İçeriğe atla

Yirmi Beşinci Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Demikian pula penyakit membuat manusia menyadari kelemahan dan ketidakberdayaannya. Sehingga dengan kelemahan tadi, orang yang sakit itupun bersimpuh meminta pertolongan Allah baik terucap maupun lisanul hal (keadaan)." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Wahai penderita sakit yang terhalang dari ibadah beserta berbagai wiridnya lantaran sakit! Wahai orang yang kecewa atas keterhalangan tersebut! Ketahuilah bahwa ada sebuah hadis(*<ref>*Dari Abu Musa al-Asy`ari d, sesungguhnya Nabi bersabda: “Jika seorang hamba sedang sakit atau bepergian, Allah tetap menuliskan pahala untuknya seperti pahala ibadah yang biasa ia lakukan di waktu sehat atau tidak bepergian”. (Lihat: Bukhari, al-Jihâd, 134; Abu Daud,..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Demikian pula penyakit membuat manusia menyadari kelemahan dan ketidakberdayaannya. Sehingga dengan kelemahan tadi, orang yang sakit itupun bersimpuh meminta pertolongan Allah baik terucap maupun lisanul hal (keadaan)." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
169. satır: 169. satır:
Wahai penderita sakit yang terhalang dari ibadah beserta berbagai wiridnya lantaran sakit! Wahai orang yang kecewa atas keterhalangan tersebut! Ketahuilah bahwa ada sebuah hadis(*<ref>*Dari Abu Musa al-Asy`ari d, sesungguhnya Nabi bersabda: “Jika seorang hamba sedang sakit atau bepergian, Allah tetap menuliskan pahala untuknya seperti pahala ibadah yang biasa ia lakukan di waktu sehat atau tidak bepergian”. (Lihat: Bukhari, al-Jihâd, 134; Abu Daud, al-Janâiz,1; dan Ahmad ibnu Hambal, al-Musnad, 4/410, 418).</ref>)yang maknanya berbunyi, “Sesungguhnya seorang mukmin yang bertakwa akan tetap mendapatkan pahala ibadah yang biasa dilakukannya walau dalam keadaan sakit. Penyakit tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan pahala”. Penderita sakit yang melaksanakan kewajiban—semampu mungkin—dengan bersabar dan bertawakal di tengah-tengah penderitaannya, maka derita sakitnya menempati posisi ibadah sunnahnya.
Wahai penderita sakit yang terhalang dari ibadah beserta berbagai wiridnya lantaran sakit! Wahai orang yang kecewa atas keterhalangan tersebut! Ketahuilah bahwa ada sebuah hadis(*<ref>*Dari Abu Musa al-Asy`ari d, sesungguhnya Nabi bersabda: “Jika seorang hamba sedang sakit atau bepergian, Allah tetap menuliskan pahala untuknya seperti pahala ibadah yang biasa ia lakukan di waktu sehat atau tidak bepergian”. (Lihat: Bukhari, al-Jihâd, 134; Abu Daud, al-Janâiz,1; dan Ahmad ibnu Hambal, al-Musnad, 4/410, 418).</ref>)yang maknanya berbunyi, “Sesungguhnya seorang mukmin yang bertakwa akan tetap mendapatkan pahala ibadah yang biasa dilakukannya walau dalam keadaan sakit. Penyakit tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan pahala”. Penderita sakit yang melaksanakan kewajiban—semampu mungkin—dengan bersabar dan bertawakal di tengah-tengah penderitaannya, maka derita sakitnya menempati posisi ibadah sunnahnya.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Demikian pula penyakit membuat manusia menyadari kelemahan dan ketidakberdayaannya. Sehingga dengan kelemahan tadi, orang yang sakit itupun bersimpuh meminta pertolongan Allah baik terucap maupun lisanul hal (keadaan).
Hem hastalık insandaki aczini, zaafını ihsas eder. O aczin lisanıyla ve zaafın diliyle halen ve kālen bir dua ettirir. Cenab-ı Hak, insana hadsiz bir acz ve nihayetsiz bir zaaf vermiş tâ ki daimî bir surette dergâh-ı İlahiyeye iltica edip niyaz etsin, dua etsin.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">