ve rububiyet-i İlahiyeye karşı iman ve itaatle mukabeledir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sementara orang-orang kafir dan sesat menolak tujuan mulia itu yang merupakan tujuan keberadaan dan sebab keabadian entitas, sehingga hal itu merupakan tindakan yang melanggar hak seluruh makhluk.
Halbuki ehl-i küfür ve dalalet ise küfürdeki inkârıyla, mevcudatın ille-i gayeleri ve sebeb-i bekaları olan o netice-i a’zamı reddettikleri için umum mahlukatın hukukuna bir nevi tecavüz olduğu gibi umum masnuatın âyinelerinde cilveleri tezahür eden ve masnuatın kıymetlerini, âyinedarlık cihetinde âlî eden esma-i İlahiyenin cilvelerini inkâr ettikleri için o esma-i kudsiyeye karşı bir tezyif olduğu gibi umum masnuatın kıymetini tenzil ile o masnuata karşı bir tahkir-i azîmdir. Hem umum mevcudatın her biri birer vazife-i âliye ile muvazzaf birer memur-u Rabbanî derecesinde iken, küfür vasıtasıyla sukut ettirip camid, fâni, manasız bir mahluk menzilesinde gösterdiğinden, umum mahlukatın hukukuna karşı bir nevi tahkirdir.
Karena seluruh makhluk menampilkan manifestasi dari nama-nama Tuhan dan seolah-olah setiap bagian darinya merupakan cermin yang memantulkan manifestasi cahaya nama-nama suci itu, maka bagian itu pun menjadi penting dan mempunyai kedudukan mulia. Jadi, sikap orang kafir yang mengingkari nama-nama Tuhan dan mengingkari kemuliaan makhluk merupakan bentuk penghinaan yang amat hebat di samping mengotori, memperburuk, dan menyim- pangkan nama-nama Allah di atas. Selain itu, setiap makhluk di alam ini merupakan petugas rabbani yang telah ditugaskan dengan tugas mulia. Karena kekafiran merendahkan petugas-petugas itu dan menjadikan makhluk bersifat fana dan tidak bermakna, maka kekafiran merupakan sejenis penghinaan terhadap hak-hak seluruh makhluk.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, karena kesesatan dengan segala bentuk dan ting- katannya mengingkari hikmah rabbani dalam penciptaan alam semesta dan tujuan-tujuan ilahi dalam keabadiaan dunia, maka alam semesta geram, entitas marah, dan seluruh makhluk murka terhadap kekufuran dan penganutnya.
İşte enva-ı dalalet derecatına göre az çok kâinatın yaratılmasındaki hikmet-i Rabbaniyeye ve dünyanın bekasındaki makasıd-ı Sübhaniyeye zarar verdiği için ehl-i isyana ve ehl-i dalalete karşı kâinat hiddete geliyor, mevcudat kızıyor, mahlukat öfkeleniyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai manusia malang yang tubuhnya kecil namun dosanya besar dan kezalimannya dahsyat! Jika engkau ingin selamat dari murka alam semesta, kebencian makhluk, dan amarah entitas, maka ambillah jalan keselamatan, yaitu dengan masuk ke dalam rengkuh- an suci al-Qur’an yang bijaksana dan mengikuti sunnah mulia Nabi
'''Ey cirmi ve cismi küçük ve cürmü ve zulmü büyük ve ayb ve zenbi azîm bîçare insan! Kâinatın hiddetinden, mahlukatın nefretinden, mevcudatın öfkesinden kurtulmak istersen, işte kurtulmanın çaresi; Kur’an-ı Hakîm’in daire-i kudsiyesine girmektir ve Kur’an’ın mübelliği olan Resul-i Ekrem aleyhissalâtü vesselâmın sünnet-i seniyesine ittibadır. Gir ve tabi ol!'''
Muhammad yang merupakan mubalig bagi al-Qur’an. Masuklah dan ikutilah!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="On_İkinci_İşaret"></span>
== On İkinci İşaret ==
==Isyarat Kedua Belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Isyarat ini berisi jawaban atas empat pertanyaan:
Dört sual ve cevaptır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Birinci_Sual:"></span>
=== Birinci Sual: ===
===Pertanyaan Pertama:===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Di manakah letak keadilan Tuhan ketika Dia memberikan siksa yang kekal di neraka jahannam sebagai balasan atas suatu dosa yang sebetulnya terbatas di kehidupan dunia yang juga terbatas?
Mahdud bir hayatta, mahdud günahlara mukabil, hadsiz bir azap ve nihayetsiz bir cehennem nasıl adalet olur?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jawaban: Pada isyarat-isyarat sebelumnya, terutama isyarat kesebelas dengan jelas dapat dipahami bahwa dosa kekufuran dan kesesatan merupakan kriminal yang tak terbatas dan pelanggaran terhadap hak makhluk yang tak terhingga.
'''Elcevap:''' Sâbık işaretlerde, hususan bundan evvelki On Birinci İşaret’te kat’iyen anlaşıldı ki küfür ve dalalet cinayeti, nihayetsiz bir cinayettir ve hadsiz bir hukuka tecavüzdür.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="İkinci_Sual:"></span>
=== İkinci Sual: ===
===Pertanyaan Kedua:===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Mengapa dalam agama disebutkan bahwa neraka jahannam merupakan balasan bagi suatu perbuatan, sementara surga merupakan karunia ilahi? Apa hikmah di baliknya?
