İçeriğe atla

On Altıncı Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Ayat-ayat al-Qur’an tersusun dalam gaya bahasa Arab dan dengan bentuk lahiriah yang bisa dipahami oleh manusia pada umumnya. Karena itu, banyak sekali persoalan yang dipaparkan lewat permisalan dan kiasan." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("===Ketiga===" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Ayat-ayat al-Qur’an tersusun dalam gaya bahasa Arab dan dengan bentuk lahiriah yang bisa dipahami oleh manusia pada umumnya. Karena itu, banyak sekali persoalan yang dipaparkan lewat permisalan dan kiasan." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
94. satır: 94. satır:
Jawaban atas berbagai pertanyaan di atas cukup panjang. Namun, kami akan menjelaskannya secara singkat sebagai berikut:
Jawaban atas berbagai pertanyaan di atas cukup panjang. Namun, kami akan menjelaskannya secara singkat sebagai berikut:


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ayat-ayat al-Qur’an tersusun dalam gaya bahasa Arab dan dengan bentuk lahiriah yang bisa dipahami oleh manusia pada umumnya. Karena itu, banyak sekali persoalan yang dipaparkan lewat permisalan dan kiasan.
Âyât-ı Kur’aniye, üslub-u Arabiye üzerine ve zâhir nazara göre umumun anlayacağı bir tarzda ifade ettiği için çok defa teşbih ve temsil suretinde beyan ediyor.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikianlah, maksud dari firman Allah yang berbunyi:تَغ۟رُبُ فٖى عَي۟نٍ حَمِئَةٍadalah bahwa Dzulqarnain telah menyaksikan matahari terbenam di suatu tempat yang menyerupai mata air yang keruh dan hangat, di pantai Laut Barat. Atau, ia menyaksikan terbenamnya matahari di mata air gunung vulkanik yang berapi dan berasap.
İşte تَغ۟رُبُ فٖى عَي۟نٍ حَمِئَةٍ yani güneşin, hararetli ve çamurlu bir çeşme gibi görünen Bahr-i Muhit-i Garbî’nin sahilinde veya volkanlı, alevli, dumanlı dağın gözünde gurûb ettiğini Zülkarneyn görmüş. Yani zâhir nazarda Bahr-i Muhit-i Garbî’nin sevahilinde, yazın şiddet-i hararetiyle etrafındaki bataklık hararetlenmiş, tebahhur ettiği bir zamanda o buhar arkasında büyük bir çeşme havzası suretinde uzaktan Zülkarneyn’e görünen Bahr-i Muhit’in bir kısmında güneşin zâhirî gurûbunu görmüş. Veya volkanlı, taş ve toprak ve maden sularını karıştırarak fışkıran bir dağın başında yeni açılmış ateşli gözünde, semavatın gözü olan güneşin gizlendiğini görmüş.
Dengan kata lain, secara lahiriah, Dzulqarnain menyaksikan terbenamnya matahari di pantai Laut Barat dan di salah satu bagian darinya yang dari jauh tampak seperti kubangan air yang luas. Jadi, ia menyaksikan matahari tersebut terbenam dari balik asap tebal yang menguap dari air yang berada di pantai Laut Barat disebabkan oleh hawa panas matahari musim kemarau. Atau, Dzulqarnain menyak- sikan matahari itu tertutup oleh mata air yang menyembur di atas puncak gunung berapi yang menumpahkan lava bercampur tanah, batu, dan barang tambang cair.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Dengan kalimat di atas, al-Qur’an ingin menunjukkan banyak hal: Pertama, perjalanan Dzulqarnain ke arah Barat, di waktu yang sangat panas, ke wilayah yang berair, searah dengan terbenamnya matahari, dan pada saat meletusnya gunung berapi, semua itu dimaksudkan oleh al-Qur’an untuk menunjukkan berbagai persoalan yang penuh dengan pelajaran. Di antaranya adalah pendudukan Dzulqarnain atas Afrika.
Evet, Kur’an-ı Hakîm’in mu’cizane belâgat-ı ifadesi bu cümle ile çok mesaili ders veriyor. Evvela: Zülkarneyn’in mağrib tarafına seyahati, şiddet-i hararet zamanında ve bataklık tarafına ve güneşin gurûb âvânına ve volkanlı bir dağın fışkırması vaktine tesadüf ettiğini beyan etmekle, Afrika’nın tamam istilası gibi çok ibretli meselelere işaret eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">