On Yedinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

    Risale-i Nur Tercümeleri sitesinden
    ("Sebagaimana Allah memberikan tingkatan syahid bagi seorang prajurit biasa yang mati di saat menunaikan pengabdian dan mening- gal dalam tugas jihad," içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
    ("Kami terikat dengan halakah zikir galaksi bima sakti." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
     
    (Aynı kullanıcının aradaki diğer 142 değişikliği gösterilmiyor)
    20. satır: 20. satır:
    Sebagaimana Allah memberikan tingkatan syahid bagi seorang prajurit biasa yang mati di saat menunaikan pengabdian dan mening- gal dalam tugas jihad,
    Sebagaimana Allah memberikan tingkatan syahid bagi seorang prajurit biasa yang mati di saat menunaikan pengabdian dan mening- gal dalam tugas jihad,


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    sebagaimana Dia memberikan kepada kambing kurban sebuah wujud materi di akhirat seraya membalasnya dengan menjadikannya sebagai tunggangan laksana burak bagi pemiliknya untuk melewati shirath al-mustaqim,(*<ref>*Lihat HR. ad-Daylami, al-Musnad 1/85, al-Qurthubi, al-Jâmi li Ahkam al-Qur’ân 15/111, al-Sarkhasi, al-Mabsûth 12/10, al-Kasâni, Badâ’i ash-Shanâ’i’ 5/80, Ibnu Hajar, Talkhîsh al-Khabîr 4/138.</ref>)maka tidak aneh jika Tuhan Yang Maha Penyayang dan Pemurah memberikan kepada makhluk yang memiliki roh sebuah balasan ruhiyah yang sesuai dengannya serta upah maknawi yang sepadan dengan potensi mereka yang ber- sumber dari khazanah rahmat-Nya yang luas. Hal itu setelah mere- ka mengalami berbagai kesulitan, mati di saat menunaikan tugas fitri Ilahi yang khusus terkait dengan mereka, serta bersabar menghadapi sejumlah hal dalam mematuhi perintah-Nya, sehingga mereka tidak merasa sakit saat meninggalkan dunia. Sebaliknya, mereka malah rida dan mendapat rida-Nya.
    Öyle de sair zîruh ve hayvanatın dahi kendilerine mahsus vazife-i fıtriye-i Rabbaniyelerinde ve evamir-i Sübhaniyenin itaatlerinde telef olan ve şiddetli meşakkat çeken zîruhların, onlara göre bir çeşit mükâfat-ı ruhaniye ve onların istidatlarına göre bir nevi ücret-i maneviye, o tükenmez hazine-i rahmetinde baîd değil ki bulunmasın. Dünyadan gitmelerinden pek çok incinmesinler belki memnun olsunlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hanya Allah yang mengetahui persoalan gaib.
    لَا يَع۟لَمُ ال۟غَي۟بَ اِلَّا اللّٰهُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Manusia yang merupakan makhluk termulia dan paling men- dapat manfaat dari hari raya tersebut—dari segi kuantitas dan kuali- tas—dengan rahmat Allah diberi kondisi rindu secara ruhiyah yang membuatnya benci pada dunia tempat ia diuji agar bisa menyeberang ke akhirat dengan selamat. Manusia yang rasa kemanusiaannya tidak tenggelam dalam kesesatan dapat mengambil manfaat dari kondisi ruhiyah tersebut sehingga ia meninggalkan dunia dengan kalbu yang tenteram.Di sini kami akan menjelaskan lima sisi atau aspek, sebagai con- toh, yang bisa melahirkan kondisi ruhiyah di atas.
    Lâkin zîruhların en eşrefi ve şu bayramlarda kemiyet ve keyfiyet cihetiyle en ziyade istifade eden insan, dünyaya pek çok meftun ve müptela olduğu halde, dünyadan nefret ve âlem-i bekaya geçmek için eser-i rahmet olarak iştiyak-engiz bir halet verir. Kendi insaniyeti dalalette boğulmayan insan, o haletten istifade eder. Rahat-ı kalp ile gider. Şimdi, o haleti intac eden vecihlerden numune olarak beşini beyan edeceğiz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pertama, dengan datangnya masa tua, Dia memperlihatkan ke- pada manusia stempel kefanaan dan kebinasaan atas segala sesuatu yang bersifat duniawi sekaligus memberikan sejumlah esensinya yang pahit, sehingga hal itu membuat manusia lari dari dunia dan mencari sesuatu yang abadi dan kekal sebagai ganti darinya.
    '''Birincisi:''' İhtiyarlık mevsimiyle dünyevî, güzel ve cazibedar şeyler üstünde fena ve zevalin damgasını ve acı manasını göstererek o insanı dünyadan ürkütüp o fâniye bedel, bir bâki matlubu arattırıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kedua, Allah membuat manusia merasa rindu dan ingin menuju ke tempat perginya sembilan puluh sembilan persen dari orang yang ia cintai, yang memiliki ikatan dengan mereka, serta yang bertempat di alam lain. Kecintaan kuat itu mendorong manusia untuk menyambut kematian dan ajal dengan gembira dan bahagia.
    '''İkincisi:''' İnsanın alâka peyda ettiği bütün ahbaplardan yüzde doksan dokuzu, dünyadan gidip diğer bir âleme yerleştikleri için o ciddi muhabbet sâikasıyla o ahbabın gittiği yere bir iştiyak ihsan edip mevt ve eceli mesrurane karşılattırıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketiga, Allah mendorong manusia untuk menyadari kelema- han dan ketidakberdayaannya yang tak terhingga, baik karena beban hidup, tugas kehidupan, atau hal yang lain. Hal itu melahirkan keingi- nan kuat pada dirinya untuk menuju tempat istirahat dan kerinduan yang tulus untuk pergi ke negeri lain.
    '''Üçüncüsü:''' İnsandaki nihayetsiz zayıflık ve âcizliği, bazı şeylerle ihsas ettirip hayat yükü ve yaşamak tekâlifi ne kadar ağır olduğunu anlattırıp istirahate ciddi bir arzu ve bir diyar-ı âhere gitmeye samimi bir şevk veriyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Keempat, Allah menjelaskan kepada manusia yang beri- man—lewat cahaya iman—bahwa kematian bukan ketiadaan, tetapi pergantian tempat; kubur bukan lubang sumur yang gelap, tetapi pintu menuju alam cahaya; dunia berikut semua kesenangannya sama se- perti penjara yang sempit jika dibandingkan dengan akhirat yang luas dan indah. Karena itu, keluar dari penjara dunia menuju taman surga ukhrawi, serta berpindah dari kehidupan materi yang keruh menu- ju alam tempat istirahat dan ketenteraman, berlepas diri dari kebisi- ngan makhluk menuju hadirat Ilahi yang tenang dan menyenangkan merupakan bentuk wisata, bahkan kebahagiaan yang diimpikan meski dengan seribu satu pengorbanan.
    '''Dördüncüsü:''' İnsan-ı mü’mine nur-u iman ile gösterir ki mevt, idam değil; tebdil-i mekândır. Kabir ise zulümatlı bir kuyu ağzı değil, nuraniyetli âlemlerin kapısıdır. Dünya ise bütün şaşaasıyla âhirete nisbeten bir zindan hükmündedir. Elbette zindan-ı dünyadan bostan-ı cinana çıkmak ve müz’iç dağdağa-i hayat-ı cismaniyeden âlem-i rahata ve meydan-ı tayeran-ı ervaha geçmek ve mahlukatın sıkıntılı gürültüsünden sıyrılıp huzur-u Rahman’a gitmek; bin can ile arzu edilir bir seyahattir, belki bir saadettir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kelima, Allah memberikan pemahaman kepada orang yang mendengar al-Qur’an tentang ilmu hakikat yang berada di dalamnya. Lewat cahaya hakikat, Dia mengajarkan kepadanya substansi dunia se- hingga sikap senang dan cenderung kepada dunia adalah sesuatu yang tak berguna. Dengan kata lain, Dia berkata dan menegaskan padanya:
    '''Beşincisi:''' Kur’an’ı dinleyen insana, Kur’an’daki ilm-i hakikati ve nur-u hakikatle dünyanın mahiyetini bildirmekliğiyle, dünyaya aşk ve alâka pek manasız olduğunu anlatmaktır. Yani, insana der ve ispat eder ki:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dunia merupakan kitab Shamadani. Huruf-huruf dan kalimat- nya tidak mewakili dan mencerminkan dirinya. Namun ia menun- jukkan Dzat Penciptanya berikut sifat-sifat-Nya dan nama-nama-Nya yang mulia. Karena itu, pahami dan ambillah maknanya. Tinggalkan ukiran dan tulisannya.
    '''“Dünya,''' bir '''kitab-ı Samedanî'''dir. Huruf ve kelimatı nefislerine değil belki başkasının zat ve sıfât ve esmasına delâlet ediyorlar. Öyle ise manasını bil, al; nukuşunu bırak git.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dunia merupakan ladang akhirat. Tanami, ambil, dan jagalah buahnya. Abaikan semua kotorannya.
    Hem bir '''mezraa'''dır, ek ve mahsulünü al, muhafaza et; muzahrefatını at, ehemmiyet verme.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dunia merupakan tempat berkumpulnya cermin secara bergi- lir. Kenalilah Dzat yang tampak di dalamnya. Lihat cahaya-Nya dan pahami makna nama-nama-Nya yang terwujud padanya. Cintai kan- dungannya dan putuskan hubunganmu dengan potongan kacanya yang sewaktu-waktu dapat pecah dan lenyap.
    Hem birbiri arkasında daim gelen geçen '''âyineler mecmuası'''dır. Öyle ise onlarda tecelli edeni bil, envarını gör ve onlarda tezahür eden esmanın tecelliyatını anla ve müsemmalarını sev ve zevale ve kırılmaya mahkûm olan o cam parçalarından alâkanı kes.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dunia merupakan tempat bisnis yang berjalan. Lakukanlah jual beli. Jangan membuntuti berbagai rombongan yang melarikan diri darimu dan tidak menghargaimu agar engkau tidak penat.
    Hem seyyar bir '''ticaretgâh'''tır. Öyle ise alışverişini yap, gel ve senden kaçan ve sana iltifat etmeyen kafilelerin arkalarından beyhude koşma, yorulma.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dunia merupakan tempat rekreasi sementara. Oleh karena itu, arahkan penglihatanmu kepadanya untuk mengambil pelajaran. Cermati wajah indah yang tersembunyi di baliknya di mana ia mengarah kepada Dzat Yang Mahaindah dan abadi. Berpalinglah dari wajah buruk yang mengarah kepada hawa nafsu. Jangan menangis seperti anak kecil yang tertipu ketika tirai yang memperlihatkan pemandangan in- dah terurai.
    Hem muvakkat bir '''seyrangâh'''tır. Öyle ise nazar-ı ibretle bak ve zâhirî çirkin yüzüne değil; belki Cemil-i Bâki’ye bakan gizli, güzel yüzüne dikkat et, hoş ve faydalı bir tenezzüh yap, dön ve o güzel manzaraları irae eden ve güzelleri gösteren perdelerin kapanmasıyla akılsız çocuk gibi ağlama, merak etme.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dunia merupakan tempat jamuan bagi para musafir. Oleh karena itu, makan dan minumlah dengan izin Sang Pemilik jamuan. Ungkap- kan rasa syukur pada-Nya dan jangan bergerak kecuali sesuai dengan perintah-Nya. Pergilah darinya tanpa menoleh ke belakang. Janganlah engkau sibuk dengan berbagai urusan yang tidak berguna. Jangan ce- burkan diri dengan berbagai urusannya yang segera lenyap.Demikianlah, dengan sejumlah hakikat nyata semacam itu, Allah  meringankan begitu banyak luka perpisahan dengan dunia yang dirasakan oleh manusia dengan memperlihatkan rahasia di da- lam dunia. Bahkan Dia membuatnya disukai oleh mereka yang terjaga dan sadar lewat sejumlah rahasia hakikat dunia yang Dia perlihatkan. Perpisahan tersebut merupakan salah satu wujud rahmat-Nya yang luas dalam segala hal dan keadaan.
    Hem bir '''misafirhane'''dir. Öyle ise onu yapan Mihmandar-ı Kerîm’in izni dairesinde ye, iç, şükret. Kanunu dairesinde işle, hareket et. Sonra arkana bakma; çık, git. Herzekârane fuzulî bir surette karışma. Senden ayrılan ve sana ait olmayan şeylerle manasız uğraşma ve geçici işlerine bağlanıp boğulma.” gibi zâhir hakikatlerle dünyanın içyüzündeki esrarı gösterip dünyadan müfarakatı gayet hafifleştirir belki hüşyar olanlara sevdirir ve rahmetinin her şeyde ve her şe’ninde bir izi bulunduğunu gösterir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Al-Qur’an al-Karim menjelaskan kelima sisi yang ada. Ayat-ayatnya juga menunjukkan kepada sejum- lah sisi khusus lainnya.
    İşte Kur’an, şu beş veche işaret ettiği gibi başka hususi vecihlere dahi âyât-ı Kur’aniye işaret ediyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sungguh malang orang yang tidak memiliki bagian dari kelima sisi di atas.
    Veyl o kimseye ki şu beş vecihten bir hissesi olmaya…
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="On_Yedinci_Söz’ün_İkinci_Makamı"></span>
    == On Yedinci Söz’ün İkinci Makamı ==
    ==KEDUDUKAN KEDUA==
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mengeluh adalah Musibah(*<ref>*Teks asli yang terdapat pada Kedudukan Kedua ini berbentuk seperti syair, namun sebetulnya ia bukanlah syair dan tidak ada maksud merangkainya. Akan tetapi, tatanan hakikat yang sempurna menjadikannya berbentuk seperti untaian syair—Penulis.</ref>)
    '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Bu İkinci Makam’daki parçalar şiire benzer fakat şiir değiller. Kasdî nazmedilmemişler. Belki hakikatlerin kemal-i intizamı cihetinde, bir derece manzum suretini almışlar.</ref>)'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Tidak usah meratap wahai yang malang, dan bertawakkallah kepada Allah dalam menghadapi cobaan yang menimpa.
    Bırak bîçare feryadı, beladan gel tevekkül kıl!
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mengeluh adalah musibah, bahkan melebihi musibah dan merupakan kesalahan besar.
    Zira feryat, bela-ender, hata-ender beladır bil!
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau mengetahui Dzat yang mengujimu, maka musibah akan menjadi karunia dan kebahagiaan.
    Bela vereni buldunsa atâ-ender, safa-ender beladır bil!
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Tidak usah mengeluh dan banyaklah bersyukur. Bunga tersenyum melihat rasa senang sang kekasih, burung bulbul.
    Bırak feryadı, şükür kıl manend-i belâbil, demâ keyfinden güler hep gül mül.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika tidak menemukan Allah, duniamu menjadi petaka dan derita, lenyap dan fana, serta sia-sia.
    Ger bulmazsan bütün dünya cefa-ender, fena-ender hebadır bil!
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mengapa engkau mengeluhkan musibah yang kecil, padahal engkau terbebani dengan berbagai musibah seluas dunia.
    Cihan dolu bela başında varken ne bağırırsın küçük bir beladan, gel tevekkül kıl!
    Maka bertawakallah.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Tersenyumlah dengan sikap tawakal dalam menghadapi musibah agar musibah itu pun tersenyum.
    Tevekkül ile bela yüzünde gül, tâ o da gülsün.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Setiap kali tersenyum, ia akan mengecil hingga akhirnya lenyap Wahai yang tertipu,
    O güldükçe küçülür, eder tebeddül.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ketahuilah bahwa kebahagiaan di dunia ini adalah dengan meninggalkannya.
    Bil ey hodgâm! Bu dünyada saadet, terk-i dünyada.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau beriman, itu sudah cukup. Jika engkau membelakangi dunia, ia akan menghampirimu.
    Hudâbin isen o kâfidir, bıraksan da bütün eşya lehinde
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau bangga dengan dirimu, itu merupakan sebuah kebina- saan yang nyata. Apa pun yang engkau kerjakan segalanya akan menjadi musuh.
    Ger hodbin isen helâkettir, ne yaparsan bütün eşya aleyhinde.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Karena itu, ia harus ditinggalkan dalam dua kondisi tersebut.
    Demek, terki gerektir her iki halde bu dünyada.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Meninggalkannya dalam arti ia merupakan milik Allah yang dilihat dengan izin dan atas nama-Nya.
    Terki demek: Hudâ mülkü, onun izni, onun namıyla bakmakta.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau mencari bisnis yang menguntukan, tukarlah usia yang fana dengan usia yang abadi.
    Ticaret istiyorsan ger, şu fâni ömrünü bâkiye tebdilde.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau menuruti keinginan dirimu, ia akan sirna dan lenyap.
    Eğer nefsine talip isen çürüktür hem temelsiz de.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau menatap cakrawala, stempel fana ada padanya.
    Eğer âfakı ister isen fena damgası üstünde.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kesenangan di pasar ini paslu sehingga tidak layak dibeli Karenanya tinggalkan ia!
    Demek, değmez ki alınsa çürük maldır hep bu çarşıda.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebab yang asli telah disiapkan di baliknya.
    Öyle ise geç, iyi mallar dizilmiş arkasında.
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Siyah_Dutun_Bir_Meyvesi"></span>
    === Siyah Dutun Bir Meyvesi ===
    ===Buah dari Pohon Murbei Hitam===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Di atas pohon murbei hitam yang penuh berkah, Said Lama menuturkan sejumlah hakikat berikut ini lewat lisan Said Baru
    (O mübarek dut başında Eski Said, Yeni Said lisanıyla söylemiştir.)
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mitra bicaraku bukan Ziya Pasya, namun mereka yang tertipu dengan Eropa.
    Muhatabım Ziya Paşa değil, Avrupa meftunlarıdır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Yang berbicara bukan diriku, namun hatiku yang merupakan murid al-Qur’an.
    Mütekellim nefsim değil, tilmiz-i Kur’an namına kalbimdir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kalimat di atas merupakan hakikat. Jangan bingung! Jangan sampai melampaui batas!
    Geçen sözler hakikattir, sakın şaşma, hududundan hazer aşma,
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jangan condong kepada pemikiran asing. Ia adalah kesesatan yang akan berakhir dengan penyesalan.
    Ecanib fikrine sapma, dalalettir kulak asma, eder elbet seni nâdim.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Tidakkah engkau melihat orang yang paling pintar dan genius selalu berkata dengan penuh kebingungan:
    Görürsün en ziyadarın, zekâvette alemdarın,
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Oh,kepada siapa aku mengadu?Aku bingung.
    O hayretten der daim: “Eyvah, kimden kime şekva edeyim, ben dahi şaştım!”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sementara tanpa ragu aku berkata dengan dipandu al-Qur’an,
    Kur’an dedirtir ben de derim, hiç de çekinmem.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Aku mengadu kepada-Nya dan tidak bingung seperti dirimu.
    Ondan ona şekva ederim, sen gibi şaşmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku memohon kebenaran kepada Dzat Yang Mahabenar, tanpa mele- wati batas sepertimu.
    Hak’tan Hakk’a feryat ederim, sen gibi aşmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku berdoa dari bumi menuju langit dan tidak akan lari sepertimu.
    Yerden göğe dava ederim, sen gibi kaçmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dalam al-Qur’an, seluruh dakwah berasal dari cahaya menuju cahaya. Aku takkan berpaling sepertimu.
    Ki Kur’an’da hep dava nurdan nuradır, sen gibi caymam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dalam al-Qur’an terdapat hikmah yang benar yang kubuktikan. Aku tidak akan condong kepada filsafat yang bertentangan dengan al-Qur’an.
    Kur’an’dadır hak hikmet, ispat ederim, muhalif felsefeyi beş para saymam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dalam al-Qur’an terdapat inti berbagai hakikat. Kuterima ia dengan sepenuh jiwa dan takkan kujual sepertimu.
    Furkan’dadır elmas hakikat, dercan ederim, sen gibi satmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Perjalananku dari makhluk menuju al-Haq tanpa menyimpang sepertimu.
    Halktan Hakk’a seyran ederim, sen gibi sapmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku terbang di atas jalan berduri tanpa mau menginjaknya seper- timu.
    Dikenli yolda tayran ederim, sen gibi basmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Syukurku naik menuju langit tanpa membangkang sepertimu.
    Ferşten arşa şükran ederim, sen gibi asmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kulihat kematian dan ajal sebagai sahabat, tanpa takut sepertimu.
    Mevte, ecele dost bakarım, sen gibi korkmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku masuk ke dalam kubur seraya tersenyum tanpa rasa cemas sepertimu.
    Kabre gülerekten girerim, sen gibi ürkmem.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku tidak melihatnya sebagai mulut monster dan ambang ketiadaan.
    Ejder ağzı, vahşet yatağı, hiçlik boğazı; sen gibi görmem.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Namun ia adalah tempat perjumpaan dengan para kekasih sehingga tidak kubenci. Aku tidak risau dengannya
    Ahbaba kavuşturur beni, kabirden darılmam, sen gibi kızmam.
    dan tidak mengkhawatirkannya.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ia pintu rahmat, pintu cahaya, dan pintu kebenaran.
    Rahmet kapısı, nur kapısı, hak kapısı, ondan sıkılmam, geri çekilmem.
    Aku tidak bosan denganya dan tidak meninggalkannya.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku mengetuknya dengan nama Allah, tanpa menoleh dan tanpa rasa cemas.
    Bismillah diyerek çalıyorum '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Eyvah diyerek kaçmıyorum.</ref>)''' arkama bakmam, dehşet de almam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku akan tidur dengan tenang seraya mengucapkan alhamdulillah tanpa merasa sendirian.
    Elhamdülillah diyerek rahat bulup yatacağım, zahmeti çekmem, vahşette kalmam.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku akan bangkit di atas gema suara Israfil di fajar kebangkitan de- ngan berkata, “Allahu Akbar.” Aku tidak takut pada mahsyar. Dan tidak akan lari dari masjid terbesar.
    Allahu ekber diyerek ezan-ı haşri işitip kalkacağım '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' İsrafil’in ezanını fecr-i haşirde işitip Allahu ekber diyerek kalkacağım. Salât-ı kübradan çekilmem, mecma-ı ekberden çekinmem.</ref>)''' mahşer-i ekberden çekinmem, mescid-i a’zamdan çekilmem.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku tidak putus asa berkat karunia Allah, cahaya al-Qur’an, dan limpahan iman.
    Lütf-u Yezdan, nur-u Kur’an, feyz-i iman sayesinde hiç üzülmem.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku berusaha terbang menuju naungan arasy ar-Rahman. Dengan izin Allah, aku tidak akan tersesat sepertimu.