Şeriatta denilmiştir ki: “Cehennem ceza-yı ameldir fakat cennet fazl-ı İlahî iledir.” Bunun sırr-ı hikmeti nedir?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jawaban: Pada isyarat-isyarat sebelumnya telah jelas bahwa sebagaimana manusia menjadi penyebab perusakan yang besar dan kejahatan yang banyak dengan kehendaknya yang terbatas dan usahanya yang minim. Begitu juga hawa nafsu manusia selalu condong kepada bahaya dan keburukan. Atas dasar itulah manusia bertanggung jawab atas semua kejahatan yang bersumber dari usahanya tadi. Sebab, hawa nafsunya yang menginginkan dan amal perbuatannya sendiri yang menjadi penyebab. Juga, karena keburukan pada dasarnya tidak ada namun manusialah yang kemudian melakukannya. Akibatnya, Allah pun mewujudkannya dan manusia layak untuk ber- tanggung jawab atas kejahatan yang tak terbatas itu dengan mendapat siksa yang tak terbatas pula.
'''Elcevap:''' Sâbık işaretlerde tebeyyün etti ki insan, icadsız bir cüz-i ihtiyarî ile ve cüz’î bir kesb ile bir emr-i ademî veya bir emr-i itibarî teşkil ile ve sübut vermekle müthiş tahribata ve şerlere sebebiyet verdiği gibi; nefsi ve hevası daima şerlere ve zararlara meyyal olduğu için o küçük kesbin neticesinden hasıl olan seyyiatın mes’uliyetini, o çeker. Çünkü onun nefsi istedi ve kendi kesbiyle sebebiyet verdi. Ve şer ademî olduğu için abd ona fâil oldu. Cenab-ı Hak da halk etti. Elbette o hadsiz cinayetin mes’uliyetini, nihayetsiz bir azap ile çekmeye müstahak olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Adapun amal kebaikan bersifat eksis, maka ia sebenarnya tidak terwujud berkat usaha dan perbuatan manusia. Manusia bukanlah pelaku hakiki dari kebaikan tersebut. Sebab, nafsu ammârah tidaklah cenderung kepada kebaikan. Tetapi rahmat Ilahi yang menginginkan kebaikan tersebut serta kekuasaan Tuhanlah yang menciptakannya. Manusia hanya bisa menjadi pemilik dari kebaikan-kebaikan lewat keimanan, kemauan, dan niat yang tulus. Adapun sesudah dimiliki, amal-amal kebaikan tersebut sesungguhnya merupakan wujud rasa syukur terhadap nikmat Tuhan yang tak ternilai yang diberikan kepada manusia, terutama nikmat keberadaannya di dunia dan nikmat iman. Artinya, amal-amal kebaikan tersebut merupakan wujud rasa syukur atas nikmat-nikmat sebelumnya. Karena itu, surga yang Allah janjikan kepada hamba-Nya merupakan karunia tulus dari Tuhan. Meskipun secara lahiriah seolah-olah ia merupakan balasan atau upah bagi seorang mukmin, namun sebenarnya ia merupakan karunia Allah.
Amma hasenat ve hayrat ise mademki vücudîdirler, kesb-i insanî ve cüz-i ihtiyarî onlara illet-i mûcide olamaz. İnsan, onda hakiki fâil olamaz. Ve nefs-i emmaresi de hasenata taraftar değildir, belki rahmet-i İlahiye onları ister ve kudret-i Rabbaniye icad eder. Yalnız insan, iman ile arzu ile niyet ile sahip olabilir. Ve sahip olduktan sonra, o hasenat ise ona evvelce verilmiş olan vücud ve iman nimetleri gibi sâbık hadsiz niam-ı İlahiyeye bir şükürdür, geçmiş nimetlere bakar. Vaad-i İlahî ile verilecek cennet ise fazl-ı Rahmanî ile verilir. Zâhirde bir mükâfattır, hakikatte fazıldır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan begitu, nafsu manusia yang menjadi penyebab adanya keburukan layak mendapat balasan. Adapun amal-amal kebaikan, karena ia terwujud berkat Allah dan berasal dari-Nya, sementara manusia memilikinya dengan modal iman semata, maka ia tak bisa menuntut upah dari amal tersebut. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengharap karunia Allah.
Demek seyyiatta sebep, nefistir; mücazata bizzat müstahaktır. Hasenatta ise sebep Hak’tandır, illet de Hak’tandır. Yalnız, insan iman ile tesahub eder. “Mükâfatını isterim.” diyemez “Fazlını beklerim.” diyebilir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Üçüncü_Sual:"></span>
=== Üçüncü Sual: ===
===Pertanyaan Ketiga:===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, keburukan adalah tindakan yang melampaui batas dan menyebar luas. Karena itu, seharusnya setiap keburukan dibalas dengan seribu dosa. Adapun kebaikan, karena bersifat positif dan eksis, secara fisik ia bersifat tunggal. Dan oleh karena ia tidak dihasilkan oleh kreasi manusia dan kecenderungan jiwa, maka semestinya ia tidak perlu dibalas. Atau kalaupun dibalas, cukup dengan satu pahala saja. Namun, mengapa yang terjadi kemudian keburukan dibalas dengan jumlah yang sama, sementara kebaikan dibalas sepuluh kali lipat atau kadangkala seribu kali lipat?
Beyanat-ı sâbıkadan da anlaşılıyor ki seyyiat, intişar ve tecavüz ile taaddüd ettiğinden, bir seyyie bin yazılmalı, hasene ise vücudî olduğu için maddeten taaddüd etmediğinden ve abdin icadıyla ve nefsin arzusuyla olmadığından hiç yazılmamalı veya bir yazılmalı idi. Neden seyyie bir yazılır, hasene on ve bazen bin yazılır?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jawaban: Dengan gambaran tersebut, Allah menunjukkan kepada kita kesempurnaan rahmat-Nya dan keindahan sifat kasihNya kepada para hamba-Nya.
'''Elcevap:''' Cenab-ı Hak, kemal-i rahmet ve cemal-i rahîmiyetini o suretle gösteriyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Dördüncü_Sual:"></span>
=== Dördüncü Sual: ===
===Pertanyaan Keempat:===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Berbagai kemenangan yang diperoleh kelompok sesat, kekuatan dan kesolidan yang mereka perlihatkan, serta keunggulan mereka atas kelompok yang mendapat petunjuk memperlihatkan bahwa mereka berpegang pada sebuah hakikat dan bersandar pada suatu kekuatan. Dengan begitu, ada dua kemung- kinan: kelompok yang mendapat petunjuk tadi lemah, atau kaum yang sesat itu menggenggam sebuah hakikat kebenaran.
Ehl-i dalaletin kazandıkları muvaffakiyet ve gösterdikleri kuvvet ve ehl-i hidayete galebeleri gösteriyor ki onlar bir kuvvete ve bir hakikate istinad ediyorlar. Demek, ya ehl-i hidayette zaaf var ya onlarda bir hakikat var?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Jawaban:'''Tidak sama sekali. Kelompok yang mendapat petunjuk tidaklah lemah, dan juga kelompok yang sesat itu tidak berada dalam kebenaran. Namun sayangnya, orang-orang yang mempunyai pandangan sempit berada dalam keraguan dan kebimbangan sehingga keyakinan mereka menjadi tidak mantap dengan berucap, “Seandainya kelompok yang haq berada di atas kebenaran, mereka tak mungkin bisa dikalahkan dan dihinakan sampai sejauh itu.
'''Elcevap:''' Hâşâ! Ne onlarda hakikat var, ne ehl-i hakta zaaf vardır. Fakat maatteessüf kāsıru’n-nazar muhakemesiz bir kısım avam tereddüde düşüp vesvese ediyorlar, akidelerine halel geliyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab, kebenaran adalah sesuatu yang sangat kuat dan ada kaidah mendasar yang berbunyi, “Kebenaran selalu unggul, dan tak bisa diungguli oleh yang lain”.(*<ref>*(Islam selalu unggul, dan tidak bisa diungguli) Lihat: ad-Daruqutni, as-Sunan, 3/252; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, 6/205; ath-Thabrâni, al-Mu’jam al-Ausath, 6/128 dan al-Mu’jam ash-Shagîr, 2/155. Namun ungkapan “Kebenaran selalu unggul, dan tidak bisa diungguli” lebih populer.</ref>)Seandainya kaum sesat—yang menghalangi dan mengalahkan kelompok yang haqtidak berada dalam kekuatan yang hakiki dan landasan yang kokoh, tak mungkin mereka bisa mengalahkan dan mengungguli kelompok yang hak.”
Çünkü diyorlar: “Eğer ehl-i hakta tam hak ve hakikat olsaydı bu derece mağlubiyet ve zillet olmamak gerekti. Çünkü hakikat kuvvetlidir. اَل۟حَقُّ يَع۟لُو وَلَا يُع۟لٰى عَلَي۟هِ olan kaide-i esasiye ile kuvvet haktadır. Eğer o ehl-i hakka mukabil galibane gelen ehl-i dalaletin hakiki bir kuvveti ve bir nokta-i istinadı olmasaydı bu derece galibiyet ve muvaffakiyet olmamak lâzım gelecekti?”
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Jawaban atas keraguan di atas adalah sebagai berikut: Dalam isyarat-isyarat sebelumnya telah dibuktikan secara tegas bahwa kekalahan kelompok yang haq dari kelompok yang batil tidak serta-merta karena kelompok yang haq itu tidak berada di atas kebenaran dan tidak pula karena mereka lemah. Sebaliknya, kemenangan dan keunggulan kaum sesat itu tidak karena kuatnya mereka dan juga bukan karena sandaran yang mereka miliki. Seluruh isi kandungan isyarat-isyarat sebelumnya merupakan jawaban atas pertanyaan ini. Namun, di sini kami hanya akan menunjukkan tipu daya mereka dan senjata yang mereka pergunakan.
'''Elcevap:''' Ehl-i hakkın mağlubiyeti kuvvetsizlikten, hakikatsizlikten gelmediği, sâbık işaretlerle kat’î ispat edildiği gibi; ehl-i dalaletin galebesi kuvvetlerinden ve iktidarlarından ve nokta-i istinad bulmalarından gelmediği, yine o işaretlerle kat’î ispat edildiğinden bu sualin cevabı, sâbık işaretlerin heyet-i mecmuasıdır. Yalnız burada desiselerinden ve istimal ettikleri bir kısım silahlarına işaret edeceğiz. Şöyle ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Seringkali aku menyaksikan bahwa sepuluh persen dari kaum yang sesat bisa mengalahkan sembilan puluh persen kaum yang saleh. Aku sempat bingung dengan kenyataan ini. Lalu dengan terus menelaah, akhirnya aku memahami dengan yakin bahwa kemenangan dan keunggulan mereka itu bukanlah berasal dari kekuatan sendiri dan juga bukan berasal dari kekuasaan yang benar yang mereka mi- liki. Namun itu semua berasal dari cara yang licik; kehinaan; tindakan negatif; kemampuan mereka memanfaatkan perpecahan kaum yang haq; sikap mereka yang memecah belah kelompok yang haq; tindakan mereka yang mengeksploitasi titik lemah kaum yang haq; keberhasilan mereka membangkitkan naluri kebinatangan, selera rendahan, dan kepentingan pribadi kaum yang haq; memanfaatkan kecenderungan buruk yang tersimpan dalam fitrah manusia; teknik mereka mengajarkan ego Firaunisme atas nama kemasyhuran, kedudukan, dan pengaruh; serta ketakutan manusia atas perusakan mereka. Dengan bisikan setan semacam inilah, untuk sementara mereka bisa mengalahkan kelompok yang haq.