    Durmayıp koşacağım, arş-ı Rahman zılline uçacağım, sen gibi şaşmam inşâallah.
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Kalbe_Farisî_Olarak_Tahattur_Eden_Bir_Münâcat"></span>
    === Kalbe Farisî Olarak Tahattur Eden Bir Münâcat ===
    ===Munajat===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    هٰذِهِ ال۟مُنَاجَاةُ تَخَطَّرَت۟ فِى ال۟قَل۟بِ هٰكَذَا بِال۟بَيَانِ ال۟فَارِسٖى
    هٰذِهِ ال۟مُنَاجَاةُ تَخَطَّرَت۟ فِى ال۟قَل۟بِ هٰكَذَا بِال۟بَيَانِ ال۟فَارِسٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Munajat ini ditulis, sebagaimana terlintas di dalam kalbu, dalam bahasa Persia. Ia diterbitkan sebagai bagian dari risalah “Hubâb min Ummân al-Qur’an” (Buih dari lautan al-Qur’an).
    Yani bu münâcat, kalbe Farisî olarak tahattur ettiğinden Farisî yazılmıştır. Evvelce matbu olan Hubab Risalesi’nde dercedilmişti.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    يَارَب۟ بَشَش۟ جِهَت۟ نَظَر۟ مٖيكَر۟دَم۟ دَر۟دِ خُود۟رَا دَر۟مَان۟ نَمٖى دٖيدَم۟
    يَارَب۟ بَشَش۟ جِهَت۟ نَظَر۟ مٖيكَر۟دَم۟ دَر۟دِ خُود۟رَا دَر۟مَان۟ نَمٖى دٖيدَم۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Wahai Tuhan, tatapanku tertuju ke enam arah dengan harapan bisa menemukan obat dari penyakitku. Aku bersandar kepada ke- mampuanku dengan lalai tanpa bertawakkal. Akan tetapi, sungguh malang aku tidak dapat menemukan obat bagi penyakitku, sehingga datanglah bisikan padaku, “Bukankah penyakit tersebut sudah cukup menjadi obat.”
    Yâ Rab! Tevekkülsüz, gafletle, iktidar ve ihtiyarıma dayanıp derdime derman aramak için cihat-ı sitte denilen altı cihette nazar gezdirdim. Maatteessüf derdime derman bulamadım. Manen bana denildi ki: “Yetmez mi dert, derman sana.”
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَر۟رَاس۟ت۟ مٖى دٖيدَم۟ كِه دٖى رُوز۟ مَزَارِ پَدَرِ مَنَس۟ت۟
    دَر۟رَاس۟ت۟ مٖى دٖيدَم۟ كِه دٖى رُوز۟ مَزَارِ پَدَرِ مَنَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, dengan lalai aku melihat masa lalu di sisi kananku guna mencari pelipur lara. Namun aku melihat hari kemarin berupa kubur ayahku. Masa lalu tampak bagiku seperti kuburan besar nenek mo- yangku. Alih-alih mendapatkan pelipur lara, hal ini justru membuatku semakin pilu.
    Evet, gafletle sağımdaki geçmiş zamandan teselli almak için baktım. Fakat gördüm ki dünkü gün, pederimin kabri ve geçmiş zaman, ecdadımın bir mezar-ı ekberi suretinde göründü. Teselli yerine vahşet verdi.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hanya saja kemudian iman memperlihatkan kuburan besar itu sebagai majelis bersinar dan tempat berkumpulnya para kekasih.
    Hâşiye: İman, o vahşetli mezar-ı ekberi, ünsiyetli bir meclis-i münevver ve bir mecma-ı ahbap gösterir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَ دَر۟ چَپ۟ دٖيدَم۟ كِه فَر۟دَا قَب۟رِ مَنَس۟ت۟
    وَ دَر۟ چَپ۟ دٖيدَم۟ كِه فَر۟دَا قَب۟رِ مَنَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kemudian aku menatap masa depan di sisi kiri. Aku tidak menemukan obat padanya. Namun esok tampak bagiku dalam bentuk kuburku. Masa depan terlihat sebagai kuburan bagi orang-orang se- pertiku dan pemakaman bagi generasi kemudian. Alih-alih mendapat pelipur lara, hal itu malah membuatku semakin pilu.
    Sonra soldaki istikbale baktım. Derman bulamadım. Belki yarınki gün, benim kabrim ve istikbal ise emsalimin ve nesl-i âtinin bir kabr-i ekberi suretinde görünüp ünsiyet değil belki vahşet verdi.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hanya saja iman dan rasa tenteram yang dihasilkannya memper- lihatkan kuburan besar itu sebagai undangan kasih sayang Tuhan di istana kebahagiaan yang indah.
    Hâşiye: İman ve huzur-u iman, o dehşetli kabr-i ekberi sevimli saadet saraylarında bir davet-i Rahmaniye gösterir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَ اٖيم۟رُوز۟ تَابُوتِ جِس۟مِ پُر۟ اِض۟طِرَابِ مَنَس۟ت۟
    وَ اٖيم۟رُوز۟ تَابُوتِ جِس۟مِ پُر۟ اِض۟طِرَابِ مَنَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Karena sisi kiri tidak berguna, aku pun melihat ke hari ini. Ternyata ia seperti keranda yang membawa jenazah tubuhku yang be- rada dalam kondisi antara mati dan hidup.
    Soldan dahi hayır görünmediği için hazır güne baktım. Gördüm ki şu gün, güya bir tabuttur. Hareket-i mezbuhanede olan cismimin cenazesini taşıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hanya saja iman memperlihatkan keranda itu sebagai tempat bisnis dan jamuan yang mewah.
    Hâşiye: İman, o tabutu, bir ticaretgâh ve şaşaalı bir misafirhane gösterir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بَر۟ سَرِ عُم۟ر۟ جَنَازَۀِ مَن۟ اٖيس۟تَادَه اَس۟ت۟
    بَر۟ سَرِ عُم۟ر۟ جَنَازَۀِ مَن۟ اٖيس۟تَادَه اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Maka, dari sisi ini aku tidak menemukan obat. Kuangkat kepalaku untuk melihat ke puncak pohon usiaku. Kutatap betapa jenazahku merupakan buah satu-satunya dari pohon tersebut. Ia se- dang menantiku di sana.
    İşbu cihetten dahi deva bulamadım. Sonra başımı kaldırıp şecere-i ömrümün başına baktım. Gördüm ki o ağacın tek meyvesi, benim cenazemdir ki o ağacın üstünde duruyor, bana bakıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hanya saja iman kemudian memperlihatkan bahwa buah terse- but bukanlah jenazah. Namun ia merupakan ruhku yang menuju ke- hidupan abadi dan menantikan kebahagiaan abadi dengan melepas sangkarnya yang lama guna melayang di antara bintang-gemintang.
    Hâşiye: İman, o ağacın meyvesini cenaze değil belki ebedî hayata mazhar ve ebedî saadete namzet olan ruhumun eskimiş yuvasından yıldızlarda gezmek için çıktığını gösterir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَر۟ قَدَم۟ اٰبِ خَاكِ خِل۟قَتِ مَن۟ وَ خَاكِس۟تَرِ عِظَامِ مَنَس۟ت۟
    دَر۟ قَدَم۟ اٰبِ خَاكِ خِل۟قَتِ مَن۟ وَ خَاكِس۟تَرِ عِظَامِ مَنَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku pun berpaling dari sisi tersebut. Kutundukkan kepala- ku. Kulihat tulangku yang telah rusak dan hancur bercampur dengan tanah awal penciptaanku. Ia diinjak oleh berbagai kaki. Sisi ini mem- buatku semakin sakit dan sama sekali tidak membantu.
    O cihetten dahi meyus olup başımı aşağıya eğdim. Baktım ki aşağıda ayak altında kemiklerimin toprağı ile mebde-i hilkatimin toprağı birbirine karışmış gördüm. Derman değil, derdime dert kattı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hanya saja iman memperlihatkan tanah tersebut sebagai pintu menuju rahmat Tuhan dan tirai ruang surga.
    Hâşiye: İman, o toprağı rahmet kapısı ve cennet salonunun perdesi olduğunu gösterir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    چُون۟ دَر۟ پَس۟ مٖينِگَرَم۟ بٖينَم۟ اٖين۟ دُن۟يَاءِ بٖى بُن۟يَاد۟ هٖيچ۟ دَر۟ هٖيچَس۟ت۟
    چُون۟ دَر۟ پَس۟ مٖينِگَرَم۟ بٖينَم۟ اٖين۟ دُن۟يَاءِ بٖى بُن۟يَاد۟ هٖيچ۟ دَر۟ هٖيچَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kupalingkan pandanganku dari sisi itu menoleh ke be- lakang. Kulihat dunia yang fana bergulir menuju lembah kesia-siaan dan gelapnya ketiadaan. Alih-alih menjadi pelipur lara, sisi ini justru menghembuskan racun rasa cemas dan takut ke dalam penyakitku.
    Ondan dahi nazarı çevirip arkama baktım. Gördüm ki esassız, fâni bir dünya, hiçlik derelerinde ve adem zulümatında yuvarlanıp gidiyor. Derdime merhem değil belki vahşet ve dehşet zehirini ilâve etti.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hanya saja iman memperlihatkan bahwa dunia yang bergulir di kegelapan itu tidak lain merupakan ketentuan Ilahi dan lembaran tulisan-Nya yang menyudahi tugasnya, memberikan maknanya, serta meninggalkan buahnya di alam wujud sebagai ganti darinya.
    Hâşiye: İman, o zulümatta yuvarlanan dünyayı, vazifesi bitmiş, manasını ifade etmiş, neticelerini kendine bedel vücudda bırakmış mektubat-ı Samedaniye ve sahaif-i nukuş-u Sübhaniye olduğunu gösterir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَ دَر۟ پٖيش۟ اَن۟دَازَۀِ نَظَر۟ مٖيكُنَم۟ دَرِ قَبِر۟ كُشَادَه اَس۟ت۟
    وَ دَر۟ پٖيش۟ اَن۟دَازَۀِ نَظَر۟ مٖيكُنَم۟ دَرِ قَبِر۟ كُشَادَه اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَ رَاهِ اَبَد۟ بَدُورِ دِرَاز۟ بَدٖيدَارَس۟ت۟
    وَ رَاهِ اَبَد۟ بَدُورِ دِرَاز۟ بَدٖيدَارَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketika pada sisi ini aku juga tidak menemukan sebuah ke- baikan, maka kuarahkan pandangan ke depan. Kulihat pintu kubur terbuka di awal perjalananku. Di belakangnya tampak dengan jelas jalan yang membentang menuju keabadian.
    Onda dahi hayır görmediğim için ön tarafıma, ileriye nazarımı gönderdim. Gördüm ki kabir kapısı, yolumun başında açık görünüp onun arkasında ebede giden cadde, uzaktan uzağa nazara çarpıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Adapun iman, ia menjadikan pintu kubur tersebut sebagai pin- tu menuju alam cahaya, sementara jalan tadi adalah jalan menuju ke- bahagiaan yang kekal. Maka, iman benar-benar menjadi balsam yang bisa menyembuhkan penyakitku.
    Hâşiye: İman, o kabir kapısını, âlem-i nur kapısı ve o yol dahi saadet-i ebediye yolu olduğunu gösterdiğinden dertlerime hem derman hem merhem olur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    مَرَا جُز۟ جُز۟ءِ اِخ۟تِيَارٖى چٖيزٖى نٖيس۟ت۟ دَر۟ دَس۟ت۟
    مَرَا جُز۟ جُز۟ءِ اِخ۟تِيَارٖى چٖيزٖى نٖيس۟ت۟ دَر۟ دَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jadi, pada keenam sisi di atas aku tidak menemukan satu pun pelipur lara. Yang kudapatkan hanya rasa resah dan gelisah. Pada ke- semuanya aku tidak mendapatkan sandaran kecuali sebagian kecil dari ikhtiarku yang parsial.
    İşte şu altı cihette ünsiyet ve teselli değil belki dehşet ve vahşet aldığım onlara mukabil benim elimde bir cüz-i ihtiyarîden başka hiçbir şey yoktur ki ona dayanıp onunla mukabele edeyim.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Adapun iman, ia memberikan sebuah instrumen kepadaku agar aku bisa bersandar kepada qudrah-Nya yang Mahaagung sebagai ganti dari ikhtiar ini.
    Hâşiye: İman, o cüz-i lâyetecezza hükmündeki cüz-i ihtiyarî yerine, gayr-ı mütenahî bir kudrete istinad etmek için bir vesika verir ve belki iman bir vesikadır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    كِه اُو جُز۟ء۟ هَم۟ عَاجِز۟ هَم۟ كُوتَاهُ و هَم۟ كَم۟ عَيَارَس۟ت۟
    كِه اُو جُز۟ء۟ هَم۟ عَاجِز۟ هَم۟ كُوتَاهُ و هَم۟ كَم۟ عَيَارَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ikhtiar parsialku yang merupakan senjata manusia demikian lemah dan terbatas. Ia tidak bisa mencipta dan hanya bisa berikhtiar.
    Halbuki o cüz-i ihtiyarî denilen silah-ı insanî hem âciz hem kısadır. Hem ayarı noksandır. İcad edemez, kesbden başka hiçbir şey elinden gelmez.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hanya saja iman menjadikan ikhtiar parsial tersebut memadai untuk segala hal karena digunakan di jalan Allah. Ia laksana prajurit yang ikut dalam pasukan negara sehingga dapat menunaikan ribuan kali lipat dari kekuatannya.
    Hâşiye: İman, o cüz-i ihtiyarîyi, Allah namına istimal ettirip her şeye karşı kâfi getirir. Bir askerin cüz’î kuvvetini devlet hesabına istimal ettiği vakit, binler kuvvetinden fazla işler görmesi gibi.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَه دَر۟ مَاضٖى مَجَالِ حُلُول۟ نَه دَر۟ مُس۟تَق۟بَل۟ مَدَارِ نُفُوذ۟ اَس۟ت۟
    نَه دَر۟ مَاضٖى مَجَالِ حُلُول۟ نَه دَر۟ مُس۟تَق۟بَل۟ مَدَارِ نُفُوذ۟ اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Karena ikhtiarku tak mampu menembus masa lalu dan tak ber- pengaruh bagi masa depan, maka ia tak berguna bagi harapan dan ke- pedihanku di masa lalu dan masa mendatang.
    Ne geçmiş zamana hulûl edebilir ne de gelecek zamana nüfuz edebilir. Mazi ve müstakbele ait emellerime ve elemlerime faydası yoktur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Imanlah yang memegang kendali ikhtiarku tersebut dari fisik hewani guna diserahkan ke kalbu dan roh. Karena itu, ia bisa menu- ju masa lalu dan menembus masa depan, di mana wilayah kehidupan kalbu dan ruh sangat luas.
    Hâşiye: İman, dizginini cism-i hayvanînin elinden alıp kalbe, ruha teslim ettiği için maziye nüfuz ve müstakbele hulûl edebilir. Çünkü kalp ve ruhun daire-i hayatı geniştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    مَي۟دَانِ اُو اٖين۟ زَمَانِ حَال۟ و يَك۟ اٰنِ سَيَّالَس۟ت۟
    مَي۟دَانِ اُو اٖين۟ زَمَانِ حَال۟ و يَك۟ اٰنِ سَيَّالَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wilayah ikhtiarku berupa masa kini yang terbatas. Ia temporer dan pasti berakhir.
    O cüz-i ihtiyarînin meydan-ı cevelanı, kısacık şu zaman-ı hazır ve bir ân-ı seyyaldir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بَا اٖين۟ هَمَه فَق۟ر۟هَا وَ ضَع۟ف۟هَا قَلَمِ قُد۟رَتِ تُو اٰشِكَارَه نُوِش۟تَه اَس۟ت۟
    بَا اٖين۟ هَمَه فَق۟ر۟هَا وَ ضَع۟ف۟هَا قَلَمِ قُد۟رَتِ تُو اٰشِكَارَه نُوِش۟تَه اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَر۟ فِط۟رَتِ مَا مَي۟لِ اَبَد۟ وَ اَمَلِ سَر۟مَد۟
    دَر۟ فِط۟رَتِ مَا مَي۟لِ اَبَد۟ وَ اَمَلِ سَر۟مَد۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Di samping seluruh kebutuhanku, kelemahanku, kepapaanku, dan ketidakberdayaanku, aku diserang oleh rasa cemas yang bersum- ber dari enam arah. Sementara harapan yang membentang menuju ke- abadian masuk ke dalam fitrahku.
    İşte şu bütün ihtiyaçlarımla ve zayıflığımla ve fakr ve aczimle beraber altı cihetten gelen dehşetler ve vahşetlerle perişan bir halde iken; kalem-i kudretle sahife-i fıtratımda ebede uzanan arzular ve sermede yayılan emeller aşikâre bir surette yazılmıştır, mahiyetimde dercedilmiştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بَل۟كِه هَر۟ چِه هَس۟ت۟ ، هَس۟ت۟
    بَل۟كِه هَر۟ چِه هَس۟ت۟ ، هَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dalam fitrahku juga tertanam ber- bagai keinginan yang tertulis secara jelas dengan pena qudrah. Bahkan model dari seluruh yang ada di dunia terdapat di dalam fitrahku. Aku terpaut dengan mereka. Aku berusaha untuknya dan terdorong untuk menggapainya.
    Belki dünyada ne varsa numuneleri fıtratımda vardır. Umum onlara karşı alâkadarım. Onlar için çalıştırıyorum, çalışıyorum.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَائِرَۀِ اِح۟تِيَاج۟ مَانَن۟دِ دَائِرَۀِ مَدِّ نَظَر۟ بُزُر۟گٖى دَارَس۟ت۟
    دَائِرَۀِ اِح۟تِيَاج۟ مَانَن۟دِ دَائِرَۀِ مَدِّ نَظَر۟ بُزُر۟گٖى دَارَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wilayah kebutuhan sangat luas seluas mata memandang, bah- kan seluas jangkauan khayalan.
    İhtiyaç dairesi, nazar dairesi kadar büyüktür, geniştir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    خَيَال۟ كُدَام۟ رَسَد۟ اِح۟تِيَاج۟ نٖيز۟ رَسَد۟
    خَيَال۟ كُدَام۟ رَسَد۟ اِح۟تِيَاج۟ نٖيز۟ رَسَد۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَر۟ دَس۟ت۟ هَر۟چِه نٖيس۟ت۟ دَر۟ اِح۟تِيَاج۟ هَس۟ت۟
    دَر۟ دَس۟ت۟ هَر۟چِه نٖيس۟ت۟ دَر۟ اِح۟تِيَاج۟ هَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Bahkan semua yang tidak dapat diraih oleh tangan termasuk dalam kebutuhan, sementara yang tidak terjang- kau oleh tangan sungguh tidak terbatas. Sedangkan wilayah kemam- puan sangat terbatas sebatas jangkauan tangan.
    Hattâ hayal nereye gitse ihtiyaç dairesi dahi oraya gider. Orada da hâcet vardır. Belki her ne ki elde yok, ihtiyaçta vardır. Elde olmayan, ihtiyaçta vardır. Elde bulunmayan ise hadsizdir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَائِرَۀِ اِق۟تِدَار۟ هَم۟چُو دَائِرَۀِ دَس۟تِ كُوتَاه۟ كُوتَاهَس۟ت۟
    دَائِرَۀِ اِق۟تِدَار۟ هَم۟چُو دَائِرَۀِ دَس۟تِ كُوتَاه۟ كُوتَاهَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Artinya kefakiran dan kebutuhanku seluas dunia, sementara modalku sangat parsial dan kecil.
    Halbuki daire-i iktidar, kısa elimin dairesi kadar kısa ve dardır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    پَس۟ فَق۟رُ و حَاجَاتِ مَا بَقَد۟رِ جِهَانَس۟ت۟
    پَس۟ فَق۟رُ و حَاجَاتِ مَا بَقَد۟رِ جِهَانَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kebutuhan yang seukuran alam ini di mana ia hanya bisa diraih dengan miliaran sama sekali tak bisa dibandingkan dengan ikhtiarku yang parsial.
    Demek fakr u ihtiyaçlarım, dünya kadardır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَ سَر۟مَايَۀِ مَا هَم۟ چُو جُز۟ءِ لَايَتَجَزَّا اَس۟ت۟
    وَ سَر۟مَايَۀِ مَا هَم۟ چُو جُز۟ءِ لَايَتَجَزَّا اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Berbagai kebutuhan tersebut tak bisa dibeli dengan harga yang sangat sedikit ini.
    Sermayem ise cüz-i lâyetecezza gibi cüz’î bir şeydir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اٖين۟ جُز۟ء۟ كُدَام۟ وَ اٖين۟ كَائِنَاتِ حَاجَات۟ كُدَامَس۟ت۟
    اٖين۟ جُز۟ء۟ كُدَام۟ وَ اٖين۟ كَائِنَاتِ حَاجَات۟ كُدَامَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ia tidak mungkin bisa diraih dengannya. Maka, harus dicari cara lain.
    İşte şu cihan kadar ve milyarlar ile ancak istihsal edilen hâcet nerede? Ve bu beş paralık cüz-i ihtiyarî nerede? Bununla onların mübayaasına gidilmez. Bununla onlar kazanılmaz. Öyle ise başka bir çare aramak gerektir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    پَس۟ دَر۟ رَاهِ تُو اَز۟ اٖين۟ جُز۟ء۟ نٖيز۟ بَاز۟ مٖى گُذَش۟تَن۟ چَارَۀِ مَن۟ اَس۟ت۟
    پَس۟ دَر۟ رَاهِ تُو اَز۟ اٖين۟ جُز۟ء۟ نٖيز۟ بَاز۟ مٖى گُذَش۟تَن۟ چَارَۀِ مَن۟ اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Cara tersebut adalah dengan melepas ikhtiar parsial tadi sekaligus menye- rahkannya kepada kehendak Ilahi. Jadi, dengan menanggalkan kekua- tan dan upaya sendiri serta memohon daya dan kekuatan Allah. De- ngan demikian, manusia berpegang pada tali tawakkal. Wahai Tuhan, karena hanya ini sarana menuju keselamatan, maka aku berlepas dari ikhtiarku yang parsial dan egoku di jalan-Mu.
    O çare ise şudur ki o cüz-i ihtiyarîden dahi vazgeçip, irade-i İlahiyeye işini bırakıp, kendi havl ve kuvvetinden teberri edip, Cenab-ı Hakk’ın havl ve kuvvetine iltica ederek hakikat-i tevekküle yapışmaktır. Yâ Rab! Madem çare-i necat budur. Senin yolunda o cüz-i ihtiyarîden vazgeçiyorum ve enaniyetimden teberri ediyorum.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    تَا عِنَايَتِ تُو دَس۟ت۟گٖيرِ مَن۟ شَوَد۟ رَح۟مَتِ بٖى نِهَايَتِ تُو پَنَاهِ مَن۟ اَس۟ت۟
    تَا عِنَايَتِ تُو دَس۟ت۟گٖيرِ مَن۟ شَوَد۟ رَح۟مَتِ بٖى نِهَايَتِ تُو پَنَاهِ مَن۟ اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Hal itu agar pertolo- ngan-Mu membantu sebagai wujud rahmat-Mu terhadap kelemahan dan ketidakberdayaanku serta agar rahmat-Mu menjadi sandaranku dan agar pintunya terbuka bagiku.
    Tâ senin inayetin, acz ve zaafıma merhameten elimi tutsun. Hem tâ senin rahmetin, fakr u ihtiyacıma şefkat edip bana istinadgâh olabilsin, kendi kapısını bana açsın.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اٰن۟ كَس۟ كِه بَح۟رِ بٖى نِهَايَتِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ اَس۟ت۟
    اٰن۟ كَس۟ كِه بَح۟رِ بٖى نِهَايَتِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    تَك۟يَه نَه كُنَد۟ بَر۟ اٖين۟ جُز۟ءِ اِخ۟تِيَارٖى كِه يَك۟ قَط۟رَه سَرَابَس۟ت۟
    تَك۟يَه نَه كُنَد۟ بَر۟ اٖين۟ جُز۟ءِ اِخ۟تِيَارٖى كِه يَك۟ قَط۟رَه سَرَابَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, setiap orang yang menemukan lautan rahmat yang tak berte- pi tidak akan bersandar pada ikhtiarnya sendiri yang laksana setetes fatamorgana. Ia tidak akan menyerahkan urusannya kepadanya, tetapi kepada rahmat tersebut.
    Evet, her kim ki rahmetin nihayetsiz denizini bulsa elbette bir katre serap hükmünde olan cüz-i ihtiyarına itimat etmez, rahmeti bırakıp ona müracaat etmez.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اَي۟وَاه۟ اٖين۟ زِن۟دِگَانٖى هَم۟ چُو خَابَس۟ت۟
    اَي۟وَاه۟ اٖين۟ زِن۟دِگَانٖى هَم۟ چُو خَابَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وٖين۟ عُم۟رِ بٖى بُن۟يَاد۟ هَم۟ چُو بَادَس۟ت۟
    وٖين۟ عُم۟رِ بٖى بُن۟يَاد۟ هَم۟ چُو بَادَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sungguh malang! Kami telah tertipu. Kami mengira kehidupan dunia ini abadi. Dengan pandangan semacam itu, kami telah menyia- nyiakan segalanya.Ya, kehidupan ini seperti tidur sesaat lalu lenyap seperti mimpi.
    Eyvah! Aldandık. Şu hayat-ı dünyeviyeyi sabit zannettik. O zan sebebiyle bütün bütün zayi ettik. Evet, şu güzeran-ı hayat bir uykudur, bir rüya gibi geçti. Şu temelsiz ömür dahi bir rüzgâr gibi uçar gider.
    Usia yang rapuh ini pergi bagaikan angin yang bertiup.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اِن۟سَان۟ بَزَوَال۟ دُن۟يَا بَفَنَا اَس۟ت۟ اٰمَال۟ بٖى بَقَا اٰلَام۟ بَبَقَا اَس۟ت۟
    اِن۟سَان۟ بَزَوَال۟ دُن۟يَا بَفَنَا اَس۟ت۟ اٰمَال۟ بٖى بَقَا اٰلَام۟ بَبَقَا اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Manusia sombong yang membanggakan diri dan menyangka dirinya abadi ternyata akan menghilang. Ia akan segera pergi. Semen- tara dunia yang menjadi tempatnya akan menuju gelapnya ketiadaan. Berbagai harapan berlalu seperti hembusan angin dan yang tersisa ha- nya kepedihan yang tertanam di dalam jiwa.
    Kendine güvenen ve ebedî zanneden mağrur insan, zevale mahkûmdur. Süratle gidiyor. Hane-i insan olan dünya ise zulümat-ı ademe sukut eder. Emeller bekasız, elemler ruhta bâki kalır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بِيَا اَى۟ نَف۟سِ نَافَر۟جَام۟ وُجُودِ فَانِىِ خُود۟رَا فَدَا كُن۟
    بِيَا اَى۟ نَف۟سِ نَافَر۟جَام۟ وُجُودِ فَانِىِ خُود۟رَا فَدَا كُن۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    خَالِقِ خُود۟رَا كِه اٖين۟ هَس۟تٖى وَدٖيعَه هَس۟ت۟