Ben kendim mükerreren müşahede etmişim ki: Yüzde on ehl-i fesat, yüzde doksan ehl-i salahı mağlup ediyordu. Hayretle merak ettim, tetkik ederek kat’iyen anladım ki o galebe kuvvetten, kudretten gelmiyor, belki fesattan ve alçaklıktan ve tahripten ve ehl-i hakkın ihtilafından istifade etmesinden ve içlerine ihtilaf atmaktan ve zayıf damarları tutmaktan ve aşılamaktan ve hissiyat-ı nefsaniyeyi ve ağraz-ı şahsiyeyi tahrik etmekten ve insanın mahiyetinde muzır madenler hükmünde bulunan fena istidatları işlettirmekten ve şan ve şeref namıyla riyakârane nefsin firavuniyetini okşamaktan ve vicdansızca tahribatlarından herkes korkmasından geliyor. Ve o misillü şeytanî desiseler vasıtasıyla muvakkaten ehl-i hakka galebe ederler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun, kemenangan sementara tersebut tak ada artinya dan tak ada nilainya jika dihadap- kan pada kabar gembira dari Allah  : “Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertak- wa.” (QS. al-Araf [7]: 128). Dan jika dihadapkan pada rahasia yang tersembunyi di balik ungkapan, “Kebenaran selalu unggul, dan tak bisa diungguli oleh yang lain”. Pasalnya, hal itu menjadi sebab masuknya mereka ke dalam neraka dan sebab masuknya kaum yang haq ke dalam surga.
Fakat وَال۟عَاقِبَةُ لِل۟مُتَّقٖينَ sırrıyla اَل۟حَقُّ يَع۟لُو وَلَا يُع۟لٰى عَلَي۟هِ düsturuyla onların o muvakkat galebeleri, menfaat cihetinden onlar için ehemmiyetsiz olmakla beraber, cehennemi kendilerine ve cenneti ehl-i hakka kazandırmalarına sebeptir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Tampilnya orang-orang lemah—yang terdapat pada kesesatan—dalam bentuk kekuatan, serta keberhasilan orang-orang sesat tersebut mendapat kemasyhuran merupakan jalan yang ditempuh oleh setiap orang yang egois, riya, dan mencari popularitas. Ia menebar teror dan menyakiti orang lain guna mendapat kedudukan dan popularitas. Ia berdiri di barisan orang-orang yang menyerang kelompok yang haq agar mendapat perhatian orang sehingga mereka mengenalinya lewat tindakan perusakan tadi. Sebuah tindakan yang tidak diraih karena kekuatan dan kemampuan mereka sendiri. Tetapi justru karena ia meninggalkan dan menanggalkan kebaikan yang dimilikinya. Sampai-sampai ada sebuah kasus di mana ada seseorang yang “gila ketenaran” tega mengotori masjid yang suci agar dikenal oleh banyak orang. Dan ternyata benar, dia pun menjadi terkenal dan dikenang akan tetapi disertai dengan laknat dan cacian. Namun keinginannya yang kuat untuk menjadi terkenal memoles cacian tadi sebagai sesuatu yang baik dalam pandangannya.
İşte dalalette, iktidarsızlar muktedir görünmeleri ve ehemmiyetsizler şöhret kazanmaları içindir ki hodfüruş, şöhret-perest, riyakâr insanlar ve az bir şeyle iktidarlarını göstermek ve ihafe ve ızrar cihetinden bir mevki kazanmak için ehl-i hakka muhalefet vaziyetine girerler. Tâ görünsün ve nazar-ı dikkat ona celbolunsun. Ve iktidar ve kudretle değil belki terk ve ataletle sebebiyet verdiği tahribat ona isnad edilip ondan bahsedilsin. Nasıl ki böyle şöhret divanelerinden birisi, namazgâhı telvis etmiş tâ herkes ondan bahsetsin. Hattâ ondan lanetle de bahsedilmiş de şöhret-perestlik damarı kendisine bu lanetli şöhreti hoş göstermiş diye darb-ı mesel olmuş.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai manusia malang yang tercipta untuk alam abadi dan terlena dengan alam fana ini! Perhatikan dan camkanlah ayat al-Qur’an yang berbunyi:“Bumi dan langit tidak menangisi mereka.” (QS. ad-Dukhân [44]: 29). Renungkanlah maksudnya. Dengan jelas ia menegaskan bahwa langit dan bumi yang mempunyai hubungan dengan manusia tidak menangisi jenazah kaum yang sesat ketika mereka mati. Artinya, ia ridha dengan kepergian mereka dan merasa senang dengan kematian mereka.
Ey âlem-i beka için yaratılan ve fâni âleme müptela olan bîçare insan! فَمَا بَكَت۟ عَلَي۟هِمُ السَّمَٓاءُ وَ ال۟اَر۟ضُ âyetinin sırrına dikkat et, kulak ver! Bak ne diyor? Mefhum-u sarîhiyle ferman ediyor ki: “Ehl-i dalaletin ölmesiyle insan ile alâkadar olan semavat ve arz, onların cenazeleri üstünde ağlamıyorlar, yani onların ölmesiyle memnun oluyorlar.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Secara implisit ia juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi menangisi jenazah kaum yang mendapat petunjuk di saat mereka mati. Ia tidak ingin berpisah dengan mereka. Sebab, seluruh alam mempunyai hubungan dengan orang-orang mukmin dan ridha ke- pada mereka. Karena dengan keimanannya, mereka mengenal Tuhan Pemelihara alam semesta, maka mereka mencintai dan menghargai seluruh makhluk. Tidak seperti kaum sesat, yang justru memusuhi dan merendahkan seluruh makhluk.
Ve mefhum-u işarîsiyle ifade ediyor ki: “Ehl-i hidayetin ölmesiyle semavat ve arz, onların cenazeleri üstünde ağlıyorlar, firaklarını istemiyorlar.” Çünkü ehl-i iman ile bütün kâinat alâkadardır, ondan memnundur. Zira iman ile Hâlık-ı kâinat’ı bildikleri için kâinatın kıymetini takdir edip hürmet ve muhabbet ederler. Ehl-i dalalet gibi tahkir ve zımnî adâvet etmezler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai manusia, renungkanlah! Mau tidak mau engkau akan mati. Jika engkau mengikuti nafsu dan setan, maka seluruh orang di sekitarmu, termasuk karib kerabatmu, akan senang dengan keper- gianmu karena selamat dari kejahatanmu. Sebaliknya, jika engkau berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk serta mengikuti semua perintah al-Qur’an dan sunnah Nabi, seluruh langit dan bumi akan bersedih dan menangisi kepergianmu. Dengan kesedihan dan ungkapan bela sungkawa tersebut, mereka bersama-sama mengiringimu menuju pintu kubur. Hal itu sekaligus sebagai pertanda bahwa engkau akan mendapat sambutan yang baik sesuai dengan kedudukanmu di alam baka nanti.
Ey insan, düşün! Sen alâküllihal öleceksin. Eğer nefis ve şeytana tabi isen senin komşuların, belki akrabaların senin şerrinden kurtulmak için mesrur olacaklar. Eğer اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّي۟طَانِ الرَّجٖيمِ deyip Kur’an’a ve Habib-i Rahman’a tabi isen o vakit semavat ve arz ve mevcudat, herkesin derecesine nisbeten, senin derecene göre senin firakından müteessir olup manen ağlarlar. Ulvi bir matem ile ve haşmetli bir teşyi ile kabir kapısıyla girdiğin beka âleminde senin derecene nisbeten senin için bir hüsn-ü istikbal var olduğuna işaret ederler.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="On_Üçüncü_İşaret"></span>
== On Üçüncü İşaret ==
==Isyarat Ketiga Belas==
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Isyarat ini berisi tiga poin:
Üç noktadır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Birinci_Nokta:"></span>
=== Birinci Nokta: ===
===Poin Pertama===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Intrik setan yang paling hebat adalah ia menipu orang-orang yang berdada sempit dan berpikiran pendek dalam hal keimanan dengan berkata, “Bagaimana mungkin kita mempercayai bahwa Dzat Yang Maha Tunggal dan Esa-lah yang mengatur seluruh urusan atom, bintang-gemintang, planet-planet, dan seluruh alam beserta segala kondisinya? Bagaimana mungkin hal yang aneh ini diyakini dan dibenarkan oleh kalbu? Serta bagaimana mungkin akal mengakuinya?” Hal ini sengaja diangkat oleh setan lewat titik kelemahan manusia untuk menimbulkan perasaan tidak percaya.
Şeytanın en büyük bir desisesi: Hakaik-i imaniyenin azameti cihetinde dar kalpli ve kısa akıllı ve kāsır fikirli insanları aldatır, der ki: “Bir tek zat, umum zerrat ve seyyarat ve nücumu ve sair mevcudatı bütün ahvaliyle tedbir-i rububiyetinde çeviriyor, idare ediyor deniliyor. Böyle hadsiz acib büyük meseleye nasıl inanılabilir? Nasıl kalbe yerleşir? Nasıl fikir kabul edebilir?” der. Acz-i insanî noktasında bir hiss-i inkârî uyandırıyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Maka dalam hal ini  ‘Allah Maha Besar’ merupakan jawaban hakiki yang bisa mengusir bisikan setan tersebut. la bisa membuatnya terdiam.
'''Elcevap:''' Şeytanın bu desisesini susturan sır: “Allahu ekber”dir. Ve cevab-ı hakikisi de “Allahu ekber”dir. Evet “Allahu ekber”in ziyade kesretle şeair-i İslâmiyede tekrarı, bu desiseyi mahvetmek içindir. Çünkü insanın âciz kuvveti ve zayıf kudreti ve dar fikri, böyle hadsiz büyük hakikatleri “Allahu ekber” nuruyla görüp tasdik ediyor ve “Allahu ekber” kuvvetiyle o hakikatleri taşıyor ve “Allahu ekber” dairesinde yerleştiriyor ve vesveseye düşen kalbine diyor ki: Bu kâinatın gayet muntazamca tedbir ve tedviri bilmüşahede görünüyor. Bunda '''iki yol''' var:
Ya, kata ‘Allah Maha Besar’ yang diucapkan berulang kali dalam setiap syiar Islam akan mengusir tipu muslihat setan tadi. Sebab, dengan kapasitasnya yang lemah dan pikirannya yang terbatas, manusia hanya bisa melihat dan meyakini semua hakikat keimanan yang tak terbatas itu lewat cahaya ‘Allah Maha Besar’. la juga akan bisa membenarkan semua hakikat itu dengan kekuatan ‘Allah Maha Besar’, serta merasa tenang dalam rengkuhan ‘Allah Maha Besar’. Dengan itu, ia bisa berkata kepada kalbunya yang sedang mendapat bisikan bahwa pengaturan urusan alam dan pengelolaan- nya dalam sebuah tatanan yang mengagumkan yang bisa disaksikan oleh mereka yang mempunyai penglihatan hanya bisa ditafsirkan lewat dua cara:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pertama, ia adalah sesuatu yang mungkin terjadi sekaligus sebagai mukjizat yang luar biasa. Sebab, tanda-tanda yang mengagum- kan semacam ini pastilah bersumber dari sebuah kreasi luar biasa dan lewat cara yang luar biasa pula. Yaitu bahwa semua entitas hanya tercipta lewat rububiyah Sang Maha Esa serta lewat kehendak dan kekuasaan-Nya. Ia menjadi bukti atas keberadaan Allah selaras dengan jumlah atom di dalamnya.