    خَالِقِ خُود۟رَا كِه اٖين۟ هَس۟تٖى وَدٖيعَه هَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika hakikatnya demikian. Marilah wahai diri yang merindu- kan kehidupan, yang mengharap usia panjang, yang mencintai dunia, yang menghadapi derita tak terhingga dan harapan tak terkira. Wahai diri yang malang, sadarlah! Tidakkah engkau melihat bahwa kunang- kunang yang bersandar pada cahayanya selalu berada dalam kegela- pan malam yang pekat. Sementara lebah yang tidak bertumpu pada dirinya mendapatkan cahaya siang. Ia bisa melihat sejumlah bunga yang merupakan temannya berkilau dengan cahaya matahari. Begitu pula dengan dirimu. Jika engkau bersandar pada eksistensi, diri, dan egomu, engkau akan seperti kunang-kunang. Akan tetapi, jika engkau mengorbankan wujudmu yang fana di jalan Penciptamu yang telah menganugerahkannya padamu, engkau akan menjadi seperti lebah. Engkau akan menemukan cahaya wujud yang tak terhingga. Maka, korbankan dirimu, sebab wujud ini merupakan titipan dan amanah yang ada padamu.
    Madem hakikat böyledir, gel ey hayata çok müştak ve ömre çok talip ve dünyaya çok âşık ve hadsiz emeller ile ve elemler ile müptela bedbaht nefsim! Uyan, aklını başına al! Nasıl ki yıldız böceği kendi ışıkçığına itimat eder, gecenin hadsiz zulümatında kalır. Bal arısı, kendine güvenmediği için gündüzün güneşini bulur. Bütün dostları olan çiçekleri, güneşin ziyasıyla yaldızlanmış müşahede eder. Öyle de kendine, vücuduna ve enaniyetine dayansan yıldız böceği gibi olursun. Eğer sen, fâni vücudunu, o vücudu sana veren Hâlık’ın yolunda feda etsen bal arısı gibi olursun. Hadsiz bir nur-u vücud bulursun. Hem feda et. Çünkü şu vücud, sende vedia ve emanettir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَ مُل۟كِ اُو وَ اُو دَادَه فَنَا كُن۟ تَا بَقَا يَابَد۟
    وَ مُل۟كِ اُو وَ اُو دَادَه فَنَا كُن۟ تَا بَقَا يَابَد۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اَز۟ اٰن۟ سِرّٖى كِه ، نَف۟ىِ نَف۟ى۟ اِث۟بَات۟ اَس۟ت۟
    اَز۟ اٰن۟ سِرّٖى كِه ، نَف۟ىِ نَف۟ى۟ اِث۟بَات۟ اَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kemudian alam ini merupakan kerajaan-Nya. Dialah yang telah memberikannya kepadamu. Karena itu, korbankanlah ia tanpa ragu. Korbankan ia agar bisa menjadi kekal, sebab menafikan penafian me- rupakan penetapan. Artinya, jika ketiadaan ditiadakan, maka ia me- rupakan keberadaan. Jika “tiada” tidak ada, berarti hasilnya “ada”.
    Hem onun mülküdür hem o vermiştir. Öyle ise minnet etmeyerek ve çekinmeyerek fena et, feda et tâ beka bulsun. Çünkü nefy-i nefiy, ispattır. Yani yok, yok ise o vardır. Yok, yok olsa var olur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    خُدَاىِ پُر۟كَرَم۟ خُود۟ مُل۟كِ خُود۟رَا مٖى خَرَد۟ اَز۟ تُو
    خُدَاىِ پُر۟كَرَم۟ خُود۟ مُل۟كِ خُود۟رَا مٖى خَرَد۟ اَز۟ تُو
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بَهَاىِ بٖى كِرَان۟ دَادَه بَرَاىِ تُو نِگَاه۟ دَارَس۟ت۟
    بَهَاىِ بٖى كِرَان۟ دَادَه بَرَاىِ تُو نِگَاه۟ دَارَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Allah membeli milik-Nya darimu lalu memberimu harganya dalam jumlah besar, yaitu surga. Ia menjaga milik-Nya itu sekaligus meninggikan nilainya. Lalu Dia akan mengembalikannya kepadamu dalam bentuk yang kekal dan sempurna. Karena itu wahai diri, cepat- lah melakukan perdagangan tersebut! Ia merupakan perdagangan yang memberikan lima keuntungan. Dengan kata lain, engkau mendapat lima keuntungan sekaligus dan selamat dari lima kerugian.
    Hâlık-ı Kerîm, kendi mülkünü senden satın alıyor. Cennet gibi büyük bir fiyatı verir. Hem o mülkü senin için güzelce muhafaza ediyor. Kıymetini yükselttiriyor. Yine sana hem bâki hem mükemmel bir surette verecektir. Öyle ise ey nefsim! Hiç durma. Birbiri içinde beş kârlı bu ticareti yap. Tâ beş hasaretten kurtulup beş rıbhi birden kazanasın.
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    فَلَمَّٓا اَفَلَ قَالَ لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ
    فَلَمَّٓا اَفَلَ قَالَ لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    لَقَد۟ اَب۟كَانٖى نَع۟ىُ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مِن۟ خَلٖيلِ اللّٰهِ
    لَقَد۟ اَب۟كَانٖى نَع۟ىُ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مِن۟ خَلٖيلِ اللّٰهِ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    “Tatkala bintang itu terbenam, ia berkata, “Saya tidak suka kepada yang terbenam.” (QS. al-An’âm [6]: 76).
    İbrahim aleyhisselâmdan sudûr ile kâinatın zeval ve ölümünü ilan eden na’y-ı لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ beni ağlattırdı.
    Ungkapan duka, “Saya tidak suka kepada yang terbenam” yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim  di saat kepergian entitas telah mem- buatku menangis.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    فَصَبَّت۟ عَي۟نُ قَل۟بٖى قَطَرَاتٍ بَاكِيَاتٍ مِن۟ شُئُونِ اللّٰهِ
    فَصَبَّت۟ عَي۟نُ قَل۟بٖى قَطَرَاتٍ بَاكِيَاتٍ مِن۟ شُئُونِ اللّٰهِ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mata kalbuku menuangkan sejumlah tetesan. Setiap tetes membawa kesedihan dan duka yang membuatku menangis. Te- tesan itu tidak lain adalah sejumlah bait berikut yang datang ke dalam kalbu dalam bahasa Persia.
    Onun için kalp gözü ağladı ve ağlayıcı katreleri döktü. Kalp gözü ağladığı gibi döktüğü her bir damlası da o kadar hazîndir, ağlattırıyor. Güya kendisi de ağlıyor. O damlalar, gelecek Farisî fıkralardır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    لِتَف۟سٖيرِ كَلَامٍ مِن۟ حَكٖيمٍ اَى۟ نَبِىٍّ فٖى كَلَامِ اللّٰهِ
    لِتَف۟سٖيرِ كَلَامٍ مِن۟ حَكٖيمٍ اَى۟ نَبِىٍّ فٖى كَلَامِ اللّٰهِ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ia semacam penjelasan dari ucapan Khali- lullah, sang nabi yang bijak, Ibrahim , sebagaimana terkandung da- lam ayat di atas, “Saya tidak suka kepada yang terbenam.
    İşte o damlalar ise Nebiyy-i Peygamber olan bir Hakîm-i İlahî’nin kelâmullah içinde bulunan bir kelâmının bir nevi tefsiridir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَمٖى زٖيبَاس۟ت۟ اُفُول۟دَه گُم۟ شُدَن۟ مَح۟بُوب۟
    نَمٖى زٖيبَاس۟ت۟ اُفُول۟دَه گُم۟ شُدَن۟ مَح۟بُوب۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kekasih yang terbenam bukanlah kekasih yang indah. Makhluk yang fana tidak akan memiliki keindahan yang hakiki dan tidak akan disukai oleh kalbu. Sebab, kalbu yang tercipta untuk mencintai keaba- dian dan memantulkan cahaya kekekalan tidak menyenangi kefanaan dan tidak layak dengannya.
    Güzel değil batmakla gaib olan bir mahbub. Çünkü zevale mahkûm, hakiki güzel olamaz. Aşk-ı ebedî için yaratılan ve âyine-i Samed olan kalp ile sevilmez ve sevilmemeli.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَمٖى اَر۟زَد۟ غُرُوب۟دَه غَي۟ب۟ شُدَن۟ مَط۟لُوب۟
    نَمٖى اَر۟زَد۟ غُرُوب۟دَه غَي۟ب۟ شُدَن۟ مَط۟لُوب۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Permintaan yang akan segera lenyap tidak layak menjadi pautan kalbu dan tidak pantas dirisaukan. Sebab, ia tidak bisa menjadi ruju- kan amal dan tambatan harapan. Diri tidak boleh meratapinya, apalagi untuk disenangi, digandrungi, dan disembah kalbu?
    Bir matlub ki gurûbda gaybubet etmeye mahkûmdur; kalbin alâkasına, fikrin merakına değmiyor. Âmâle merci olamıyor. Arkasında gam ve kederle teessüf etmeye lâyık değildir. Nerede kaldı ki kalp ona perestiş etsin ve ona bağlansın kalsın.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَمٖى خٰواهَم۟ فَنَادَه مَح۟و۟ شُدَن۟ مَق۟صُود۟
    نَمٖى خٰواهَم۟ فَنَادَه مَح۟و۟ شُدَن۟ مَق۟صُود۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Tujuan yang lenyap dalam kefanaan tak kuinginkan. Aku tidak menginginkan sesuatu yang fana, sebab aku juga makhluk yang fana. Apa arti sesuatu yang fana bagiku?
    Bir maksud ki fenada mahvoluyor, o maksudu istemem. Çünkü fâniyim, fâni olanı istemem; neyleyeyim?
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَمٖى خٰوانَم۟ زَوَال۟دَه دَف۟ن۟ شُدَن۟ مَع۟بُود۟
    نَمٖى خٰوانَم۟ زَوَال۟دَه دَف۟ن۟ شُدَن۟ مَع۟بُود۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sesembahan yang terkubur dalam ketiadaan tidak akan kuse- ru, kuminta, dan takkan kuberlindung padanya. Sebab, yang tidak mampu memberikan obat bagi penyakitku yang berat dan tidak dapat membalut luka abadiku, bagaimana mungkin menjadi sesembahan, sementara ia sendiri tak dapat menyelamatkan dirinya dari ketiadaan?
    Bir mabud ki zevalde defnoluyor; onu çağırmam, ona iltica etmem. Çünkü nihayetsiz muhtacım ve âcizim. Âciz olan, benim pek büyük dertlerime deva bulamaz. Ebedî yaralarıma merhem süremez. Zevalden kendini kurtaramayan nasıl mabud olur?
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    عَق۟ل۟ فَر۟يَاد۟ مٖى دَارَد۟ نِدَاءِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ رُوحَم۟
    عَق۟ل۟ فَر۟يَاد۟ مٖى دَارَد۟ نِدَاءِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ رُوحَم۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Di hadapan entitas yang bergerak menuju fana, akal yang tertipu dengan alam lahiriah berteriak putus asa setiap kali melihat kepergian yang ia cintai. Jiwa yang berusaha mencari kekasih abadi meratap de- ngan berkata, “Saya tidak suka kepada yang terbenam.
    Evet, zâhire müptela olan akıl, şu keşmekeş kâinatta perestiş ettiği şeylerin zevalini görmek ile meyusane feryat eder ve bâki bir mahbubu arayan ruh dahi لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ feryadını ilan ediyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَمٖى خٰواهَم۟ نَمٖى خٰوانَم۟ نَمٖى تَابَم۟ فِرَاقٖى
    نَمٖى خٰواهَم۟ نَمٖى خٰوانَم۟ نَمٖى تَابَم۟ فِرَاقٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Tidak, aku tidak ingin dan tidak akan sanggup berpisah.
    İstemem, arzu etmem, tâkat getirmem müfarakatı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَمٖى اَر۟زَد۟ مَرَاقَه اٖين۟ زَوَال۟ دَر۟ پَس۟ تَلَاقٖى
    نَمٖى اَر۟زَد۟ مَرَاقَه اٖين۟ زَوَال۟ دَر۟ پَس۟ تَلَاقٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pertemuan yang berakhir dengan perpisahan sangat menyakitkan. Pertemuan yang dihiasi dengan perpisahan tidak layak dicintai dan tidak pantas dirindukan. Pasalnya, sebagaimana hilangnya nikmat merupakan kepedihan, maka membayangkan kepergiannya juga me- rupakan kepedihan. Kumpulan syair para pujangga cinta serta seluruh untaian bait mereka merupakan ratapan yang bersumber dari kepedi- han akibat membayangkan perpisahan.
    Der-akab zeval ile acılanan mülakatlar, keder ve meraka değmez. İştiyaka hiç lâyık değildir. Çünkü zeval-i lezzet, elem olduğu gibi zeval-i lezzetin tasavvuru dahi bir elemdir. Bütün mecazî âşıkların divanları, yani aşknameleri olan manzum kitapları, şu tasavvur-u zevalden gelen elemden birer feryattır. Her birinin bütün divan-ı eş’arının ruhunu eğer sıksan elemkârane birer feryat damlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اَز۟ اٰن۟ دَر۟دٖى گِرٖينِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ قَل۟بَم۟
    اَز۟ اٰن۟ دَر۟دٖى گِرٖينِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ قَل۟بَم۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Bahkan jika engkau memeras intisari syair siapa pun dari mereka, yang terlihat dan keluar hanya- lah ratapan kepedihan yang bersumber dari kondisi membayangkan kepergian.Berbagai pertemuan yang diwarnai oleh perpisahan dan kekasih simbolik yang melahirkan kepedihan memeras kalbuku hingga me- nangis seraya berkata, “Saya tidak suka kepada yang terbenam” seperti yang diungkapkan nabi Ibrahim .
    İşte o zeval-âlûd mülakatlar, o elemli mecazî muhabbetler derdinden ve belasındandır ki kalbim İbrahimvari لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ağlamasıyla ağlıyor ve bağırıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَر۟ اٖين۟ فَانٖى بَقَا خَازٖى بَقَا خٖيزَد۟ فَنَادَن۟
    دَر۟ اٖين۟ فَانٖى بَقَا خَازٖى بَقَا خٖيزَد۟ فَنَادَن۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau benar-benar ingin kekal, sementara engkau berada di dunia yang fana, ketahuilah bahwa:Kekekalan bersumber dari kefanaan. Maka, lenyapkan nafsu am- mârah agar bisa memperoleh kekekalan.
    Eğer şu fâni dünyada beka istiyorsan beka, fenadan çıkıyor. Nefs-i emmare cihetiyle fena bul ki bâki olasın.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    فَنَا شُد۟ هَم۟ فَدَا كُن۟ هَم۟ عَدَم۟ بٖين۟ كِه اَز۟ دُن۟يَا بَقَايَه رَاه۟ فَنَادَن۟
    فَنَا شُد۟ هَم۟ فَدَا كُن۟ هَم۟ عَدَم۟ بٖين۟ كِه اَز۟ دُن۟يَا بَقَايَه رَاه۟ فَنَادَن۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Bebaskan diri dari semua perangai buruk yang menjadi sum- ber penghambaan terhadap dunia. Lenyapkan ia dari dirimu. Berikan seluruh yang kau miliki di jalan Dzat yang kau cintai. Lihatlah kesuda- han seluruh entitas masa lalu menuju ketiadaan. Maka, jalan di dunia yang menuju keabadian hanya bisa digapai lewat kondisi fana.
    Dünya-perestlik esasatı olan ahlâk-ı seyyieden tecerrüd et, fâni ol. Daire-i mülkünde ve malındaki eşyayı, Mahbub-u Hakiki yolunda feda et. Mevcudatın adem-nüma âkıbetlerini gör. Çünkü şu dünyadan bekaya giden yol, fenadan gidiyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    فِكِر۟ فٖيزَار۟ مٖى دَارَد۟ اَنٖينِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ وِج۟دَان۟
    فِكِر۟ فٖيزَار۟ مٖى دَارَد۟ اَنٖينِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ وِج۟دَان۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pikiran manusia yang larut memikirkan sebab-sebab materi senantiasa berada dalam kebingungan dan kerisauan menyaksikan pentas lenyapnya kehidupan dunia. Ia pun meminta pertolongan de- ngan penuh ketundukan. Sementara hati nurani yang mengharapkan wujud hakiki mengikuti sikap nabi Ibrahim  yang berkata, “Saya tidak suka kepada yang terbenam.” Ia memutus sejumlah hubungan dengan para kekasih kiasan. Ia melepas ikatan dengan seluruh entitas yang fana seraya berpegang pada tali abadi dan Kekasih abadi.
    Esbab içine dalan fikr-i insanî, şu zelzele-i zeval-i dünyadan hayrette kalıp meyusane fîzar ediyor. Vücud-u hakiki isteyen vicdan, İbrahim­vari لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ enîniyle mahbubat-ı mecaziyeden ve mevcudat-ı zâileden kat-ı alâka edip Mevcud-u Hakiki’ye ve Mahbub-u Sermedî’ye bağlanıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بِدَان۟ اَى۟ نَف۟سِ نَادَانَم۟ كِه دَر۟ هَر۟ فَر۟د۟ اَز۟ فَانٖى دُو رَاه۟ هَس۟ت۟
    بِدَان۟ اَى۟ نَف۟سِ نَادَانَم۟ كِه دَر۟ هَر۟ فَر۟د۟ اَز۟ فَانٖى دُو رَاه۟ هَس۟ت۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بَا بَاقٖى دُو سِرِّ جَانِ جَانَانٖى
    بَا بَاقٖى دُو سِرِّ جَانِ جَانَانٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai diri yang lalai dan bodoh! Ketahuilah bahwa engkau dapat menemukan dua jalan menuju keabadian pada segala sesuatu yang fana di dunia yang fana ini, sehingga pada keduanya engkau dapat menyaksikan cahaya dan rahasia indah Sang Kekasih hakiki. Hal itu manakala engkau mampu melewati bentuk yang fana dan menembus batas-batas dirimu.
    Ey nâdan nefsim! Bil ki çendan dünya ve mevcudat fânidir. Fakat her fâni şeyde, bâkiye îsal eden iki yol bulabilirsin ve can-ı canan olan Mahbub-u Lâyezal’in tecelli-i cemalinden iki lem’ayı, iki sırrı görebilirsin. Ân şart ki suret-i fâniyeden ve kendinden geçebilirsen…
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    كِه دَر۟ نِع۟مَت۟هَا اِن۟عَام۟ هَس۟ت۟ وَ پَس۟ اٰثَار۟هَا اَس۟مَا بِگٖير۟ مَغ۟زٖى
    كِه دَر۟ نِع۟مَت۟هَا اِن۟عَام۟ هَس۟ت۟ وَ پَس۟ اٰثَار۟هَا اَس۟مَا بِگٖير۟ مَغ۟زٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَ مٖيزَن۟ دَر۟ فَنَا اٰن۟ قِش۟رِ بٖى مَع۟نَا
    وَ مٖيزَن۟ دَر۟ فَنَا اٰن۟ قِش۟رِ بٖى مَع۟نَا
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, pemberian nikmat tampak pada lipatan nikmat. Kelembutan Tuhan Yang Maha Penyayang dapat dirasakan di sela-sela nikmat. Jika engkau menerobos “nikmat” hingga dapat melihat pemberian nikmat, berarti engkau telah menemukan Sang Pemberi nikmat.Kemudian, setiap jejak keabadian Tuhan merupakan risalah-Nya yang tertulis. Masing-masing darinya menjelaskan nama Penciptanya yang mulia. Jika engkau mampu melintas dari ukiran lahiriah menuju makna batinnya, maka engkau akan mendapatkan Sang Pemilik nama lewat nama-nama-Nya yang mulia. Selama engkau berusaha mencapai esensi entitas yang fana, genggamlah maknanya dan biarkan kulitnya terbawa arus kefanaan. Lalu robeklah tirainya tanpa meratapi keper- giannya.
    Evet, nimet içinde in’am görünür; Rahman’ın iltifatı hissedilir. Nimetten in’ama geçsen Mün’im’i bulursun. Hem her eser-i Samedanî, bir mektup gibi bir Sâni’-i Zülcelal’in esmasını bildirir. Nakıştan manaya geçsen esma yoluyla müsemmayı bulursun. Madem şu masnuat-ı fâniyenin mağzını, içini bulabilirsin; onu elde et. Manasız kabuğunu, kışrını acımadan fena seyline atabilirsin.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بَلٖى اٰثَار۟هَا گُويَن۟د۟ زِاَس۟مَا لَف۟ظِ پُر۟ مَع۟نَا بِخَان۟ مَع۟نَا
    بَلٖى اٰثَار۟هَا گُويَن۟د۟ زِاَس۟مَا لَف۟ظِ پُر۟ مَع۟نَا بِخَان۟ مَع۟نَا
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَ مٖيزَن۟ دَر۟ هَوَا اٰن۟ لَف۟ظِ بٖى سَو۟دَا
    وَ مٖيزَن۟ دَر۟ هَوَا اٰن۟ لَف۟ظِ بٖى سَو۟دَا
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, tidak ada sesuatu pun di alam ini kecuali merupakan lafal yang menuturkan berbagai makna agung. Bahkan ia mengungkap se- bagian besar nama-nama Penciptanya yang agung. Selama makhluk yang ada merupakan lafal dan kalimat qudrah Ilahi, maka bacalah esensinya dan jagalah ia di dalam kalbu. Lemparkan lafal-lafal yang ti- dak berharga dalam hembusan angin tanpa pernah menyesalinya dan tanpa disibukkan olehnya.
    Evet, masnuatta hiçbir eser yok ki çok manalı bir lafz-ı mücessem olmasın, Sâni’-i Zülcelal’in çok esmasını okutturmasın. Madem şu masnuat elfazdır, kelimat-ı kudrettir; manalarını oku, kalbine koy. Manasız kalan elfazı, bilâ-perva zevalin havasına at. Arkalarından alâkadarane bakıp meşgul olma.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    عَق۟ل۟ فَر۟يَاد۟ مٖى دَارَد۟ غِيَاثِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖيزَن۟ اَى۟ نَف۟سَم۟
    عَق۟ل۟ فَر۟يَاد۟ مٖى دَارَد۟ غِيَاثِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖيزَن۟ اَى۟ نَف۟سَم۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Akal yang diuji dengan berbagai fenomena dunia hanya memiliki pengetahuan yang bersifat lahiriah terseret oleh rangkaian pemikiran- nya menuju ketiadaan dan kehampaan. Karena itu, ia berada dalam keresahan dan cemas dengan kondisi yang ada. Ia pun berteriak putus asa seraya mencari jalan keluar dari dilema yang dialami agar bisa me- nemukan jalan lurus yang mengantarnya pada hakikat.Ketika jiwa melepaskan sesuatu yang fana, kalbu juga mening- galkan kekasih yang segera lenyap, lalu hati nurani berpaling dari semua yang fana, maka wahai diri yang papa ucapkan sebagaimanayang diucapkan oleh nabi Ibrahim , “Saya tidak suka kepada yang terbenam.” Lalu selamatkan dirimu!
    İşte zâhir-perest ve sermayesi âfakî malûmattan ibaret olan akl-ı dünyevî, böyle silsile-i efkârı hiçe ve ademe incirar ettiğinden, hayretinden ve haybetinden meyusane feryat ediyor. Hakikate giden bir doğru yol arıyor. Madem ufûl edenlerden ve zeval bulanlardan ruh elini çekti. Kalp dahi mecazî mahbublardan vazgeçti. Vicdan dahi fânilerden yüzünü çevirdi. Sen dahi bîçare nefsim, İbrahimvari لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ gıyasını çek, kurtul.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    چِه خُوش۟ گُويَد۟ اُو شَي۟دَا جَامٖى عِش۟ق۟ خُوى۟
    چِه خُوش۟ گُويَد۟ اُو شَي۟دَا جَامٖى عِش۟ق۟ خُوى۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Lihatlah! Betapa indah ucapan Jami, seorang pujangga yang dimabuk cinta hingga seolah-olah fitrahnya telah menyatu dengan cinta kepada Tuhan di saat hendak mengarahkan pandangan kepada tauhid dan berpaling dari banyak hal yang berserakan.
    Fıtratı aşkla yoğrulmuş gibi sermest-i câm-ı aşk olan Mevlana Câmî, kesretten vahdete yüzleri çevirmek için bak ne güzel söylemiş:
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    6يَكٖى خٰواه۟1  يَكٖى خٰوان۟2  يَكٖى جُوى۟3  يَكٖى بٖين۟4  يَكٖى دَان۟5  يَكٖى گُوى۟
    6يَكٖى خٰواه۟1  يَكٖى خٰوان۟2  يَكٖى جُوى۟3  يَكٖى بٖين۟4  يَكٖى دَان۟5  يَكٖى گُوى۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ia berkata:
    demiştir. (Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Yalnız bu satır Mevlana Câmî’nin kelâmıdır.</ref>)
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kutuju Yang Esa, sebab yang lain tak layak dituju.
    1 - Yani yalnız biri iste, başkaları istenmeye değmiyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kupinta Yang Esa, sebab yang lain tak dapat mengabulkan doa.
    2 - Biri çağır, başkaları imdada gelmiyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kuseru Yang esa, sebab yang lain tak layak diseru.
    3 - Biri talep et, başkalar lâyık değiller.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Perhatikan Yang Esa, sebab yang lain tak bisa terus terlihat, namun akan lenyap di balik tirai kefanaan.
    4 - Biri gör, başkalar her vakit görünmüyorlar, zeval perdesinde saklanıyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kukenal Yang Esa, sebab semua yang tak mengantar untuk mengenal-Nya tidak berguna.
    5 - Biri bil, marifetine yardım etmeyen başka bilmekler faydasızdır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kusebut Yang Esa, sebab semua ucapan dan sebutan yang tak ada kaitan dengan-Nya tidak bermanfaat sama sekali.
    6 - Biri söyle, ona ait olmayan sözler malayani sayılabilir.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَعَم۟ صَدَق۟تَ اَى۟ جَامٖى هُوَ ال۟مَط۟لُوبُ ۝ هُوَ ال۟مَح۟بُوبُ ۝ هُوَ ال۟مَق۟صُودُ ۝ هُوَ ال۟مَع۟بُودُ
    نَعَم۟ صَدَق۟تَ اَى۟ جَامٖى هُوَ ال۟مَط۟لُوبُ ۝ هُوَ ال۟مَح۟بُوبُ ۝ هُوَ ال۟مَق۟صُودُ ۝ هُوَ ال۟مَع۟بُودُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ya, Anda benar wahai Jami. Dialah yang dipinta, Dia-lah yang dicinta, Dia-lah yang dituju, dan Dia-lah yang disembah.