'''Birinci yol:''' Mümkündür fakat gayet azîmdir ve hârikadır. Zaten böyle hârika bir eser, bir hârika sanat ile çok acib bir yol ile olur. O yol ise mevcudat belki zerrat adedince vücudunun şahitleri bulunan bir Zat-ı Ehad ve Samed’in rububiyetiyle ve irade ve kudretiyle olmasıdır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kedua, jalan kekufuran dan kemusyrikan yang sukar dimengerti ditinjau dari semua sisi. Ia tidak logis dan bahkan mustahil. Sebab, setiap entitas yang terdapat di alam, bahkan setiap atom, diharuskan memiliki sifat ketuhanan yang mutlak, pengetahuan yang luas, serta kekuasaan yang komprehensif dan tak terhingga. Hal itu agar goresan kreasi yang indah dan sempurna tampil dalam sebuah tatanan dan kerapian yang mengagumkan, serta dalam ukuran dan karakter yang tepat. Itulah yang kami katakan tak mungkin dan mustahil. Kami telah menjelaskan hal tersebut dengan dalil-dalil yang kuat pada “Surat Kedua Puluh” dalam buku al-Maktûbât, “Kalimat Kedua Puluh Dua” dalam buku al-Kalimât, serta pada beberapa risalah lainnya.
'''İkinci yol:''' Hiçbir cihet-i imkânı olmayan ve imtina derecesinde müşkülatlı ve hiçbir cihette makul olmayan şirk ve küfür yoludur. Çünkü Yirminci Mektup ve Yirmi İkinci Söz gibi çok risalelerde gayet kat’î ispat edildiği üzere: O vakit kâinatın her bir mevcudunda ve hattâ her bir zerresinde bir uluhiyet-i mutlaka ve bir ilm-i muhit ve hadsiz bir kudret bulunmak lâzım geliyor. Tâ ki mevcudatta bilmüşahede görünen nihayet derecede nizam ve intizam ve gayet hassas mizan ve imtiyaz ile mükemmel ve müzeyyen olan nukuş-u sanat vücud bulabilsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Kesimpulan: Seandainya rububiyah yang agung tidak layak untuk mengatur semua urusan, berarti yang berlaku adalah sesuatu yang tidak logis. Bahkan setan itu sendiri tidak sampai memaksa seseorang untuk masuk ke wilayah yang mustahil ini dengan melarikan diri dari keagungan dan kebesaran-Nya yang layak dan pantas ada.
Elhasıl, eğer tam lâyık ve tam yerinde olan azametli ve kibriyalı rububiyet olmazsa, o vakit her cihetçe gayr-ı makul ve mümteni bir yol takip etmek lâzım gelecek. Lâyık ve lâzım olan azametten kaçmakla, muhal ve imtinaa girmeyi, şeytan dahi teklif edemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="İkinci_Nokta:"></span>
=== İkinci Nokta: ===
===Poin Kedua===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Bisikan setan yang penting adalah membuat manusia tidak mengakui kesalahannya agar menutup jalur ampunan dan perlindungan serta membangkitkan rasa egoisme jiwanya untuk selalu membela diri dan merasa tidak bersalah
Şeytanın mühim bir desisesi: '''İnsana kusurunu itiraf ettirmemektir.''' Tâ ki istiğfar ve istiaze yolunu kapasın. Hem nefs-i insaniyenin enaniyetini tahrik edip tâ ki nefis kendini avukat gibi müdafaa etsin âdeta taksirattan takdis etsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, jiwa manusia yang telah terkena bujukan setan tidak ingin melihat kesalahannya sendiri. Bahkan ketika kesalahannya terlihat, ia akan segera memberikan penafsiran yang beraneka ragam. Sehingga ia melihat diri dan amal perbuatannya dengan pandangan cinta se- perti yang diungkapkan oleh seorang penyair:“Mata cinta terlalu suram untuk melihat kekurangan”. Karena itu, ia tidak bisa melihat aib. Sebagai akibatnya, ia tidak mengakui kelalaiannya serta tidak memohon ampunan dan per- lindungan Tuhan. Dengan begitu ia menjadi bahan tertawaan setan. Anehnya, mengapa ia bisa percaya dan bersandar kepada nafsu am- mârah. Padahal al-Qur’an telah menjelaskan lewat lisan Nabi Yusuf.“Aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan. Sebab, sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada keburukan, kecuali (nafsu) yang dikasihi oleh Tuhanku.” (QS. Yûsuf [12]: 53).
Evet şeytanı dinleyen bir nefis, kusurunu görmek istemez; görse de yüz tevil ile tevil ettirir. وَ عَي۟نُ الرِّضَا عَن۟ كُلِّ عَي۟بٍ كَلٖيلَةٌ sırrıyla: Nefsine nazar-ı rıza ile baktığı için ayıbını görmez. Ayıbını görmediği için itiraf etmez, istiğfar etmez, istiaze etmez; şeytana maskara olur. Hazret-i Yusuf aleyhisselâm gibi bir Peygamber-i Âlîşan وَمَٓا اُبَرِّئُ نَف۟سٖٓى اِنَّ النَّف۟سَ لَاَمَّارَةٌ بِالسُّٓوءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبّٖى dediği halde, nasıl nefse itimat edilebilir?
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Siapa yang mencurigai nafsunya, ia akan melihat kesalahannya. Siapa yang mengakui kesalahannya akan segera beristigfar kepada Tuhannya. Siapa yang beristigfar, akan meminta perlindungan-Nya dari godaan setan yang terkutuk. Pada saat itulah ia selamat dari
Nefsini ittiham eden, kusurunu görür. Kusurunu itiraf eden, istiğfar eder. İstiğfar eden, istiaze eder. İstiaze eden, şeytanın şerrinden kurtulur. Kusurunu görmemek o kusurdan daha büyük bir kusurdur. Ve kusurunu itiraf etmemek, büyük bir noksanlıktır. Ve kusurunu görse o kusur, kusurluktan çıkar; itiraf etse affa müstahak olur.
berbagai kejahatan. Merupakan sebuah kesalahan besar kalau manusia tidak melihat cacatnya. Juga, merupakan aib yang paling hebat kalau ia tidak mau mengakui kekurangannya. Orang yang mau melihat aib dan kesalahannya akan terhindar dari kesalahan tersebut. Sehingga ketika telah mengakui ia berhak mendapat ampunan.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<span id="Üçüncü_Nokta:"></span>
=== Üçüncü Nokta: ===
===Poin Ketiga===
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Salah satu bisikan setan yang merusak kehidupan sosial manusia adalah sebagai berikut:Sebuah kesalahan yang dilakukan oleh seorang mukmin bisa menutupi semua kebaikannya. Mereka yang tidak adil yang mendengar tipu muslihat setan tersebut akan memusuhi seorang mukmin. Padahal ketika Allah menimbang seluruh amal perbuatan para hambadengan timbangan-Nya yang agung dan keadilan-Nya yang mutlak di hari kebangkitan nanti—Dia melihat pada beratnya kebaikan dan kejahatan yang ada. Bisa jadi dengan satu kebaikan saja Allah menghapuskan dosa yang banyak. Sebab, melakukan kejahatan dan dosa sangat mudah dan fasilitasnya banyak.Karena itu, interaksi dan bermuamalah di dunia ini mestinya mempergunakan semacam timbangan keadilan Ilahi di atas. Apabila kebaikan seseorang, dari segi kuantitas dan kualitas, lebih banyak daripada kejahatannya, maka ia layak dicintai dan dihormati. Bahkan kejahatannya yang banyak itu bisa dimaafkan dan diampuni dengan melihat pada satu kebaikan yang mempunyai kualitas istimewa.
İnsanın hayat-ı içtimaiyesini ifsad eden bir desise-i şeytaniye şudur ki: '''Bir mü’minin bir tek seyyiesiyle, bütün hasenatını örter.''' Şeytanın bu desisesini dinleyen insafsızlar, mü’mine adâvet ederler. Halbuki Cenab-ı Hak haşirde adalet-i mutlaka ile mizan-ı ekberinde a’mal-i mükellefîni tarttığı zaman, hasenatı seyyiata galibiyeti, mağlubiyeti noktasında hükmeyler. Hem seyyiatın esbabı çok ve vücudları kolay olduğundan, bazen bir tek hasene ile çok seyyiatını örter. Demek bu dünyada, o adalet-i İlahiye noktasında muamele gerektir. '''Eğer bir adamın iyilikleri fenalıklarına kemiyeten veya keyfiyeten ziyade gelse o adam muhabbete ve hürmete müstahaktır.''' Belki kıymettar bir tek hasene ile çok seyyiatına nazar-ı af ile bakmak lâzımdır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Namun, akibat bisikan setan dan akibat sifat zalim, manusia melupakan seratus kebaikan saudaranya yang mukmin hanya karena satu kesalahan yang dilakukannya. Akhirnya, ia memusuhi saudaranya tersebut dan melakukan dosa. Sebagaimana sayap nyamuk yang ada di depan mata bisa menghalangi penglihatan kita untuk melihat gunung yang besar. Demikian pula dengan rasa dengki. Ia bisa mem- buat kesalahan yang sebesar sayap nyamuk menutupi kebaikan sebesar gunung. Ketika itu manusia akan melupakan kebaikan-kebaikan yang ada, mulai memusuhi saudaranya yang mukmin, serta menjadi alat penghancur bagi kehidupan sosial masyarakat mukmin.
Halbuki insan, fıtratındaki zulüm damarıyla, şeytanın telkiniyle, bir zatın yüz hasenatını bir tek seyyie yüzünden unutur, mü’min kardeşine adâvet eder, günahlara girer. Nasıl bir sinek kanadı göz üstüne bırakılsa bir dağı setreder, göstermez. Öyle de insan garaz damarıyla, sinek kanadı kadar bir seyyie ile dağ gibi hasenatı örter, unutur; mü’min kardeşine adâvet eder, insanların hayat-ı içtimaiyesinde bir fesat âleti olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ada bisikan setan lainnya yang sama-sama merusak kese- lamatan berpikir seorang mukmin dan mengganggu cara pandangnya terhadap berbagai hakikat keimanan. Yaitu setan berusaha meng- hapus ratusan bukti kuat seputar hakikat keimanan lewat sebuah keraguan yang menjadi dalil pengingkarannya. Padahal ada sebuah kaidah yang berbunyi,
Şeytanın bu desisesine benzer diğer bir desise ile insanın selâmet-i fikrini ifsad ediyor, hakaik-i imaniyeye karşı sıhhat-i muhakemeyi bozuyor ve istikamet-i fikriyeyi ihlâl ediyor. Şöyle ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Satu bukti yang kuat mengalahkan banyak penafian.” Keberadaan seorang saksi yang kuat dalam sebuah perka- ra bisa menjadi pegangan dan bisa mengalahkan seratus orang yang mengingkari dan menolaknya.Kami akan menjelaskan hakikat di atas dengan contoh berikut:
Bir hakikat-i imaniyeye dair yüzer delail-i ispatiyenin hükmünü, nefyine delâlet eden bir emare ile kırmak ister. Halbuki kaide-i mukarreredir ki: “Bir ispat edici, çok nefyedicilere tereccuh ediyor.” Bir davaya müsbit bir şahidin hükmü, yüz nâfîlere râcih olur. Bu hakikate bu temsil ile bak. Şöyle ki:
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebuah bangunan yang besar memiliki ratusan pintu yang terkunci. Bangunan tersebut baru bisa dimasuki dengan membuka salah satu pintu darinya. Dengan membuka pintu tersebut, pintu-pintu yang lain akan ikut terbuka. Dan bisa saja ada sebagian pintu yang masih tertutup dan tak dapat dimasuki.