    Evet Câmî, pek doğru söyledin. Hakiki mahbub, hakiki matlub, hakiki maksud, hakiki mabud; yalnız odur.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    كِه لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ عَالَم۟
    كِه لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ عَالَم۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Seluruh alam laksana halakah zikir dan tahlil yang besar yang mendendangkan lâ ilâha illallâh dengan beragam lisan dan irama. Semua mengakui tauhid. Maka ia dapat mengobati luka menganga yang ditimbulkan oleh ungkapan “Saya tidak suka kepada yang terbe- nam”. Seolah-olah ia berkata, “Marilah menuju Kekasih abadi. Lepas- kan tanganmu dari semua kekasih yang fana.
    Çünkü bu âlem bütün mevcudatıyla muhtelif dilleriyle, ayrı ayrı nağamatıyla zikr-i İlahînin halka-i kübrasında beraber لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو der, vahdaniyete şehadet eder. لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ in açtığı yaraya merhem sürüyor ve alâkayı kestiği mecazî mahbublara bedel, bir Mahbub-u Lâyezalî’yi gösteriyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ***
    <nowiki>*</nowiki> * *
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu,(*<ref>*Maksudnya tahun 1922 M.</ref>)aku berada di puncak bukit Yusha yang mengarah ke selat Bosphorus, Istanbul. Ketika aku memutuskan untuk menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan dunia, se- jumlah sahabat dekat datang mengajakku kembali kepada kondisiku dahulu. Maka, kukatakan pada mereka, “Tinggalkan diriku sendi- rian hingga esok untuk beristikharah kepada Tuhan. Di pagi harinya, datanglah dua potret berikut ke dalam kalbuku. Keduanya mirip de- ngan syair, namun ia bukanlah syair. Spontanitasnya tetap kupelihara dan kujaga sebagaimana adanya.
    Bundan yirmi beş sene kadar evvel İstanbul Boğazı’ndaki Yuşa Tepesi’nde, dünyanın terkine karar verdiğim bir zamanda, bir kısım mühim dostlarım beni dünyaya, eski vaziyetime döndürmek için yanıma geldiler. Dedim: “Yarına kadar beni bırakınız, istihare edeyim.” Sabahleyin kalbime bu iki levha hutur etti. Şiire benzer fakat şiir değiller. O mübarek hatıranın hatırı için ilişmedim. Geldiği gibi muhafaza edildi.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Lalu kusisipkan ia pada penutup “Ka- limat Kedua Puluh Tiga.” Karena konteksnya sesuai, ia dimasukkan di sini.
    Yirmi Üçüncü Söz’ün âhirine ilhak edilmişti. Makam münasebetiyle buraya alındı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Birinci_Levha"></span>
    === Birinci Levha ===
    ===Potret Pertama===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    (potret yang menggambarkan hakikat dunia bagi orang-orang lalai)
    '''Ehl-i gaflet dünyasının hakikatini tasvir eder levhadır.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jangan mengajakku kepada dunia, aku telah mendatanginya Dan aku melihat kerusakan dan kefanaan padanya.
    Beni dünyaya çağırma Ona geldim fena gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketika kelalaian menjadi hijab, dan menutupi cahaya Allah,
    Demâ gaflet hicab oldu Ve nur-u Hak nihan gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kulihat seluruh entitas fana dan berbahaya.
    Bütün eşya-yı mevcudat Birer fâni muzır gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau berkata, “Wujud.” Ia telah kukenakan.
    Vücud desen onu giydim Âh ademdi çok bela gördüm.
    Betapa banyak penderitaan dalam ketiadaan.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau berkata, “Kehidupan.” Aku telah mencicipinya.Betapa banyak siksaan yang kurasakan.
    Hayat desen onu tattım Azap-ender azap gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebab, akal menjadi hukuman, keabadian menjadi ujian.
    Akıl ayn-ı ikab oldu Bekayı bir bela gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Usia seperti angin, kesempurnaan menjadi sia-sia.
    Ömür ayn-ı heva oldu Kemal ayn-ı heba gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Amal menjadi sumber riya, harapan menjadi sumber derita.
    Amel ayn-ı riya oldu Emel ayn-ı elem gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Perjumpaan menjadi perpisahan, obat menjadi penyakit.
    Visal nefs-i zeval oldu Devayı ayn-ı dâ’ gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Cahaya menjadi kegelapan, para kekasih menjadi yatim.
    Bu envar zulümat oldu Bu ahbabı yetim gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Suara menjadi rintihan, makhluk hidup menjadi mati.
    Bu savtlar na’y-ı mevt oldu Bu ahyayı mevat gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ilmu menjadi ilusi, seribu penyakit dalam hikmah.
    Ulûm evhama kalboldu Hikemde bin sekam gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kenikmatan menjadi derita, seribu “tiada” dalam wujud.
    Lezzet ayn-ı elem oldu Vücudda bin adem gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau berkata, “kekasih!”. Aku telah mendapatkannya.Oh, betapa penderitaan dalam perpisahan.
    Habib desen onu buldum Âh firakta çok elem gördüm.
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="İkinci_Levha"></span>
    === İkinci Levha ===
    ===Potret Kedua===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    (Potret yang menunjukkan hakikat dunia bagi mereka yang mendapat hidayah)
    '''Ehl-i hidayet ve huzurun hakikat-i dünyalarına işaret eder levhadır.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketika kelalaian lenyap, aku melihat cahaya Allah dengan jelas.
    Demâ gaflet zeval buldu Ve nur-u Hak ayân gördüm.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wujud merupakan bukti Dzat-Nya, kehidupan adalah cermin Yang Mahabenar!
    Vücud bürhan-ı Zat oldu Hayat mir’at-ı Hak’tır gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Akal merupakan kunci kekayaan, kefanaan adalah pintu keabadian.
    Akıl miftah-ı kenz oldu Fena bab-ı bekadır gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Padamnya kilau kesempurnaan, terbitnya mentari Sang Mahaindah.
    Kemalin lem’ası söndü Fakat şems-i Cemal var gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Perpisahan menjadi perjumpaan, penderitaan menjadi kenikmatan!
    Zeval ayn-ı visal oldu Elem ayn-ı lezzettir gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Usia menjadi amal itu sendiri, keabadian adalah usia yang sebenarnya!
    Ömür nefs-i amel oldu Ebed ayn-ı ömürdür gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kegelapan adalah tirai cahaya, kehidupan sejati ada dalam kematian.
    Zalâm zarf-ı ziya oldu Bu mevtte hak hayat var gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Segala sesuatu menjadi teman, semua suara menjadi zikir.
    Bütün eşya enis oldu Bütün asvat zikirdir gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Seluruh entitas menuturkan zikir dan tasbih.
    Bütün zerrat-ı mevcudat Birer zâkir, müsebbih gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kefakiran adalah sumber kekayaan, kekuatan ada pada kelemahan!
    Fakrı kenz-i gına buldum Aczde tam kuvvet var gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau menemukan Allah, maka segala sesuatu menjadi milikmu.
    Eğer Allah’ı buldunsa Bütün eşya senindir gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau hamba Sang Raja Diraja, kerajaan-Nya menjadi milikmu.
    Eğer Mâlik-i Mülk’e memlûk isen Onun mülkü senindir gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau hamba bagi dirimu dengan bangga terhadapnya, bencana yang tak terhingga.
    Eğer hodbin ve kendi nefsine mâlik isen Bilâ-addin beladır gör,
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Rasakanlah ia sebagai siksa yang tak bertepi.
    Bilâ-haddin azaptır tat Bilâ-gayet ağırdır gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Jika engkau benar-benar menjadi hamba Allah, lihatlah ketenangan yang tak terbatas!
    Eğer hakiki abd-i hudâbin isen Hudutsuz bir safadır gör,
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dapatkan pahala tak terkira, dan raih kebahagiaan yang tak terhingga.
    Hesapsız bir sevap var tat Nihayetsiz saadet gör.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ***
    <nowiki>*</nowiki> * *
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku telah membaca untaian bait Asmaul Husna karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani, sesudah asar, di salah satu hari di bulan Ra- madhan yang penuh berkah. Tepatnya dua puluh lima tahun yang lalu. Ketika itu, aku ingin menuliskan munajat lewat Asmaul Husna. Akhir- nya kutuliskan ia sebatas ini. Sebenarnya aku ingin menulis padanan dari munajat guruku yang mulia tersebut. Hanya saja, sungguh sangat jauh. Aku tidak memiliki bakat bersajak. Karena itu, aku tidak mampu melakukannya sehingga munajat ini terputus.
    Yirmi beş sene evvel ramazanda ikindiden sonra Şeyh-i Geylanî’nin (ks) Esma-i Hüsna manzumesini okudum. Bana bir arzu geldi ki esma-i hüsna ile bir münâcat yazayım. Fakat o vakit bu kadar yazıldı. O kudsî üstadımın mübarek münâcat-ı esmaiyesine bir nazire yapmak istedim. Heyhat! Nazma istidadım yok. Yapamadım, noksan kaldı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Munajat ini kusisipkan dalam risalah “Jendela Tauhid”, yaitu Ka- limat Ketiga Puluh Tiga. Akan tetapi, karena sesuai dengan konteks- nya, ia juga disisipkan di sini.
    Bu münâcat, Otuz Üçüncü Söz’ün Otuz Üçüncü Mektup’u olan Pencereler Risalesi’ne ilhak edilmişti. Makam münasebetiyle buraya alındı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia-lah Yang Mahakekal
    هُوَ ال۟بَاقٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia Pemutus semua perkara dan kami berada dalam hukum-Nya.
    حَكٖيمُ ال۟قَضَايَا نَح۟نُ فٖى قَب۟ضِ حُك۟مِهٖ ۝ هُوَ ال۟حَكَمُ ال۟عَد۟لُ لَهُ ال۟اَر۟ضُ وَ السَّمَاءُ
    Dia Hakim Yang Mahaadil Pemilik bumi dan langit seisinya.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia mengetahui segala hal tersembunyi dan semua yang gaib ada dalam kerajaan-Nya. Dia-lah Yang Mahakuasa dan Abadi Pemilik Arasy dan seluruh kekayaan yang ada.
    عَلٖيمُ ال۟خَفَايَا وَ ال۟غُيُوبِ فٖى مُل۟كِهٖ ۝ هُوَ ال۟قَادِرُ ال۟قَيُّومُ لَهُ ال۟عَر۟شُ وَ الثَّرَاءُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia Mahalembut dan semua tulisan dalam ciptaan-Nya.
    لَطٖيفُ ال۟مَزَايَا وَ النُّقُوشِ فٖى صُن۟عِهٖ ۝ هُوَ ال۟فَاطِرُ ال۟وَدُودُ لَهُ ال۟حُس۟نُ وَ ال۟بَهَاءُ
    Dia-lah Pencipta Mahakasih Pemilik kebaikan dan keindahan.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia yang cermin-Nya Mahaindah, semua urusan berada dalam kreasi-Nya. Dia-lah Raja Yang Mahasuci Pemilik
    جَلٖيلُ ال۟مَرَايَا وَ الشُّؤُنِ فٖى خَل۟قِهٖ ۝ هُوَ ال۟مَلِكُ ال۟قُدُّوسُ لَهُ ال۟عِزُّ وَ ال۟كِب۟رِيَاءُ
    kemuliaan dan keagungan.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia Pencipta seluruh manusia, dan kita termasuk tulisan kreasi-Nya. Dia-lah Yang Mahakekal dan Abadi Pemilik kerajaan dan kekekalan.
    بَدٖيعُ ال۟بَرَايَا نَح۟نُ مِن۟ نَق۟شِ صُن۟عِهٖ ۝ هُوَ الدَّائِمُ ال۟بَاقٖى لَهُ ال۟مُل۟كُ وَ ال۟بَقَاءُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia Maha Pemurah dalam memberikan hadiah dan kita adalah rombongan tamu-Nya. Dia-lah Pemberi rezeki Yang Mencukupi, Pemilik pujian dan sanjungan.
    كَرٖيمُ ال۟عَطَايَا نَح۟نُ مِن۟ رَك۟بِ ضَي۟فِهٖ ۝ هُوَ الرَّزَّاقُ ال۟كَافٖى لَهُ ال۟حَم۟دُ وَ الثَّنَاءُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia yang hadiah-Nya indah, dan kita adalah buah pengetahuan-Nya.
    جَمٖيلُ ال۟هَدَايَا نَح۟نُ مِن۟ نَس۟جِ عِل۟مِهٖ ۝ هُوَ ال۟خَالِقُ ال۟وَافٖى لَهُ ال۟جُودُ وَ ال۟عَطَاءُ
    Dia-lah Pencipta Yang setia dan Pemilik sifat pemurah.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia Mendengar semua pengaduan dan doa makhluk-Nya. Dia-lah Pengasih dan Penyembuh, Pemilik syukur dan sanjungan.
    سَمٖيعُ الشَّكَايَا وَ الدُّعَاءِ لِخَل۟قِهٖ ۝ هُوَ الرَّاحِمُ الشَّافٖى لَهُ الشُّك۟رُ وَ الثَّنَاءُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dia pengampun semua kesalahan dan dosa hamba-Nya. Dia-lah Pemberi ampunan dan Penyayang Pemilik maaf dan rida.
    غَفُورُ ال۟خَطَايَا وَ الذُّنُوبِ لِعَب۟دِهٖ ۝ هُوَ ال۟غَفَّارُ الرَّحٖيمُ لَهُ ال۟عَف۟وُ وَ الرِّضَاءُ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai diri, mintalah pertolongan dan menangislah sebagaimana kalbu ini menangis dan berucaplah:
    Ey nefsim! Kalbim gibi ağla ve bağır ve de ki:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku fana sehingga tidak menyukai yang fana.
    '''“Fâniyim, fâni olanı istemem.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku lemah sehingga tidak menyenangi yang lemah.
    '''Âcizim, âciz olanı istemem.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kuserahkan jiwaku kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, tidak kepada yang lain.
    '''Ruhumu Rahman’a teslim eyledim, gayr istemem.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku menginginkan Sang Kekasih yang kekal abadi.
    '''İsterim fakat bir yâr-ı bâki isterim.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku adalah sebuah partikel, Mentari Abadi yang kucari.
    '''Zerreyim fakat bir şems-i sermed isterim.'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Aku tidak berarti. Aku menginginkan semua entitas yang ada.
    '''Hiç-ender hiçim fakat bu mevcudatı umumen isterim.”'''
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Barla_Yaylası_Çam,_Katran,_Ardıç,_Karakavağın_Bir_Meyvesidir"></span>
    === Barla Yaylası Çam, Katran, Ardıç, Karakavağın Bir Meyvesidir ===
    ===di Padang Rumput Barla, di Tengah Pepohonan Cemara, Cedar, Beri, dan Cemara Hitam.===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    (*<ref>*Bagian dari Surat Kesebelas. Karena kesesuain konteks, ia dimasukkan di sini— Penulis.</ref>)
    (Makam münasebetiyle buraya alınmış, On Birinci Mektup’un bir parçasıdır.)
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketika berada di puncak sebuah gunung di Barla di saat menjala- ni masa pengasingan, aku mengarahkan pandangan ke pepohonan Ce- mara, Cedar dan Beri yang demikian rindang hingga menutupi berba- gai sisi. Dengan penuh takjub kupandangi kondisinya dan keindahan bentuknya. Angin sepoi-sepoi berhembus di sekitar pemandangan yang indah tersebut menuju kondisi tasbih, zikir yang menarik, gelo- ra cinta dan tahlil. Tiba-tiba pemandangan menyenangkan itu men- datangkan sejumlah pelajaran ke hadapan mata dan menghembuskan hikmah ke telinga. Seketika terlintas dalam benakku ungkapan kali- mat berikut dalam bahasa Kurdi karya Ahmad al-Jazari.(*<ref>*Lihat: al-‘Iqd al-Jauhari fî Syarhi Dîwân al-Jazari, h.438.</ref>)
    Bir vakit esaretimde dağ başında azametli çam ve katran ve ardıç ağaçlarının heybet-nüma suretlerini, hayret-feza vaziyetlerini temaşa ederken pek latîf bir rüzgâr esti. O vaziyeti pek muhteşem ve şirin, velvele-âlûd bir zelzele-i raks-nüma, bir tesbihat-ı cezbe-eda suretine çevirdiğinden eğlence temaşası, nazar-ı ibrete ve sem’-i hikmete döndü. Birden Ahmed-i Cezerî’nin Kürtçe şu fıkrası:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Semuanya datang dengan cepat dari segala sisi untuk menyak- sikan keindahan-Mu. Mereka menunjukkan sikap manja di hadapan keindahan-Mu.Sebagai ekspresi makna yang mengandung pelajaran, kalbuku menangis melihat gambaran tersebut:
    هَر۟كَس۟ بِتَمَاشَاگَهِ حُس۟نَاتَه زِهَر۟ جَاى۟ تَش۟بٖيهِ نِگَارَان۟ بِجَمَالَاتَه دِنَازِن۟ hatırıma geldi. Kalbim, ibret manalarını ifade için şöyle ağladı:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    يَا رَب۟ هَر۟ حَى۟ بِتَمَاشَاگَهِ صُن۟عِ تُو زِهَر۟جَاى۟ بَتَازٖى ۝ زِنِشٖيبُ اَز۟ فِرَازٖى مَانَن۟دِ دَلَّالَان۟ بِنِدَاءِ بِاٰوَازٖى ۝ دَم۟ دَم۟ زِجَمَالِ نَق۟شِ تُو دَر۟ رَق۟ص۟ بَازٖى ۝ زِكَمَالِ صُن۟عِ تُو خُوش۟ خُوش۟ بِگَازٖى ۝ زِشٖيرٖينٖى اٰوَازِ خُود۟ هَى۟ هَى۟ دِنَازٖى ۝
    يَا رَب۟ هَر۟ حَى۟ بِتَمَاشَاگَهِ صُن۟عِ تُو زِهَر۟جَاى۟ بَتَازٖى ۝ زِنِشٖيبُ اَز۟ فِرَازٖى مَانَن۟دِ دَلَّالَان۟ بِنِدَاءِ بِاٰوَازٖى ۝ دَم۟ دَم۟ زِجَمَالِ نَق۟شِ تُو دَر۟ رَق۟ص۟ بَازٖى ۝ زِكَمَالِ صُن۟عِ تُو خُوش۟ خُوش۟ بِگَازٖى ۝ زِشٖيرٖينٖى اٰوَازِ خُود۟ هَى۟ هَى۟ دِنَازٖى ۝
    اَز۟وَى۟ رَق۟صَ اٰمَد۟ جَذ۟بَه خَازٖى ۝ اَزٖين۟ اٰثَارِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ هَر۟ حَى۟ دَر۟سِ تَس۟بٖيحُ نَمَازٖى ۝ اٖيس۟تَادَس۟ت۟ هَر۟ يَكٖى بَر۟ سَن۟گِ بَالَا سَر۟فِرَازٖى ۝ دِرَاز۟ كَر۟دَس۟ت۟ دَس۟ت۟هَارَا بَدَر۟گَاهِ اِلٰهٖى هَم۟ چُو شَه۟بَازٖى ۝ بِجُن۟بٖيدَس۟ت۟ زُل۟ف۟هَارَا بَشَو۟ق۟ اَن۟گٖيزِ شَه۟نَازٖى ۝ بَبَالَا مٖيزَنَن۟د۟ اَز۟ پَر۟دَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ عِش۟ق۟ بَازٖى ۝ مٖيدِهَد۟ هُوشَه گِرٖين۟هَاىِ دَرٖين۟هَاىِ زَوَالٖى اَز۟ حُبِّ مَجَازٖى ۝
    اَز۟وَى۟ رَق۟صَ اٰمَد۟ جَذ۟بَه خَازٖى ۝ اَزٖين۟ اٰثَارِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ هَر۟ حَى۟ دَر۟سِ تَس۟بٖيحُ نَمَازٖى ۝ اٖيس۟تَادَس۟ت۟ هَر۟ يَكٖى بَر۟ سَن۟گِ بَالَا سَر۟فِرَازٖى ۝ دِرَاز۟ كَر۟دَس۟ت۟ دَس۟ت۟هَارَا بَدَر۟گَاهِ اِلٰهٖى هَم۟ چُو شَه۟بَازٖى ۝ بِجُن۟بٖيدَس۟ت۟ زُل۟ف۟هَارَا بَشَو۟ق۟ اَن۟گٖيزِ شَه۟نَازٖى ۝ بَبَالَا مٖيزَنَن۟د۟ اَز۟ پَر۟دَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ عِش۟ق۟ بَازٖى ۝ مٖيدِهَد۟ هُوشَه گِرٖين۟هَاىِ دَرٖين۟هَاىِ زَوَالٖى اَز۟ حُبِّ مَجَازٖى ۝
    بَر۟ سَرِ مَح۟مُود۟هَا نَغ۟مَهَاىِ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ اَيَازٖى ۝ مُر۟دَهَارَا نَغ۟مَهَاىِ اَزَلٖى اَز۟ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ نَوَازٖى ۝ رُوحَه مٖى اٰيَد۟ اَزُو زَم۟زَمَۀِ نَازُ نِيَازٖى ۝ قَل۟ب۟ مٖيخٰوانَد۟ اَزٖين۟ اٰيَات۟هَا سِرِّ تَو۟حٖيد۟ زِعُلُوِّ نَظ۟مِ اِع۟جَازٖى ۝ نَف۟س۟ مٖيخٰواهَد۟ دَر۟ اٖين۟ وَل۟وَلَهَا زَل۟زَلَهَا ذَو۟قِ بَاقٖى دَر۟ فَنَاىِ دُن۟يَا بَازٖى ۝ عَق۟ل۟ مٖيبٖينَد۟ اَزٖين۟ زَم۟زَمَهَا دَم۟دَمَهَا نَظ۟مِ خِل۟قَت۟ نَق۟شِ حِك۟مَت۟ كَن۟زِ رَازٖى ۝ اٰر۟زُو مٖيدَارَد۟ هَوَا اَزٖين۟ هَم۟هَمَهَا هَو۟هَوَهَا مَر۟گِ خُود۟ دَر۟ تَر۟كِ اَذ۟وَاقِ مَجَازٖى ۝ خَيَال۟ بٖينَد۟ اَزٖين۟ اَش۟جَار۟ مَلَائِك۟ رَا جَسَد۟ اٰمَد۟ سَمَاوٖى بَاهَزَارَان۟ نَى۟ ۝ اَزٖين۟ نَي۟هَا شُنٖيدَت۟ هُوش۟ سِتَايِش۟هَاىِ ذَاتِ حَى۟ ۝ وَرَق۟هَارَا زَبَان۟ دَارَن۟د۟ هَمَه هُو هُو ذِك۟ر۟ اٰرَن۟د۟ بَدَر۟ مَع۟نَاىِ حَىُّ حَى۟ ۝ چُو لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ هَر۟ شَى۟ ۝ دَمَادَم۟ جُويَدَن۟د۟ يَا حَق۟ سَرَاسَر۟ گُويَدَن۟د۟ يَا حَى۟ بَرَابَر۟ مٖيزَنَن۟د۟ اَللّٰه۟ ۝
    بَر۟ سَرِ مَح۟مُود۟هَا نَغ۟مَهَاىِ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ اَيَازٖى ۝ مُر۟دَهَارَا نَغ۟مَهَاىِ اَزَلٖى اَز۟ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ نَوَازٖى ۝ رُوحَه مٖى اٰيَد۟ اَزُو زَم۟زَمَۀِ نَازُ نِيَازٖى ۝ قَل۟ب۟ مٖيخٰوانَد۟ اَزٖين۟ اٰيَات۟هَا سِرِّ تَو۟حٖيد۟ زِعُلُوِّ نَظ۟مِ اِع۟جَازٖى ۝ نَف۟س۟ مٖيخٰواهَد۟ دَر۟ اٖين۟ وَل۟وَلَهَا زَل۟زَلَهَا ذَو۟قِ بَاقٖى دَر۟ فَنَاىِ دُن۟يَا بَازٖى ۝ عَق۟ل۟ مٖيبٖينَد۟ اَزٖين۟ زَم۟زَمَهَا دَم۟دَمَهَا نَظ۟مِ خِل۟قَت۟ نَق۟شِ حِك۟مَت۟ كَن۟زِ رَازٖى ۝ اٰر۟زُو مٖيدَارَد۟ هَوَا اَزٖين۟ هَم۟هَمَهَا هَو۟هَوَهَا مَر۟گِ خُود۟ دَر۟ تَر۟كِ اَذ۟وَاقِ مَجَازٖى ۝ خَيَال۟ بٖينَد۟ اَزٖين۟ اَش۟جَار۟ مَلَائِك۟ رَا جَسَد۟ اٰمَد۟ سَمَاوٖى بَاهَزَارَان۟ نَى۟ ۝ اَزٖين۟ نَي۟هَا شُنٖيدَت۟ هُوش۟ سِتَايِش۟هَاىِ ذَاتِ حَى۟ ۝ وَرَق۟هَارَا زَبَان۟ دَارَن۟د۟ هَمَه هُو هُو ذِك۟ر۟ اٰرَن۟د۟ بَدَر۟ مَع۟نَاىِ حَىُّ حَى۟ ۝ چُو لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ هَر۟ شَى۟ ۝ دَمَادَم۟ جُويَدَن۟د۟ يَا حَق۟ سَرَاسَر۟ گُويَدَن۟د۟ يَا حَى۟ بَرَابَر۟ مٖيزَنَن۟د۟ اَللّٰه۟ ۝
    فَيَا حَىُّ يَا قَيُّومُ بِحَقِّ اِس۟مِ حَىِّ قَيُّومِ ۝ حَيَاتٖى دِه۟ بَاٖين۟ قَل۟بِ پَرٖيشَان۟ رَا اِس۟تِقَامَت۟ دِه۟ بَاٖين۟ عَق۟لِ مُشَوَّش۟ رَا ۝ اٰمٖين۟
    فَيَا حَىُّ يَا قَيُّومُ بِحَقِّ اِس۟مِ حَىِّ قَيُّومِ ۝ حَيَاتٖى دِه۟ بَاٖين۟ قَل۟بِ پَرٖيشَان۟ رَا اِس۟تِقَامَت۟ دِه۟ بَاٖين۟ عَق۟لِ مُشَوَّش۟ رَا ۝ اٰمٖين۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    di Padang Rumput Barla, di Tengah Pepohonan Cemara, Cedar, Beri, dan Cemara Hitam.
    '''Barla yaylası Tepelice’de çam, katran, ardıç, karakavak meyvesi hakkında yazılan Farisî beyitlerin manası:'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Semuanya datang dengan cepat dari segala sisi untuk menyak- sikan keindahan-Mu. Mereka menunjukkan sikap manja di hadapan keindahan-Mu.
    هَر۟كَس۟ بِتَمَاشَاگَهِ حُس۟نَاتَه زِهَر۟ جَاى۟ تَش۟بٖيهِ نِگَارَان۟ بِجَمَالَاتَه دِنَازِن۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sebagai ekspresi makna yang mengandung pelajaran, kalbuku menangis melihat gambaran tersebut:
    Hatırıma geldi. Kalbim dahi ibret manalarını ifade için şöyle ağladı:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai Tuhan, semua yang hidup datang dari setiap tempat untuk melihat keindahan-Mu. Mereka memerhatikan keindahan bumi yang merupakan galeri kreasi-Mu.
    Yani senin temaşageh-i hüsnüne, herkes her yerden koşup gelmiş. Senin cemalinle nazdarlık ediyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    يَا رَب۟ هَر۟ حَى۟ بِتَمَاشَاگَهِ صُن۟عِ تُو زِهَر۟جَاى۟ بَتَازٖى
    يَا رَب۟ هَر۟ حَى۟ بِتَمَاشَاگَهِ صُن۟عِ تُو زِهَر۟جَاى۟ بَتَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mereka laksana penyeru dan penunjuk jalan.
    Her zîhayat, senin temaşageh-i sanatın olan zemin yüzüne her yerden çıkıp bakıyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    زِنِشٖيبُ اَز۟ فِرَازٖى مَانَن۟دِ دَلَّالَان۟ بِنِدَاءِ بِاٰوَازٖى
    زِنِشٖيبُ اَز۟ فِرَازٖى مَانَن۟دِ دَلَّالَان۟ بِنِدَاءِ بِاٰوَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dari setiap tempat, dari bumi dan dari langit yang tinggi, mereka menyerukan keindahan-Mu.