Bir saray, yüzer kapalı kapıları var. Bir tek kapı açılmasıyla o saraya girilebilir, öteki kapılar da açılır. Eğer bütün kapılar açık olsa, bir iki tanesi kapansa o saraya girilemeyeceği söylenemez.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hakikat keimanan sama seperti bangunan besar tersebut. Setiap bukti yang kuat merupakan kunci yang membuka pintu tertentu. Tidak mungkin kita mengingkari dan berpaling dari hakikat keimanan tersebut hanya karena masih ada pintu yang tertutup di antara ratusan pintu yang terbuka. Namun, akibat kebodohan dan kelalaian sebagian manusia, setan masih bisa mempengaruhi mereka. Setan berkata pada mereka, “Bangunan ini tidak bisa dimasuki,” seraya menunjuk salah satu pintu yang tertutup. Hal itu tidak lain untuk menggugurkan semua bukti nyata. Selanjutnya, setan menipu mereka dengan berkata, “Istana ini tidak mungkin bisa dimasuki selamanya, bahkan ia bukan istana dan di dalamnya tidak ada apa-apa.”
İşte hakaik-i imaniye o saraydır. Her bir delil, bir anahtardır, ispat ediyor, kapıyı açıyor. Bir tek kapının kapalı kalmasıyla o hakaik-i imaniyeden vazgeçilmez ve inkâr edilemez. Şeytan ise bazı esbaba binaen ya gaflet veya cehalet vasıtasıyla kapalı kalmış olan bir kapıyı gösterir, ispat edici bütün delilleri nazardan ıskat ediyor. “İşte bu saraya girilmez, belki saray değildir, içinde bir şey yoktur.” der kandırır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Wahai manusia yang papa yang diuji dengan tipu daya setan! Jika engkau mengharapkan keselamatan dalam kehidupan beragama, kehidupan pribadi, dan kehidupan sosial, lalu engkau ingin berpikir sehat, kelurusan dalam memandang, dan kejernihan kalbu, maka timbanglah amal dan lintasan pikiranmu dengan timbangan al-Qur’an dan sunnah. Jadikan al-Qur’an sebagai penuntunmu dan sunnah sebagai pembimbingmu. Mintalah kepada Allah Yang Mahatinggi dan Kuasa dengan berucap:‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk’.
'''İşte ey şeytanın desiselerine müptela olan bîçare insan! Hayat-ı diniye, hayat-ı şahsiye ve hayat-ı içtimaiyenin selâmetini dilersen ve sıhhat-i fikir ve istikamet-i nazar ve selâmet-i kalp istersen; muhkemat-ı Kur’aniyenin mizanlarıyla ve sünnet-i seniyenin terazileriyle a’mal ve hatıratını tart ve Kur’an’ı ve sünnet-i seniyeyi daima rehber yap ve''' '''اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّي۟طَانِ الرَّجٖيمِ'''  '''de, Cenab-ı Hakk’a ilticada bulun.'''
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Itulah tiga belas isyarat yang merupakan kunci pembuka benteng yang kokoh dan kuat dari surah terakhir al-Qur’an. la berisi permintaan perlindungan kepada Allah dari godaan setan terkutuk sekaligus keterangan rinci tentangnya. Karena itu, bukalah ia den- gan kunci-kunci ini, lalu masukilah.
İşte bu on üç işaret, on üç anahtardır. Kur’an-ı Mu’cizü’l-Beyan’ın en âhirki suresi ve اَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّي۟طَانِ الرَّجٖيمِ in mufassalı ve madeni olan
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
اَس۟تَعٖيذُ بِاللّٰهِ بِس۟مِ اللّٰهِ الرَّح۟مٰنِ الرَّحٖيمِ
اَس۟تَعٖيذُ بِاللّٰهِ بِس۟مِ اللّٰهِ الرَّح۟مٰنِ الرَّحٖيمِ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Katakan, Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan setan biasa bersembunyi, yang memberikan bisikan ke dalam dada manusia, dari golongan Jin dan manusia.”
قُل۟ اَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ۝ مَلِكِ النَّاسِ ۝ اِلٰهِ النَّاسِ ۝ مِن۟ شَرِّ ال۟وَس۟وَاسِ ال۟خَنَّاسِ ۝ اَلَّذٖى يُوَس۟وِسُ فٖى صُدُورِ النَّاسِ ۝ مِنَ ال۟جِنَّةِ وَ النَّاسِ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Pasti engkau akan mendapatkan kedamaian, ketenangan, dan keselamatan.
suresinin hısn-ı hasîni ve kale-i metininin kapısını o on üç anahtarla aç, gir, selâmeti bul!
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ucapkanlah, Aku berlindung kepada-Mu wahai Tuhan dari godaan setan.
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
“Dan aku berlindung kepada-Mu wahai Tuhan dari kedatangan mereka kepadaku.”
رَبِّ اَعُوذُ بِكَ مِن۟ هَمَزَاتِ الشَّيَاطٖينِ ۝ وَاَعُوذُ بِكَ رَبِّ اَن۟ يَح۟ضُرُونِ
</div>






<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
------
------
<center> [[On İkinci Lem'a]] ⇐ [[Lem'alar]] | ⇒ [[On Dördüncü Lem'a]] </center>
<center> [[On İkinci Lem'a/id|CAHAYA KEDUA BELAS]] ⇐ | [[Lem'alar/id|Al-Lama’ât]] | ⇒ [[On Dördüncü Lem'a/id|CAHAYA KEEMPAT BELAS]] </center>
------
------
</div>