    Aşağıdan, yukarıdan dellâllar gibi çıkıp bağırıyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَم۟ دَم۟ زِجَمَالِ نَق۟شِ تُو ( نُس۟خَه: زِهَوَاىِ شَو۟قِ تُو ) دَر۟ رَق۟ص۟ بَازٖى
    دَم۟ دَم۟ زِجَمَالِ نَق۟شِ تُو ( نُس۟خَه: زِهَوَاىِ شَو۟قِ تُو ) دَر۟ رَق۟ص۟ بَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Pepohonan yang menjadi penunjuk dan penyeru itu menari, ter- pukau dengan keindahan ukiran-Mu di alam.
    Senin cemal-i nakşından keyiflenip o dellâl-misal ağaçlar oynuyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    زِكَمَالِ صُن۟عِ تُو خُوش۟ خُوش۟ بِگَازٖى
    زِكَمَالِ صُن۟عِ تُو خُوش۟ خُوش۟ بِگَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Irama merdu dan gema yang memikat muncul lantaran melihat kesempurnaan kreasi-Mu.
    Senin kemal-i sanatından neşelenip güzel güzel sadâ veriyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    زِشٖيرٖينٖى اٰوَازِ خُود۟ هَى۟ هَى۟ دِنَازٖى
    زِشٖيرٖينٖى اٰوَازِ خُود۟ هَى۟ هَى۟ دِنَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kemerduan suaranya membuatnya semakin senang hingga menampilkan gerak memikat.
    Güya sadâlarının tatlılığı, onları da neşelendirip nâzeninane bir naz ettiriyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اَز۟وَى۟ رَق۟صَه اٰمَد۟ جَذ۟بَه خَازٖى
    اَز۟وَى۟ رَق۟صَه اٰمَد۟ جَذ۟بَه خَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Karena itu, pepohonan melakukan tarian indah dalam suka cita.
    İşte ondandır ki şu ağaçlar raksa gelmiş, cezbe istiyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اَزٖين۟ اٰثَارِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ هَر۟ حَى۟ دَر۟سِ تَس۟بٖيحُ نَمَازٖى
    اَزٖين۟ اٰثَارِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ هَر۟ حَى۟ دَر۟سِ تَس۟بٖيحُ نَمَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Setiap makhluk mendapatkan pelajaran untuk melakukan salat dan tasbih masing-masing sebagai buah dari rahmat Ilahi.
    Şu rahmet-i İlahiyenin âsârıyladır ki her zîhayat, kendine mahsus tesbih ve namazın dersini alıyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اٖيس۟تَادَس۟ت۟ هَر۟ يَكٖى بَر۟ سَن۟گِ بَالَا سَر۟فِرَازٖى
    اٖيس۟تَادَس۟ت۟ هَر۟ يَكٖى بَر۟ سَن۟گِ بَالَا سَر۟فِرَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Setelah mendapat pelajaran berharga, setiap pohon tegak berdiri di atas batu karang seraya membuka kedua tangannya menghadap ke arasy.
    Ders aldıktan sonra her bir ağaç, yüksek bir taş üstünde arşa başını kaldırıp durmuşlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دِرَاز۟ كَر۟دَس۟ت۟ دَس۟ت۟هَارَا بَدَر۟گَاهِ اِلٰهٖى هَم۟ چُو شَه۟بَازٖى
    دِرَاز۟ كَر۟دَس۟ت۟ دَس۟ت۟هَارَا بَدَر۟گَاهِ اِلٰهٖى هَم۟ چُو شَه۟بَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Setiap pohon memakai busana ubudiah dan membentangkan seratus tangannya dalam kondisi tunduk di hadapan hadirat Ilahi lak- sana Syahbaz Qalandar.(*<ref>*Ia adalah pelayan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Ia mendapat pembinaan darinya hingga mencapai tingkatan wali—Penulis.</ref>)
    Her birisi, yüzler ellerini Şehbaz-ı Kalender '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Şehbaz-ı Kalender, meşhur bir kahramandır ki Şeyh-i Geylanî’nin irşadıyla dergâh-ı İlahîye iltica edip mertebe-i velayete çıkmıştır.</ref>)''' gibi dergâh-ı İlahîye uzatıp muhteşem bir ibadet vaziyetini almışlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Lalu ranting-rantingnya menari seperti Syahnaz Calkazi(*<ref>*Wanita cantik yang dikenal lewat kecantikan diri serta kecantikan rambutnya— Penulis.</ref>)sehingga membangkitkan rasa rindu dan suka.
    بِجُن۟بٖيدَس۟ت۟ زُل۟ف۟هَارَا بَشَو۟ق۟ اَن۟گٖيزِ شَه۟نَازٖى  '''(Hâşiye<ref>'''Hâşiye:''' Şehnaz-ı Çelkezî, kırk örme saç ile meşhur bir dünya güzelidir.</ref>)'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Seakan-akan keindahan tersebut menggetarkan sejumlah ting- katan cinta, bahkan menyentuh relung-relung jiwa dan perasaan.
    Oynattırıyorlar, zülüfvari küçük dallarını ve onunla, temaşa edenlere de latîf şevklerini ve ulvi zevklerini ihtar ediyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بَبَالَا مٖيزَنَن۟د۟ اَز۟ پَر۟دَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ عِش۟ق۟ بَازٖى
    بَبَالَا مٖيزَنَن۟د۟ اَز۟ پَر۟دَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ عِش۟ق۟ بَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نسخة: بَبَالاَ مِي زَنَـنْدْ اَزْ پَرْدَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ چَرْخِ بَازِى
    Aşkın “Hây Hûy” perdelerinden en hassas tellere, damarlara dokunuyor gibi sadâ veriyorlar. '''(Nüsha<ref>'''Nüsha:''' Şu nüsha, mezaristandaki ardıç ağacına bakar: <br> نسخة: بَبَالاَ مِي زَنَـنْدْ اَزْ پَرْدَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ چَرْخِ بَازِى
    مُرْدَهَارَا نَغْمَ هَاىِ اَزَلِى اَزْ حُزْنْ اَنْگِيزِ نَوَازِى
    مُرْدَهَارَا نَغْمَ هَاىِ اَزَلِى اَزْ حُزْنْ اَنْگِيزِ نَوَازِى</ref>)'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    مٖيدِهَد۟ هُوشَه گِرٖين۟هَاىِ دَرٖين۟هَاىِ زَوَالٖى اَز۟ حُبِّ مَجَازٖى
    مٖيدِهَد۟ هُوشَه گِرٖين۟هَاىِ دَرٖين۟هَاىِ زَوَالٖى اَز۟ حُبِّ مَجَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Di hadapan pentas yang terungkap tersebut muncul makna beri- kut ini ke dalam pikiran:Ia mengingatkannya lewat ratapan pilu dan tangisan sendu yang muncul dari dalam jiwa disertai luka akibat pedihnya kepergian yang menimpa para kekasih.
    Fikre şu vaziyetten şöyle bir mana geliyor: Mecazî muhabbetlerin zeval elemiyle gelen ağlayış hem derinden derine hazîn bir enîni ihtar ediyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    بَر۟ سَرِ مَح۟مُود۟هَا نَغ۟مَهَاىِ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ اَيَازٖى
    بَر۟ سَرِ مَح۟مُود۟هَا نَغ۟مَهَاىِ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ اَيَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ia memperdengarkan nada perpisahan dan sakit yang lara kepada para pecinta yang berpisah dengan mereka yang dicintai, sebagaimana Sultan Mahmud berpisah dengan kekasihnya.
    Mahmudların, yani Sultan Mahmud gibi mahbubundan ayrılmış bütün âşıkların başlarında, hüzün-âlûd mahbublarının nağmesinin tarzını işittiriyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    مُر۟دَهَارَا نَغ۟مَهَاىِ اَزَلٖى اَز۟ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ نَوَازٖى
    مُر۟دَهَارَا نَغ۟مَهَاىِ اَزَلٖى اَز۟ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ نَوَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dengan irama lembutnya yang lara, seolah-olah pepohonan itu menunaikan tugas memperdengarkan gema keabadian kepada mereka yang mati yang terputus dari suara dunia.
    Dünyevî sadâların ve sözlerin dinlemesinden kesilmiş olan ölmüşlere; ezelî nağmeleri, hüzün-engiz sadâları işittiriyor gibi bir vazifesi var görünüyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    رُوحَه مٖى اٰيَد۟ اَزُو زَم۟زَمَۀِ نَازُ نِيَازٖى
    رُوحَه مٖى اٰيَد۟ اَزُو زَم۟زَمَۀِ نَازُ نِيَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sementara dari pentas itu, jiwa ini belajar bahwa segala sesuatu mengarah pada manifestasi nama Pencipta Yang Mahamulia lewat tas- bih dan tahlil. Ia merupakan suara dan gema munajat dan doanya.
    Ruh ise şu vaziyetten şöyle anladı ki eşya, tesbihat ile Sâni’-i Zülcelal’in tecelliyat-ı esmasına mukabele edip bir naz niyaz zemzemesidir, geliyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    قَل۟ب۟ مٖيخٰوانَد۟ اَزٖين۟ اٰيَات۟هَا سِرِّ تَو۟حٖيد۟ زِعُلُوِّ نَظ۟مِ اِع۟جَازٖى
    قَل۟ب۟ مٖيخٰوانَد۟ اَزٖين۟ اٰيَات۟هَا سِرِّ تَو۟حٖيد۟ زِعُلُوِّ نَظ۟مِ اِع۟جَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Adapun kalbu, dari untaian mukjizat yang indah itu ia membaca rahasia tauhid yang terdapat pada pepohonan di atas seakan-akan ia merupakan tanda kekuasaan nyata. Dengan kata lain, dalam pencip- taan masing-masingnya terdapat tatanan luar biasa, kreasi indah, dan hikmah menakjubkan di mana andai seluruh sebab alam tersebut ber- satu dan berkehendak sendiri, tentu ia tidak akan mampu menirunya.
    Kalp ise şu her biri birer âyet-i mücesseme hükmünde olan şu ağaçlardan sırr-ı tevhidi, bu i’cazın ulüvv-ü nazmından okuyor. Yani, hilkatlerinde o derece hârika bir intizam, bir sanat, bir hikmet vardır ki bütün esbab-ı kâinat birer fâil-i muhtar farz edilse ve toplansalar taklit edemezler.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    نَف۟س۟ مٖيخٰواهَد۟ دَر۟ اٖين۟ وَل۟وَلَهَا زَل۟زَلَهَا ذَو۟قِ بَاقٖى دَر۟ فَنَاىِ دُن۟يَا بَازٖى
    نَف۟س۟ مٖيخٰواهَد۟ دَر۟ اٖين۟ وَل۟وَلَهَا زَل۟زَلَهَا ذَو۟قِ بَاقٖى دَر۟ فَنَاىِ دُن۟يَا بَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Selanjutnya jiwa, setiap kali ia menyaksikan kondisi pohon di atas seolah-olah seluruh alam ini bergulir menuju perpisahan dan ketiadaan. Maka ia mencari satu cita rasa abadi hingga mendapatkan satu makna, “Engkau akan menemukan keabadian dengan meninggal- kan penghambaan terhadap dunia.”
    Nefis ise şu vaziyeti gördükçe, bütün rûy-i zemin, velvele-âlûd bir zelzele-i firakta yuvarlanıyor gibi gördü, bir zevk-i bâki aradı. “Dünya-perestliğin terkinde bulacaksın.” manasını aldı.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    عَق۟ل۟ مٖيبٖينَد۟ اَزٖين۟ زَم۟زَمَهَا دَم۟دَمَهَا نَظ۟مِ خِل۟قَت۟ نَق۟شِ حِك۟مَت۟ كَن۟زِ رَازٖى
    عَق۟ل۟ مٖيبٖينَد۟ اَزٖين۟ زَم۟زَمَهَا دَم۟دَمَهَا نَظ۟مِ خِل۟قَت۟ نَق۟شِ حِك۟مَت۟ كَن۟زِ رَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Lalu akal, ia telah menemukan keteraturan penciptaan, tulisan hikmah, dan khazanah rahasia yang agung dalam suara-suara lembut yang bersumber dari pepohonan dan hewan serta dari embun dan angin sepoi-sepoi. Ia akan memahami bahwa segala sesuatu bertasbih kepada Pencipta Yang Mahaagung lewat berbagai sisi.
    Akıl ise şu zemzeme-i hayvan ve eşcardan ve demdeme-i nebat ve havadan gayet manidar bir intizam-ı hilkat, bir nakş-ı hikmet, bir hazine-i esrar buluyor. Her şey, çok cihetlerle Sâni’-i Zülcelal’i tesbih ettiğini anlıyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اٰر۟زُو مٖيدَارَد۟ هَوَا اَزٖين۟ هَم۟هَمَهَا هَو۟هَوَهَا مَر۟گِ خُود۟ دَر۟ تَر۟كِ اَذ۟وَاقِ مَجَازٖى
    اٰر۟زُو مٖيدَارَد۟ هَوَا اَزٖين۟ هَم۟هَمَهَا هَو۟هَوَهَا مَر۟گِ خُود۟ دَر۟ تَر۟كِ اَذ۟وَاقِ مَجَازٖى
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kemudian hawa nafsu menikmati desir pohon dan hembusan angin yang membuatnya lupa akan seluruh cita rasa majasi sehingga ingin mati dalam cita rasa hakiki tersebut dengan meninggalkan cita rasa majasi yang merupakan esensi kehidupannya.
    Heva-yı nefis ise şu hemheme-i hava ve hevheve-i yapraktan öyle bir lezzet alıyor ki bütün ezvak-ı mecazîyi ona unutturup o heva-yı nefsin hayatı olan zevk-i mecazîyi terk etmekle bu zevk-i hakikatte ölmek istiyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    خَيَال۟ بٖينَد۟ اَزٖين۟ اَش۟جَار۟ مَلَائِك۟ رَا جَسَد۟ اٰمَد۟ سَمَاوٖى بَاهَزَارَان۟ نَى۟
    خَيَال۟ بٖينَد۟ اَزٖين۟ اَش۟جَار۟ مَلَائِك۟ رَا جَسَد۟ اٰمَد۟ سَمَاوٖى بَاهَزَارَان۟ نَى۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Terkait dengan khayalan, ia melihat seolah-olah malaikat yang bertugas mengurus pepohonan telah masuk ke batangnya dan me- makai ranting-ranting yang memiliki pipa seruling dengan banyak ragam. Seakan-akan Penguasa abadi telah memakaikan fisik tersebut kepada mereka dalam satu pagelaran besar bersama ribuan irama se- ruling agar pohon itu bisa menampilkan wujud syukur secara sempur- na; tidak hanya berupa fisik yang mati dan tak berperasaan.
    Hayal ise görüyor, güya şu ağaçların müekkel melâikeleri içlerine girip her bir dalında çok neyler takılan ağaçları ceset olarak giymişler. Güya Sultan-ı Sermedî, binler ney sadâsıyla muhteşem bir resm-i küşadda onlara onları giydirmiş ki o ağaçlar camid, şuursuz cisim gibi değil belki gayet şuurkârane manidar vaziyetleri gösteriyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    اَزٖين۟ نَي۟هَا شُنٖيدَت۟ هُوش۟ سِتَايِش۟هَاىِ ذَاتِ حَى۟
    اَزٖين۟ نَي۟هَا شُنٖيدَت۟ هُوش۟ سِتَايِش۟هَاىِ ذَاتِ حَى۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Seruling-seruling tersebut demikian memikat karena mengelu- arkan sejumlah suara yang lembut. Seolah-olah ia keluar dari musik langit yang tinggi. Darinya tidak terdengar suara ratapan derita per- pisahan sebagaimana yang didengar oleh para pecinta, terutama Mau- lana Jalaluddin Rumi. Bahkan ia memperdengarkan beragam bentuk syukur kepada Sang Pemberi nikmat Yang Maha Pengasih serta bera- gam pujian kepada Dzat Mahahidup Yang Mahaabadi.
    İşte o neyler; semavî, ulvi bir musikîden geliyor gibi safi ve müessirdirler. Fikir, o neylerden başta Mevlana Celaleddin-i Rumî olarak bütün âşıkların işittikleri elemkârane teşekkiyat-ı firakı işitmiyor. Belki Zat-ı Hayy-ı Kayyum’a karşı takdim edilen teşekkürat-ı Rahmaniyeyi ve tahmidat-ı Rabbaniyeyi işitiyor.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    وَرَق۟هَارَا زَبَان۟ دَارَن۟د۟ هَمَه هُو هُو ذِك۟ر۟ اٰرَن۟د۟ بَدَر۟ مَع۟نَاىِ حَىُّ حَى۟
    وَرَق۟هَارَا زَبَان۟ دَارَن۟د۟ هَمَه هُو هُو ذِك۟ر۟ اٰرَن۟د۟ بَدَر۟ مَع۟نَاىِ حَىُّ حَى۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Ketika pepohonan menjadi tubuh, dedaunan pun menjadi lisan. Lewat ribuan lisan masing-masing mendendangkan zikir kepada Allah dengan mengucap, “Huwa (Dia), Huwa (Dia)...” saat dihem- bus angin. Ia menampilkan salam penghormatan kepada Penciptanya Yang Mahahidup dan abadi.
    Madem ağaçlar, birer ceset oldu. Bütün yapraklar dahi diller oldu. Demek her biri, binler dilleriyle havanın dokunmasıyla “Hû Hû” zikrini tekrar ediyorlar. Hayatlarının tahiyyatıyla Sâni’inin Hayy-ı Kayyum olduğunu ilan ediyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    چُو لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ هَر۟ شَى۟
    چُو لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ هَر۟ شَى۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Segala sesuatu mengucap lâ ilâha illâ huwa serta bekerja di da- lam lingkaran zikir jagat raya.
    Çünkü bütün eşya لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو deyip kâinatın azîm halka-i zikrinde beraber zikrederek çalışıyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    دَمَادَم۟ جُويَدَن۟د۟ يَا حَق۟ سَرَاسَر۟ گُويَدَن۟د۟ يَا حَى۟ بَرَابَر۟ مٖيزَنَن۟د۟ اَللّٰه۟
    دَمَادَم۟ جُويَدَن۟د۟ يَا حَق۟ سَرَاسَر۟ گُويَدَن۟د۟ يَا حَى۟ بَرَابَر۟ مٖيزَنَن۟د۟ اَللّٰه۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dari khazanah rahmat Ilahi serta lewat lisan potensi dan fitrahnya, mereka senantiasa meminta dan menuntut hak hidupnya dengan selalu mengucap, “Ya Haqq (Wahai Yang Ma- habenar).” Semua menyebut nama “Ya Hayyu” dengan lisan pengeta- huannya tentang fenomena hidup.
    Vakit be-vakit lisan-ı istidat ile Cenab-ı Hak’tan hukuk-u hayatını “Yâ Hak” deyip hazine-i rahmetten istiyorlar. Baştan başa da hayata mazhariyetleri lisanıyla “Yâ Hay” ismini zikrediyorlar.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Wahai Yang Mahahidup, sesuai dengan kebenaran nama Hayyun Qayyûm,
    فَيَا حَىُّ يَا قَيُّومُ بِحَقِّ اِس۟مِ حَىِّ قَيُّومِ
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    berikan kehidupan kepada kalbuku yang kacau dan berikan istikamah pada akalku yang bingung.
    حَيَاتٖى دِه۟ بَاٖين۟ قَل۟بِ پَرٖيشَان۟ رَا اِس۟تِقَامَت۟ دِه۟ بَاٖين۟ عَق۟لِ مُشَوَّش۟ رَا اٰمٖين۟
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Suatu hari aku berada di salah satu puncak Gunung Çam. Aku menatap langit di keheningan malam. Tiba-tiba sejumlah ungkapan berikut terlintas dalam benakku. Seakan-akan secara khayalan aku mendengar tuturan bintang lewat lisan hal. Kutuliskan lintasan pikiran tersebut sebagaimana adanya tanpa disesuaikan dengan kaidah sajak dan syair karena aku tidak memiliki pengetahuan tentangnya.
    Bir vakit Barla’da Çam Dağı’nda yüksek bir mevkide, gecede semanın yüzüne baktım. Gelecek fıkralar, birden hutur etti. Yıldızların lisanhal ile konuşmalarını hayalen işittim gibi bu yazıldı. Nazım ve şiir bilmediğim için şiir kaidesine girmedi. Tahattur olduğu gibi yazılmış.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dikutip dari “Surat Keempat” dan dari penutup mauqif pertama pada “Kalimat Ketiga Puluh Dua”.
    Dördüncü Mektup ile Otuz İkinci Söz’ün Birinci Mevkıfı’nın âhirinden alınmıştır.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    <span id="Yıldızları_Konuşturan_Bir_Yıldızname"></span>
    === Yıldızları Konuşturan Bir Yıldızname ===
    ===RISALAH BINTANG===
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Perhatikan pula bintang-gemintang!
    Dinle de yıldızları şu hutbe-i şirinine
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Perhatikan tuturannya yang manis dan nikmat agar engkau bisa mengetahui ketetapan stempel hikmah yang menyinari alam.
    Name-i nurîn-i hikmet, bak ne takrir eylemiş.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Dengan lisan kebenaran, semuanya menyeru dan berkata:
    Hep beraber nutka gelmiş, hak lisanıyla derler:
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami adalah bukti bersinar yang menunjukkan keagungan Tuhan Yang Mahakuasa.
    “Bir Kadîr-i Zülcelal’in haşmet-i sultanına
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Sang Pencipta Yang Mahamulia serta keesaan dan kekuasaan-Nya.
    Birer bürhan-ı nur-efşanız vücud-u Sâni’a
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami adalah saksi jujur atas eksistensi
    Hem vahdete hem kudrete şahitleriz biz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami berwisata, seperti malaikat,
    Şu zeminin yüzünü yaldızlayan
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    di atas berbagai mukjizat yang menghias wajah bumi.
    Nâzenin mu’cizatı çün melek seyranına.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    melihat dari langit ke bumi serta menatap surga.
    Bu semanın arza bakan, cennete dikkat eden
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami ribuan mata yang(*<ref>*Maknanya, bumi merupakan persemaian dan ladang bunga-bunga surga. Ia menampilkan berbagai mukjizat qudrah Ilahi yang tak terhingga. Sebagaimana malaikat berwisata di alam samawi dan menyaksikan berbagai mukjizatnya, demikian pula dengan bintang yang laksana mata benda langit yang melihat. Setiap kali melihat berbagai ciptaan yang indah yang memenuhi bumi, bintang juga melihat alam surga. Ia melihat berbagai hal luar biasa yang bersifat temporer dalam bentuknya yang kekal di sana. Yakni, ketika ia mengarahkan satu pandangan ke bumi, yang lain terarah ke surga. Artinya, ia memiliki sinar yang bisa melihat kedua alam itu secara bersamaan—Penulis.</ref>)
    Binler müdakkik gözleriz biz. '''(Hâşiye)<ref>'''Hâşiye:''' Yani cennet çiçeklerinin fidanlık ve mezraacığı olan zeminin yüzünde hadsiz mu’cizat-ı kudret teşhir edildiğinden semavat âlemindeki melâikeler o mu’cizatı, o hârikaları temaşa ettikleri gibi ecram-ı semaviyenin gözleri hükmünde olan yıldızlar dahi güya melâikeler gibi zemin yüzündeki nâzenin masnuatı gördükçe cennet âlemine bakıyorlar. O muvakkat hârikaları, bâki bir surette cennette dahi müşahede ediyorlar gibi bir zemine, bir cennete bakıyorlar. Yani o iki âleme nezaretleri var demektir.</ref>'''
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami ribuan buah indah dari pohon penciptaan yang
    Tûba-i hilkatten semavat şıkkına, hep Kehkeşan ağsanına
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    digantung oleh tangan hikmah Dzat Yang Mahaindah di atas langit dan di atas ranting galaksi.
    Bir Cemil-i Zülcelal’in, dest-i hikmetle takılmış pek güzel meyveleriyiz biz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami masjid yang berjalan, kediaman yang beredar,
    Şu semavat ehline birer mescid-i seyyar, birer hane-i devvar, birer ulvi âşiyane
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    sangkar yang tinggi, lentera yang bersinar, serta perahu dan pesawat yang besar bagi penduduk langit.
    Birer misbah-ı nevvar, birer gemi-i cebbar, birer tayyareleriz biz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami adalah mukjizat qudrah Yang Mahakuasa dan Maha Sempurna, kreasi luar biasa Dzat Yang Mahabijak dan Mahaagung,
    Bir Kadîr-i Zülkemal’in, bir Hakîm-i Zülcelal’in birer mu’cize-i kudret, birer hârika-i sanat-ı Hâlıkane,
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    hikmah yang menakjubkan, ciptaan yang sangat indah, serta alam yang bercahaya.
    Birer nadire-i hikmet, birer dâhiye-i hilkat, birer nur âlemiyiz biz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Demikianlah, kami menjelaskan lewat seratus ribu bukti lewat seratus ribu lisan. Kami memperdengarkannya kepada mereka yang benar-benar manusia.
    Böyle yüz bin dil ile yüz bin bürhan gösteririz, işittiririz insan olan insana.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Mata orang kafir buta, tak bisa melihat wajah kami yang bersinar, dan tidak bisa mendengar ucapan kami yang jelas. Kami adalah bukti (tanda kekuasaan) yang menuturkan kebenaran.
    Kör olası dinsiz gözü, görmez oldu yüzümüzü hem işitmez sözümüzü, hak söyleyen âyetleriz biz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Stempel kami sama, wajah kami sama. Kami semua bertasbih dan berzikir kepada Rabb kami, serta tunduk pada perintah-Nya.
    Sikkemiz bir, turramız bir, Rabb’imize musahharız. Müsebbihiz, zikrederiz abîdane.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami berzikir kepada Allah sedang kami ditarik oleh cinta kepa- da-Nya.
    Kehkeşan’ın halka-i kübrasına mensup birer meczuplarız biz.
    </div>


    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    Kami terikat dengan halakah zikir galaksi bima sakti.
    dediklerini hayalen dinledim.
    </div>




    <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
    ------
    ------
    <center> [[On Altıncı Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[On Sekizinci Söz]] </center>
    <center> [[On Altıncı Söz/id|KALIMAT KEENAM BELAS]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[On Sekizinci Söz/id|KALIMAT KEDELAPAN BELAS]] </center>
    ------
    ------
    </div>

    13.55, 7 Kasım 2024 itibarı ile sayfanın şu anki hâli

    Diğer diller:


    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

    “Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhi- asan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjadikan pula apa yang di atasnya menjadi tanah rata dan tandus.”(QS. al-Kahfi [18]: 7-8).“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau...”(QS. al-An’âm [6]: 32).

    Kalimat Ini Berisi Penjelasan tentang Dua Kedudukan Tinggi dan Sebuah Lampiran yang Cemerlang.

    Tuhan Pencipta Yang Maha Penyayang, Pemberi Rezeki Yang Maha Pemurah, dan Pencipta Yang Mahabijak telah menjadikan dunia ini dalam gambaran hari raya yang bahagia, pesta besar, serta festi- val alam roh dan ruhaniyyûn. Dia menghiasnya dengan sejumlah je- jak indah nama-nama-Nya. Dia membungkus setiap rohbaik yang kecil maupun besar—dengan jasad sesuai dengan bentuk dan ukurannya. Lalu Dia memberikan padanya sejumlah indra dan perasaan, serta semua perangkat yang bisa digunakan untuk mereguk beragam karunia dan nikmat yang jumlahnya tak terhingga, yang terhampar di hari raya indah itu dan terpampang di festival besar tersebut. Allah  memberikan wujud fisik materi kepada setiap roh seraya mengirimnya ke hari raya dan festival itu secara sekaligus.

    Kemudian Dia membagi festival yang luas dan megah tadi dari sisi waktu dan tempat kepada sejumlah masa, tahun, dan musim. Bah- kan kepada sejumlah hari dan bagian-bagian hari. Dia menjadikan setiap masa, tahun, musim, hari, dan bagian dari hari sebagai festival mulia, hari raya yang indah, parade umum bagi sekelompok makh- luk-Nya yang memiliki roh dan ciptaan-Nya yang berupa tumbuhan.

    Dia menghadirkan sejumlah festival secara bergantian bagi berbagai kelompok ciptaan-Nya yang sangat kecil terutama muka bumi, ter- lebih lagi di musim semi dan musim panas hingga hari raya tersebut menjadi hari raya yang sangat indah dan menarik perhatian makh- luk ruhaniyyûn yang terdapat di alam atas, malaikat, serta penduduk langit untuk menyaksikannya. Dia juga menarik perhatian kaum yang memiliki akal pikiran untuk merefleksikannya sampai pada tingkat di mana akal tak mampu untuk menggambarkannya.

    Akan tetapi, jamuan Ilahi dan hari raya rabbani ini berikut ber- bagai manifestasi nama ar-Rahmân (Yang Maha Pengasih) dan al- Muhyî (Yang Maha Menghidupkan) dikelilingi oleh perpisahan dan kematian di mana hal itu menunjukkan nama Allah, al-Qahhâr (Yang Maha Memaksa) dan al-Mumît (Yang Maha Mematikan). Barangkali hal ini secara lahiriah tidak sejalan dengan rahmat-Nya yang menye- luruh yang disebutkan dalam firman-Nya (وَسِعَت۟ رَح۟مَتٖى كُلَّ شَى۟ءٍ ) ‘Rah- mat-Ku meliputi segala sesuatu.’ (QS. al-A’râf [7]: 156). Namun sebe- narnya terdapat sejumlah sisi yang menunjukkan bahwa hal itu sangat sejalan dengan rahmat Ilahi. Kami akan menjelaskan satu sisi saja darinya, yaitu sebagai berikut:

    Setelah parade rabbani untuk setiap kelompok selesai diperlihat- kan dan buah yang dituju dari pagelaran tersebut telah diraih, maka Tuhan Sang Pencipta Yang Maha Penyayang dan Pemurah menga- nugerahkan kepada setiap kelompok tersebut keinginan untuk istira- hat dan kecenderungan untuk berpindah ke alam lain. Dia juga membuat mereka jenuh dengan dunia lewat beragam bentuk kebosanan sebagai wujud rahmat bagi mereka. Ketika mereka dibebaskan dari be- ban hidup dan dilepaskan dari tugas yang ada, Allah  menanamkan keinginan yang kuat dan kerinduan dalam jiwa mereka untuk kembali ke tanah air mereka yang hakiki.

    Sebagaimana Allah memberikan tingkatan syahid bagi seorang prajurit biasa yang mati di saat menunaikan pengabdian dan mening- gal dalam tugas jihad,

    sebagaimana Dia memberikan kepada kambing kurban sebuah wujud materi di akhirat seraya membalasnya dengan menjadikannya sebagai tunggangan laksana burak bagi pemiliknya untuk melewati shirath al-mustaqim,(*[1])maka tidak aneh jika Tuhan Yang Maha Penyayang dan Pemurah memberikan kepada makhluk yang memiliki roh sebuah balasan ruhiyah yang sesuai dengannya serta upah maknawi yang sepadan dengan potensi mereka yang ber- sumber dari khazanah rahmat-Nya yang luas. Hal itu setelah mere- ka mengalami berbagai kesulitan, mati di saat menunaikan tugas fitri Ilahi yang khusus terkait dengan mereka, serta bersabar menghadapi sejumlah hal dalam mematuhi perintah-Nya, sehingga mereka tidak merasa sakit saat meninggalkan dunia. Sebaliknya, mereka malah rida dan mendapat rida-Nya.

    Hanya Allah yang mengetahui persoalan gaib.

    Manusia yang merupakan makhluk termulia dan paling men- dapat manfaat dari hari raya tersebut—dari segi kuantitas dan kuali- tas—dengan rahmat Allah diberi kondisi rindu secara ruhiyah yang membuatnya benci pada dunia tempat ia diuji agar bisa menyeberang ke akhirat dengan selamat. Manusia yang rasa kemanusiaannya tidak tenggelam dalam kesesatan dapat mengambil manfaat dari kondisi ruhiyah tersebut sehingga ia meninggalkan dunia dengan kalbu yang tenteram.Di sini kami akan menjelaskan lima sisi atau aspek, sebagai con- toh, yang bisa melahirkan kondisi ruhiyah di atas.

    Pertama, dengan datangnya masa tua, Dia memperlihatkan ke- pada manusia stempel kefanaan dan kebinasaan atas segala sesuatu yang bersifat duniawi sekaligus memberikan sejumlah esensinya yang pahit, sehingga hal itu membuat manusia lari dari dunia dan mencari sesuatu yang abadi dan kekal sebagai ganti darinya.

    Kedua, Allah membuat manusia merasa rindu dan ingin menuju ke tempat perginya sembilan puluh sembilan persen dari orang yang ia cintai, yang memiliki ikatan dengan mereka, serta yang bertempat di alam lain. Kecintaan kuat itu mendorong manusia untuk menyambut kematian dan ajal dengan gembira dan bahagia.

    Ketiga, Allah mendorong manusia untuk menyadari kelema- han dan ketidakberdayaannya yang tak terhingga, baik karena beban hidup, tugas kehidupan, atau hal yang lain. Hal itu melahirkan keingi- nan kuat pada dirinya untuk menuju tempat istirahat dan kerinduan yang tulus untuk pergi ke negeri lain.

    Keempat, Allah menjelaskan kepada manusia yang beri- man—lewat cahaya iman—bahwa kematian bukan ketiadaan, tetapi pergantian tempat; kubur bukan lubang sumur yang gelap, tetapi pintu menuju alam cahaya; dunia berikut semua kesenangannya sama se- perti penjara yang sempit jika dibandingkan dengan akhirat yang luas dan indah. Karena itu, keluar dari penjara dunia menuju taman surga ukhrawi, serta berpindah dari kehidupan materi yang keruh menu- ju alam tempat istirahat dan ketenteraman, berlepas diri dari kebisi- ngan makhluk menuju hadirat Ilahi yang tenang dan menyenangkan merupakan bentuk wisata, bahkan kebahagiaan yang diimpikan meski dengan seribu satu pengorbanan.

    Kelima, Allah memberikan pemahaman kepada orang yang mendengar al-Qur’an tentang ilmu hakikat yang berada di dalamnya. Lewat cahaya hakikat, Dia mengajarkan kepadanya substansi dunia se- hingga sikap senang dan cenderung kepada dunia adalah sesuatu yang tak berguna. Dengan kata lain, Dia berkata dan menegaskan padanya:

    Dunia merupakan kitab Shamadani. Huruf-huruf dan kalimat- nya tidak mewakili dan mencerminkan dirinya. Namun ia menun- jukkan Dzat Penciptanya berikut sifat-sifat-Nya dan nama-nama-Nya yang mulia. Karena itu, pahami dan ambillah maknanya. Tinggalkan ukiran dan tulisannya.

    Dunia merupakan ladang akhirat. Tanami, ambil, dan jagalah buahnya. Abaikan semua kotorannya.

    Dunia merupakan tempat berkumpulnya cermin secara bergi- lir. Kenalilah Dzat yang tampak di dalamnya. Lihat cahaya-Nya dan pahami makna nama-nama-Nya yang terwujud padanya. Cintai kan- dungannya dan putuskan hubunganmu dengan potongan kacanya yang sewaktu-waktu dapat pecah dan lenyap.

    Dunia merupakan tempat bisnis yang berjalan. Lakukanlah jual beli. Jangan membuntuti berbagai rombongan yang melarikan diri darimu dan tidak menghargaimu agar engkau tidak penat.

    Dunia merupakan tempat rekreasi sementara. Oleh karena itu, arahkan penglihatanmu kepadanya untuk mengambil pelajaran. Cermati wajah indah yang tersembunyi di baliknya di mana ia mengarah kepada Dzat Yang Mahaindah dan abadi. Berpalinglah dari wajah buruk yang mengarah kepada hawa nafsu. Jangan menangis seperti anak kecil yang tertipu ketika tirai yang memperlihatkan pemandangan in- dah terurai.

    Dunia merupakan tempat jamuan bagi para musafir. Oleh karena itu, makan dan minumlah dengan izin Sang Pemilik jamuan. Ungkap- kan rasa syukur pada-Nya dan jangan bergerak kecuali sesuai dengan perintah-Nya. Pergilah darinya tanpa menoleh ke belakang. Janganlah engkau sibuk dengan berbagai urusan yang tidak berguna. Jangan ce- burkan diri dengan berbagai urusannya yang segera lenyap.Demikianlah, dengan sejumlah hakikat nyata semacam itu, Allah  meringankan begitu banyak luka perpisahan dengan dunia yang dirasakan oleh manusia dengan memperlihatkan rahasia di da- lam dunia. Bahkan Dia membuatnya disukai oleh mereka yang terjaga dan sadar lewat sejumlah rahasia hakikat dunia yang Dia perlihatkan. Perpisahan tersebut merupakan salah satu wujud rahmat-Nya yang luas dalam segala hal dan keadaan.

    Al-Qur’an al-Karim menjelaskan kelima sisi yang ada. Ayat-ayatnya juga menunjukkan kepada sejum- lah sisi khusus lainnya.

    Sungguh malang orang yang tidak memiliki bagian dari kelima sisi di atas.


    KEDUDUKAN KEDUA

    Mengeluh adalah Musibah(*[2])

    Tidak usah meratap wahai yang malang, dan bertawakkallah kepada Allah dalam menghadapi cobaan yang menimpa.

    Mengeluh adalah musibah, bahkan melebihi musibah dan merupakan kesalahan besar.

    Jika engkau mengetahui Dzat yang mengujimu, maka musibah akan menjadi karunia dan kebahagiaan.

    Tidak usah mengeluh dan banyaklah bersyukur. Bunga tersenyum melihat rasa senang sang kekasih, burung bulbul.

    Jika tidak menemukan Allah, duniamu menjadi petaka dan derita, lenyap dan fana, serta sia-sia.

    Mengapa engkau mengeluhkan musibah yang kecil, padahal engkau terbebani dengan berbagai musibah seluas dunia. Maka bertawakallah.

    Tersenyumlah dengan sikap tawakal dalam menghadapi musibah agar musibah itu pun tersenyum.

    Setiap kali tersenyum, ia akan mengecil hingga akhirnya lenyap Wahai yang tertipu,

    ketahuilah bahwa kebahagiaan di dunia ini adalah dengan meninggalkannya.

    Jika engkau beriman, itu sudah cukup. Jika engkau membelakangi dunia, ia akan menghampirimu.

    Jika engkau bangga dengan dirimu, itu merupakan sebuah kebina- saan yang nyata. Apa pun yang engkau kerjakan segalanya akan menjadi musuh.

    Karena itu, ia harus ditinggalkan dalam dua kondisi tersebut.

    Meninggalkannya dalam arti ia merupakan milik Allah yang dilihat dengan izin dan atas nama-Nya.

    Jika engkau mencari bisnis yang menguntukan, tukarlah usia yang fana dengan usia yang abadi.

    Jika engkau menuruti keinginan dirimu, ia akan sirna dan lenyap.

    Jika engkau menatap cakrawala, stempel fana ada padanya.

    Kesenangan di pasar ini paslu sehingga tidak layak dibeli Karenanya tinggalkan ia!

    Sebab yang asli telah disiapkan di baliknya.


    Buah dari Pohon Murbei Hitam

    Di atas pohon murbei hitam yang penuh berkah, Said Lama menuturkan sejumlah hakikat berikut ini lewat lisan Said Baru

    Mitra bicaraku bukan Ziya Pasya, namun mereka yang tertipu dengan Eropa.

    Yang berbicara bukan diriku, namun hatiku yang merupakan murid al-Qur’an.

    Kalimat di atas merupakan hakikat. Jangan bingung! Jangan sampai melampaui batas!

    Jangan condong kepada pemikiran asing. Ia adalah kesesatan yang akan berakhir dengan penyesalan.

    Tidakkah engkau melihat orang yang paling pintar dan genius selalu berkata dengan penuh kebingungan:

    Oh,kepada siapa aku mengadu?Aku bingung.

    Sementara tanpa ragu aku berkata dengan dipandu al-Qur’an,

    “Aku mengadu kepada-Nya dan tidak bingung seperti dirimu.”

    Aku memohon kebenaran kepada Dzat Yang Mahabenar, tanpa mele- wati batas sepertimu.

    Aku berdoa dari bumi menuju langit dan tidak akan lari sepertimu.

    Dalam al-Qur’an, seluruh dakwah berasal dari cahaya menuju cahaya. Aku takkan berpaling sepertimu.

    Dalam al-Qur’an terdapat hikmah yang benar yang kubuktikan. Aku tidak akan condong kepada filsafat yang bertentangan dengan al-Qur’an.

    Dalam al-Qur’an terdapat inti berbagai hakikat. Kuterima ia dengan sepenuh jiwa dan takkan kujual sepertimu.

    Perjalananku dari makhluk menuju al-Haq tanpa menyimpang sepertimu.

    Aku terbang di atas jalan berduri tanpa mau menginjaknya seper- timu.

    Syukurku naik menuju langit tanpa membangkang sepertimu.

    Kulihat kematian dan ajal sebagai sahabat, tanpa takut sepertimu.

    Aku masuk ke dalam kubur seraya tersenyum tanpa rasa cemas sepertimu.

    Aku tidak melihatnya sebagai mulut monster dan ambang ketiadaan.

    Namun ia adalah tempat perjumpaan dengan para kekasih sehingga tidak kubenci. Aku tidak risau dengannya dan tidak mengkhawatirkannya.

    Ia pintu rahmat, pintu cahaya, dan pintu kebenaran. Aku tidak bosan denganya dan tidak meninggalkannya.

    Aku mengetuknya dengan nama Allah, tanpa menoleh dan tanpa rasa cemas.

    Aku akan tidur dengan tenang seraya mengucapkan alhamdulillah tanpa merasa sendirian.

    Aku akan bangkit di atas gema suara Israfil di fajar kebangkitan de- ngan berkata, “Allahu Akbar.” Aku tidak takut pada mahsyar. Dan tidak akan lari dari masjid terbesar.

    Aku tidak putus asa berkat karunia Allah, cahaya al-Qur’an, dan limpahan iman.

    Aku berusaha terbang menuju naungan arasy ar-Rahman. Dengan izin Allah, aku tidak akan tersesat sepertimu.


    Munajat

    هٰذِهِ ال۟مُنَاجَاةُ تَخَطَّرَت۟ فِى ال۟قَل۟بِ هٰكَذَا بِال۟بَيَانِ ال۟فَارِسٖى

    Munajat ini ditulis, sebagaimana terlintas di dalam kalbu, dalam bahasa Persia. Ia diterbitkan sebagai bagian dari risalah “Hubâb min Ummân al-Qur’an” (Buih dari lautan al-Qur’an).

    يَارَب۟ بَشَش۟ جِهَت۟ نَظَر۟ مٖيكَر۟دَم۟ دَر۟دِ خُود۟رَا دَر۟مَان۟ نَمٖى دٖيدَم۟

    “Wahai Tuhan, tatapanku tertuju ke enam arah dengan harapan bisa menemukan obat dari penyakitku. Aku bersandar kepada ke- mampuanku dengan lalai tanpa bertawakkal. Akan tetapi, sungguh malang aku tidak dapat menemukan obat bagi penyakitku, sehingga datanglah bisikan padaku, “Bukankah penyakit tersebut sudah cukup menjadi obat.”

    دَر۟رَاس۟ت۟ مٖى دٖيدَم۟ كِه دٖى رُوز۟ مَزَارِ پَدَرِ مَنَس۟ت۟

    Ya, dengan lalai aku melihat masa lalu di sisi kananku guna mencari pelipur lara. Namun aku melihat hari kemarin berupa kubur ayahku. Masa lalu tampak bagiku seperti kuburan besar nenek mo- yangku. Alih-alih mendapatkan pelipur lara, hal ini justru membuatku semakin pilu.

    Hanya saja kemudian iman memperlihatkan kuburan besar itu sebagai majelis bersinar dan tempat berkumpulnya para kekasih.

    وَ دَر۟ چَپ۟ دٖيدَم۟ كِه فَر۟دَا قَب۟رِ مَنَس۟ت۟

    Kemudian aku menatap masa depan di sisi kiri. Aku tidak menemukan obat padanya. Namun esok tampak bagiku dalam bentuk kuburku. Masa depan terlihat sebagai kuburan bagi orang-orang se- pertiku dan pemakaman bagi generasi kemudian. Alih-alih mendapat pelipur lara, hal itu malah membuatku semakin pilu.

    Hanya saja iman dan rasa tenteram yang dihasilkannya memper- lihatkan kuburan besar itu sebagai undangan kasih sayang Tuhan di istana kebahagiaan yang indah.

    وَ اٖيم۟رُوز۟ تَابُوتِ جِس۟مِ پُر۟ اِض۟طِرَابِ مَنَس۟ت۟

    Karena sisi kiri tidak berguna, aku pun melihat ke hari ini. Ternyata ia seperti keranda yang membawa jenazah tubuhku yang be- rada dalam kondisi antara mati dan hidup.

    Hanya saja iman memperlihatkan keranda itu sebagai tempat bisnis dan jamuan yang mewah.

    بَر۟ سَرِ عُم۟ر۟ جَنَازَۀِ مَن۟ اٖيس۟تَادَه اَس۟ت۟

    Maka, dari sisi ini aku tidak menemukan obat. Kuangkat kepalaku untuk melihat ke puncak pohon usiaku. Kutatap betapa jenazahku merupakan buah satu-satunya dari pohon tersebut. Ia se- dang menantiku di sana.

    Hanya saja iman kemudian memperlihatkan bahwa buah terse- but bukanlah jenazah. Namun ia merupakan ruhku yang menuju ke- hidupan abadi dan menantikan kebahagiaan abadi dengan melepas sangkarnya yang lama guna melayang di antara bintang-gemintang.

    دَر۟ قَدَم۟ اٰبِ خَاكِ خِل۟قَتِ مَن۟ وَ خَاكِس۟تَرِ عِظَامِ مَنَس۟ت۟

    Aku pun berpaling dari sisi tersebut. Kutundukkan kepala- ku. Kulihat tulangku yang telah rusak dan hancur bercampur dengan tanah awal penciptaanku. Ia diinjak oleh berbagai kaki. Sisi ini mem- buatku semakin sakit dan sama sekali tidak membantu.

    Hanya saja iman memperlihatkan tanah tersebut sebagai pintu menuju rahmat Tuhan dan tirai ruang surga.

    چُون۟ دَر۟ پَس۟ مٖينِگَرَم۟ بٖينَم۟ اٖين۟ دُن۟يَاءِ بٖى بُن۟يَاد۟ هٖيچ۟ دَر۟ هٖيچَس۟ت۟

    Kupalingkan pandanganku dari sisi itu menoleh ke be- lakang. Kulihat dunia yang fana bergulir menuju lembah kesia-siaan dan gelapnya ketiadaan. Alih-alih menjadi pelipur lara, sisi ini justru menghembuskan racun rasa cemas dan takut ke dalam penyakitku.

    Hanya saja iman memperlihatkan bahwa dunia yang bergulir di kegelapan itu tidak lain merupakan ketentuan Ilahi dan lembaran tulisan-Nya yang menyudahi tugasnya, memberikan maknanya, serta meninggalkan buahnya di alam wujud sebagai ganti darinya.

    وَ دَر۟ پٖيش۟ اَن۟دَازَۀِ نَظَر۟ مٖيكُنَم۟ دَرِ قَبِر۟ كُشَادَه اَس۟ت۟

    وَ رَاهِ اَبَد۟ بَدُورِ دِرَاز۟ بَدٖيدَارَس۟ت۟

    Ketika pada sisi ini aku juga tidak menemukan sebuah ke- baikan, maka kuarahkan pandangan ke depan. Kulihat pintu kubur terbuka di awal perjalananku. Di belakangnya tampak dengan jelas jalan yang membentang menuju keabadian.

    Adapun iman, ia menjadikan pintu kubur tersebut sebagai pin- tu menuju alam cahaya, sementara jalan tadi adalah jalan menuju ke- bahagiaan yang kekal. Maka, iman benar-benar menjadi balsam yang bisa menyembuhkan penyakitku.

    مَرَا جُز۟ جُز۟ءِ اِخ۟تِيَارٖى چٖيزٖى نٖيس۟ت۟ دَر۟ دَس۟ت۟

    Jadi, pada keenam sisi di atas aku tidak menemukan satu pun pelipur lara. Yang kudapatkan hanya rasa resah dan gelisah. Pada ke- semuanya aku tidak mendapatkan sandaran kecuali sebagian kecil dari ikhtiarku yang parsial.

    Adapun iman, ia memberikan sebuah instrumen kepadaku agar aku bisa bersandar kepada qudrah-Nya yang Mahaagung sebagai ganti dari ikhtiar ini.

    كِه اُو جُز۟ء۟ هَم۟ عَاجِز۟ هَم۟ كُوتَاهُ و هَم۟ كَم۟ عَيَارَس۟ت۟

    Ikhtiar parsialku yang merupakan senjata manusia demikian lemah dan terbatas. Ia tidak bisa mencipta dan hanya bisa berikhtiar.

    Hanya saja iman menjadikan ikhtiar parsial tersebut memadai untuk segala hal karena digunakan di jalan Allah. Ia laksana prajurit yang ikut dalam pasukan negara sehingga dapat menunaikan ribuan kali lipat dari kekuatannya.

    نَه دَر۟ مَاضٖى مَجَالِ حُلُول۟ نَه دَر۟ مُس۟تَق۟بَل۟ مَدَارِ نُفُوذ۟ اَس۟ت۟

    Karena ikhtiarku tak mampu menembus masa lalu dan tak ber- pengaruh bagi masa depan, maka ia tak berguna bagi harapan dan ke- pedihanku di masa lalu dan masa mendatang.

    Imanlah yang memegang kendali ikhtiarku tersebut dari fisik hewani guna diserahkan ke kalbu dan roh. Karena itu, ia bisa menu- ju masa lalu dan menembus masa depan, di mana wilayah kehidupan kalbu dan ruh sangat luas.

    مَي۟دَانِ اُو اٖين۟ زَمَانِ حَال۟ و يَك۟ اٰنِ سَيَّالَس۟ت۟

    Wilayah ikhtiarku berupa masa kini yang terbatas. Ia temporer dan pasti berakhir.

    بَا اٖين۟ هَمَه فَق۟ر۟هَا وَ ضَع۟ف۟هَا قَلَمِ قُد۟رَتِ تُو اٰشِكَارَه نُوِش۟تَه اَس۟ت۟

    دَر۟ فِط۟رَتِ مَا مَي۟لِ اَبَد۟ وَ اَمَلِ سَر۟مَد۟

    Di samping seluruh kebutuhanku, kelemahanku, kepapaanku, dan ketidakberdayaanku, aku diserang oleh rasa cemas yang bersum- ber dari enam arah. Sementara harapan yang membentang menuju ke- abadian masuk ke dalam fitrahku.

    بَل۟كِه هَر۟ چِه هَس۟ت۟ ، هَس۟ت۟

    Dalam fitrahku juga tertanam ber- bagai keinginan yang tertulis secara jelas dengan pena qudrah. Bahkan model dari seluruh yang ada di dunia terdapat di dalam fitrahku. Aku terpaut dengan mereka. Aku berusaha untuknya dan terdorong untuk menggapainya.

    دَائِرَۀِ اِح۟تِيَاج۟ مَانَن۟دِ دَائِرَۀِ مَدِّ نَظَر۟ بُزُر۟گٖى دَارَس۟ت۟

    Wilayah kebutuhan sangat luas seluas mata memandang, bah- kan seluas jangkauan khayalan.

    خَيَال۟ كُدَام۟ رَسَد۟ اِح۟تِيَاج۟ نٖيز۟ رَسَد۟

    دَر۟ دَس۟ت۟ هَر۟چِه نٖيس۟ت۟ دَر۟ اِح۟تِيَاج۟ هَس۟ت۟

    Bahkan semua yang tidak dapat diraih oleh tangan termasuk dalam kebutuhan, sementara yang tidak terjang- kau oleh tangan sungguh tidak terbatas. Sedangkan wilayah kemam- puan sangat terbatas sebatas jangkauan tangan.

    دَائِرَۀِ اِق۟تِدَار۟ هَم۟چُو دَائِرَۀِ دَس۟تِ كُوتَاه۟ كُوتَاهَس۟ت۟

    Artinya kefakiran dan kebutuhanku seluas dunia, sementara modalku sangat parsial dan kecil.

    پَس۟ فَق۟رُ و حَاجَاتِ مَا بَقَد۟رِ جِهَانَس۟ت۟

    Kebutuhan yang seukuran alam ini di mana ia hanya bisa diraih dengan miliaran sama sekali tak bisa dibandingkan dengan ikhtiarku yang parsial.

    وَ سَر۟مَايَۀِ مَا هَم۟ چُو جُز۟ءِ لَايَتَجَزَّا اَس۟ت۟

    Berbagai kebutuhan tersebut tak bisa dibeli dengan harga yang sangat sedikit ini.

    اٖين۟ جُز۟ء۟ كُدَام۟ وَ اٖين۟ كَائِنَاتِ حَاجَات۟ كُدَامَس۟ت۟

    Ia tidak mungkin bisa diraih dengannya. Maka, harus dicari cara lain.

    پَس۟ دَر۟ رَاهِ تُو اَز۟ اٖين۟ جُز۟ء۟ نٖيز۟ بَاز۟ مٖى گُذَش۟تَن۟ چَارَۀِ مَن۟ اَس۟ت۟

    Cara tersebut adalah dengan melepas ikhtiar parsial tadi sekaligus menye- rahkannya kepada kehendak Ilahi. Jadi, dengan menanggalkan kekua- tan dan upaya sendiri serta memohon daya dan kekuatan Allah. De- ngan demikian, manusia berpegang pada tali tawakkal. Wahai Tuhan, karena hanya ini sarana menuju keselamatan, maka aku berlepas dari ikhtiarku yang parsial dan egoku di jalan-Mu.

    تَا عِنَايَتِ تُو دَس۟ت۟گٖيرِ مَن۟ شَوَد۟ رَح۟مَتِ بٖى نِهَايَتِ تُو پَنَاهِ مَن۟ اَس۟ت۟

    Hal itu agar pertolo- ngan-Mu membantu sebagai wujud rahmat-Mu terhadap kelemahan dan ketidakberdayaanku serta agar rahmat-Mu menjadi sandaranku dan agar pintunya terbuka bagiku.

    اٰن۟ كَس۟ كِه بَح۟رِ بٖى نِهَايَتِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ اَس۟ت۟

    تَك۟يَه نَه كُنَد۟ بَر۟ اٖين۟ جُز۟ءِ اِخ۟تِيَارٖى كِه يَك۟ قَط۟رَه سَرَابَس۟ت۟

    Ya, setiap orang yang menemukan lautan rahmat yang tak berte- pi tidak akan bersandar pada ikhtiarnya sendiri yang laksana setetes fatamorgana. Ia tidak akan menyerahkan urusannya kepadanya, tetapi kepada rahmat tersebut.

    اَي۟وَاه۟ اٖين۟ زِن۟دِگَانٖى هَم۟ چُو خَابَس۟ت۟

    وٖين۟ عُم۟رِ بٖى بُن۟يَاد۟ هَم۟ چُو بَادَس۟ت۟

    Sungguh malang! Kami telah tertipu. Kami mengira kehidupan dunia ini abadi. Dengan pandangan semacam itu, kami telah menyia- nyiakan segalanya.Ya, kehidupan ini seperti tidur sesaat lalu lenyap seperti mimpi. Usia yang rapuh ini pergi bagaikan angin yang bertiup.

    اِن۟سَان۟ بَزَوَال۟ دُن۟يَا بَفَنَا اَس۟ت۟ اٰمَال۟ بٖى بَقَا اٰلَام۟ بَبَقَا اَس۟ت۟

    Manusia sombong yang membanggakan diri dan menyangka dirinya abadi ternyata akan menghilang. Ia akan segera pergi. Semen- tara dunia yang menjadi tempatnya akan menuju gelapnya ketiadaan. Berbagai harapan berlalu seperti hembusan angin dan yang tersisa ha- nya kepedihan yang tertanam di dalam jiwa.

    بِيَا اَى۟ نَف۟سِ نَافَر۟جَام۟ وُجُودِ فَانِىِ خُود۟رَا فَدَا كُن۟

    خَالِقِ خُود۟رَا كِه اٖين۟ هَس۟تٖى وَدٖيعَه هَس۟ت۟

    Jika hakikatnya demikian. Marilah wahai diri yang merindu- kan kehidupan, yang mengharap usia panjang, yang mencintai dunia, yang menghadapi derita tak terhingga dan harapan tak terkira. Wahai diri yang malang, sadarlah! Tidakkah engkau melihat bahwa kunang- kunang yang bersandar pada cahayanya selalu berada dalam kegela- pan malam yang pekat. Sementara lebah yang tidak bertumpu pada dirinya mendapatkan cahaya siang. Ia bisa melihat sejumlah bunga yang merupakan temannya berkilau dengan cahaya matahari. Begitu pula dengan dirimu. Jika engkau bersandar pada eksistensi, diri, dan egomu, engkau akan seperti kunang-kunang. Akan tetapi, jika engkau mengorbankan wujudmu yang fana di jalan Penciptamu yang telah menganugerahkannya padamu, engkau akan menjadi seperti lebah. Engkau akan menemukan cahaya wujud yang tak terhingga. Maka, korbankan dirimu, sebab wujud ini merupakan titipan dan amanah yang ada padamu.

    وَ مُل۟كِ اُو وَ اُو دَادَه فَنَا كُن۟ تَا بَقَا يَابَد۟

    اَز۟ اٰن۟ سِرّٖى كِه ، نَف۟ىِ نَف۟ى۟ اِث۟بَات۟ اَس۟ت۟

    Kemudian alam ini merupakan kerajaan-Nya. Dialah yang telah memberikannya kepadamu. Karena itu, korbankanlah ia tanpa ragu. Korbankan ia agar bisa menjadi kekal, sebab menafikan penafian me- rupakan penetapan. Artinya, jika ketiadaan ditiadakan, maka ia me- rupakan keberadaan. Jika “tiada” tidak ada, berarti hasilnya “ada”.

    خُدَاىِ پُر۟كَرَم۟ خُود۟ مُل۟كِ خُود۟رَا مٖى خَرَد۟ اَز۟ تُو

    بَهَاىِ بٖى كِرَان۟ دَادَه بَرَاىِ تُو نِگَاه۟ دَارَس۟ت۟

    Allah membeli milik-Nya darimu lalu memberimu harganya dalam jumlah besar, yaitu surga. Ia menjaga milik-Nya itu sekaligus meninggikan nilainya. Lalu Dia akan mengembalikannya kepadamu dalam bentuk yang kekal dan sempurna. Karena itu wahai diri, cepat- lah melakukan perdagangan tersebut! Ia merupakan perdagangan yang memberikan lima keuntungan. Dengan kata lain, engkau mendapat lima keuntungan sekaligus dan selamat dari lima kerugian.


    فَلَمَّٓا اَفَلَ قَالَ لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ

    لَقَد۟ اَب۟كَانٖى نَع۟ىُ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مِن۟ خَلٖيلِ اللّٰهِ

    “Tatkala bintang itu terbenam, ia berkata, “Saya tidak suka kepada yang terbenam.” (QS. al-An’âm [6]: 76). Ungkapan duka, “Saya tidak suka kepada yang terbenam” yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim  di saat kepergian entitas telah mem- buatku menangis.

    فَصَبَّت۟ عَي۟نُ قَل۟بٖى قَطَرَاتٍ بَاكِيَاتٍ مِن۟ شُئُونِ اللّٰهِ

    Mata kalbuku menuangkan sejumlah tetesan. Setiap tetes membawa kesedihan dan duka yang membuatku menangis. Te- tesan itu tidak lain adalah sejumlah bait berikut yang datang ke dalam kalbu dalam bahasa Persia.

    لِتَف۟سٖيرِ كَلَامٍ مِن۟ حَكٖيمٍ اَى۟ نَبِىٍّ فٖى كَلَامِ اللّٰهِ

    Ia semacam penjelasan dari ucapan Khali- lullah, sang nabi yang bijak, Ibrahim , sebagaimana terkandung da- lam ayat di atas, “Saya tidak suka kepada yang terbenam.”

    نَمٖى زٖيبَاس۟ت۟ اُفُول۟دَه گُم۟ شُدَن۟ مَح۟بُوب۟

    Kekasih yang terbenam bukanlah kekasih yang indah. Makhluk yang fana tidak akan memiliki keindahan yang hakiki dan tidak akan disukai oleh kalbu. Sebab, kalbu yang tercipta untuk mencintai keaba- dian dan memantulkan cahaya kekekalan tidak menyenangi kefanaan dan tidak layak dengannya.

    نَمٖى اَر۟زَد۟ غُرُوب۟دَه غَي۟ب۟ شُدَن۟ مَط۟لُوب۟

    Permintaan yang akan segera lenyap tidak layak menjadi pautan kalbu dan tidak pantas dirisaukan. Sebab, ia tidak bisa menjadi ruju- kan amal dan tambatan harapan. Diri tidak boleh meratapinya, apalagi untuk disenangi, digandrungi, dan disembah kalbu?

    نَمٖى خٰواهَم۟ فَنَادَه مَح۟و۟ شُدَن۟ مَق۟صُود۟

    Tujuan yang lenyap dalam kefanaan tak kuinginkan. Aku tidak menginginkan sesuatu yang fana, sebab aku juga makhluk yang fana. Apa arti sesuatu yang fana bagiku?

    نَمٖى خٰوانَم۟ زَوَال۟دَه دَف۟ن۟ شُدَن۟ مَع۟بُود۟

    Sesembahan yang terkubur dalam ketiadaan tidak akan kuse- ru, kuminta, dan takkan kuberlindung padanya. Sebab, yang tidak mampu memberikan obat bagi penyakitku yang berat dan tidak dapat membalut luka abadiku, bagaimana mungkin menjadi sesembahan, sementara ia sendiri tak dapat menyelamatkan dirinya dari ketiadaan?

    عَق۟ل۟ فَر۟يَاد۟ مٖى دَارَد۟ نِدَاءِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ رُوحَم۟

    Di hadapan entitas yang bergerak menuju fana, akal yang tertipu dengan alam lahiriah berteriak putus asa setiap kali melihat kepergian yang ia cintai. Jiwa yang berusaha mencari kekasih abadi meratap de- ngan berkata, “Saya tidak suka kepada yang terbenam.”

    نَمٖى خٰواهَم۟ نَمٖى خٰوانَم۟ نَمٖى تَابَم۟ فِرَاقٖى

    Tidak, aku tidak ingin dan tidak akan sanggup berpisah.

    نَمٖى اَر۟زَد۟ مَرَاقَه اٖين۟ زَوَال۟ دَر۟ پَس۟ تَلَاقٖى

    Pertemuan yang berakhir dengan perpisahan sangat menyakitkan. Pertemuan yang dihiasi dengan perpisahan tidak layak dicintai dan tidak pantas dirindukan. Pasalnya, sebagaimana hilangnya nikmat merupakan kepedihan, maka membayangkan kepergiannya juga me- rupakan kepedihan. Kumpulan syair para pujangga cinta serta seluruh untaian bait mereka merupakan ratapan yang bersumber dari kepedi- han akibat membayangkan perpisahan.

    اَز۟ اٰن۟ دَر۟دٖى گِرٖينِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ قَل۟بَم۟

    Bahkan jika engkau memeras intisari syair siapa pun dari mereka, yang terlihat dan keluar hanya- lah ratapan kepedihan yang bersumber dari kondisi membayangkan kepergian.Berbagai pertemuan yang diwarnai oleh perpisahan dan kekasih simbolik yang melahirkan kepedihan memeras kalbuku hingga me- nangis seraya berkata, “Saya tidak suka kepada yang terbenam” seperti yang diungkapkan nabi Ibrahim .

    دَر۟ اٖين۟ فَانٖى بَقَا خَازٖى بَقَا خٖيزَد۟ فَنَادَن۟

    Jika engkau benar-benar ingin kekal, sementara engkau berada di dunia yang fana, ketahuilah bahwa:Kekekalan bersumber dari kefanaan. Maka, lenyapkan nafsu am- mârah agar bisa memperoleh kekekalan.

    فَنَا شُد۟ هَم۟ فَدَا كُن۟ هَم۟ عَدَم۟ بٖين۟ كِه اَز۟ دُن۟يَا بَقَايَه رَاه۟ فَنَادَن۟

    Bebaskan diri dari semua perangai buruk yang menjadi sum- ber penghambaan terhadap dunia. Lenyapkan ia dari dirimu. Berikan seluruh yang kau miliki di jalan Dzat yang kau cintai. Lihatlah kesuda- han seluruh entitas masa lalu menuju ketiadaan. Maka, jalan di dunia yang menuju keabadian hanya bisa digapai lewat kondisi fana.

    فِكِر۟ فٖيزَار۟ مٖى دَارَد۟ اَنٖينِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖى زَنَد۟ وِج۟دَان۟

    Pikiran manusia yang larut memikirkan sebab-sebab materi senantiasa berada dalam kebingungan dan kerisauan menyaksikan pentas lenyapnya kehidupan dunia. Ia pun meminta pertolongan de- ngan penuh ketundukan. Sementara hati nurani yang mengharapkan wujud hakiki mengikuti sikap nabi Ibrahim  yang berkata, “Saya tidak suka kepada yang terbenam.” Ia memutus sejumlah hubungan dengan para kekasih kiasan. Ia melepas ikatan dengan seluruh entitas yang fana seraya berpegang pada tali abadi dan Kekasih abadi.

    بِدَان۟ اَى۟ نَف۟سِ نَادَانَم۟ كِه دَر۟ هَر۟ فَر۟د۟ اَز۟ فَانٖى دُو رَاه۟ هَس۟ت۟

    بَا بَاقٖى دُو سِرِّ جَانِ جَانَانٖى

    Wahai diri yang lalai dan bodoh! Ketahuilah bahwa engkau dapat menemukan dua jalan menuju keabadian pada segala sesuatu yang fana di dunia yang fana ini, sehingga pada keduanya engkau dapat menyaksikan cahaya dan rahasia indah Sang Kekasih hakiki. Hal itu manakala engkau mampu melewati bentuk yang fana dan menembus batas-batas dirimu.

    كِه دَر۟ نِع۟مَت۟هَا اِن۟عَام۟ هَس۟ت۟ وَ پَس۟ اٰثَار۟هَا اَس۟مَا بِگٖير۟ مَغ۟زٖى

    وَ مٖيزَن۟ دَر۟ فَنَا اٰن۟ قِش۟رِ بٖى مَع۟نَا

    Ya, pemberian nikmat tampak pada lipatan nikmat. Kelembutan Tuhan Yang Maha Penyayang dapat dirasakan di sela-sela nikmat. Jika engkau menerobos “nikmat” hingga dapat melihat pemberian nikmat, berarti engkau telah menemukan Sang Pemberi nikmat.Kemudian, setiap jejak keabadian Tuhan merupakan risalah-Nya yang tertulis. Masing-masing darinya menjelaskan nama Penciptanya yang mulia. Jika engkau mampu melintas dari ukiran lahiriah menuju makna batinnya, maka engkau akan mendapatkan Sang Pemilik nama lewat nama-nama-Nya yang mulia. Selama engkau berusaha mencapai esensi entitas yang fana, genggamlah maknanya dan biarkan kulitnya terbawa arus kefanaan. Lalu robeklah tirainya tanpa meratapi keper- giannya.

    بَلٖى اٰثَار۟هَا گُويَن۟د۟ زِاَس۟مَا لَف۟ظِ پُر۟ مَع۟نَا بِخَان۟ مَع۟نَا

    وَ مٖيزَن۟ دَر۟ هَوَا اٰن۟ لَف۟ظِ بٖى سَو۟دَا

    Ya, tidak ada sesuatu pun di alam ini kecuali merupakan lafal yang menuturkan berbagai makna agung. Bahkan ia mengungkap se- bagian besar nama-nama Penciptanya yang agung. Selama makhluk yang ada merupakan lafal dan kalimat qudrah Ilahi, maka bacalah esensinya dan jagalah ia di dalam kalbu. Lemparkan lafal-lafal yang ti- dak berharga dalam hembusan angin tanpa pernah menyesalinya dan tanpa disibukkan olehnya.

    عَق۟ل۟ فَر۟يَاد۟ مٖى دَارَد۟ غِيَاثِ ( لَٓا اُحِبُّ ال۟اٰفِلٖينَ ) مٖيزَن۟ اَى۟ نَف۟سَم۟

    Akal yang diuji dengan berbagai fenomena dunia hanya memiliki pengetahuan yang bersifat lahiriah terseret oleh rangkaian pemikiran- nya menuju ketiadaan dan kehampaan. Karena itu, ia berada dalam keresahan dan cemas dengan kondisi yang ada. Ia pun berteriak putus asa seraya mencari jalan keluar dari dilema yang dialami agar bisa me- nemukan jalan lurus yang mengantarnya pada hakikat.Ketika jiwa melepaskan sesuatu yang fana, kalbu juga mening- galkan kekasih yang segera lenyap, lalu hati nurani berpaling dari semua yang fana, maka wahai diri yang papa ucapkan sebagaimanayang diucapkan oleh nabi Ibrahim , “Saya tidak suka kepada yang terbenam.” Lalu selamatkan dirimu!

    چِه خُوش۟ گُويَد۟ اُو شَي۟دَا جَامٖى عِش۟ق۟ خُوى۟

    Lihatlah! Betapa indah ucapan Jami, seorang pujangga yang dimabuk cinta hingga seolah-olah fitrahnya telah menyatu dengan cinta kepada Tuhan di saat hendak mengarahkan pandangan kepada tauhid dan berpaling dari banyak hal yang berserakan.


    6يَكٖى خٰواه۟1 يَكٖى خٰوان۟2 يَكٖى جُوى۟3 يَكٖى بٖين۟4 يَكٖى دَان۟5 يَكٖى گُوى۟

    Ia berkata:

    Kutuju Yang Esa, sebab yang lain tak layak dituju.

    Kupinta Yang Esa, sebab yang lain tak dapat mengabulkan doa.

    Kuseru Yang esa, sebab yang lain tak layak diseru.

    Perhatikan Yang Esa, sebab yang lain tak bisa terus terlihat, namun akan lenyap di balik tirai kefanaan.

    Kukenal Yang Esa, sebab semua yang tak mengantar untuk mengenal-Nya tidak berguna.

    Kusebut Yang Esa, sebab semua ucapan dan sebutan yang tak ada kaitan dengan-Nya tidak bermanfaat sama sekali.

    نَعَم۟ صَدَق۟تَ اَى۟ جَامٖى هُوَ ال۟مَط۟لُوبُ ۝ هُوَ ال۟مَح۟بُوبُ ۝ هُوَ ال۟مَق۟صُودُ ۝ هُوَ ال۟مَع۟بُودُ

    Ya, Anda benar wahai Jami. Dialah yang dipinta, Dia-lah yang dicinta, Dia-lah yang dituju, dan Dia-lah yang disembah.

    كِه لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ عَالَم۟

    Seluruh alam laksana halakah zikir dan tahlil yang besar yang mendendangkan lâ ilâha illallâh dengan beragam lisan dan irama. Semua mengakui tauhid. Maka ia dapat mengobati luka menganga yang ditimbulkan oleh ungkapan “Saya tidak suka kepada yang terbe- nam”. Seolah-olah ia berkata, “Marilah menuju Kekasih abadi. Lepas- kan tanganmu dari semua kekasih yang fana.”

    Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu,(*[3])aku berada di puncak bukit Yusha yang mengarah ke selat Bosphorus, Istanbul. Ketika aku memutuskan untuk menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan dunia, se- jumlah sahabat dekat datang mengajakku kembali kepada kondisiku dahulu. Maka, kukatakan pada mereka, “Tinggalkan diriku sendi- rian hingga esok untuk beristikharah kepada Tuhan. Di pagi harinya, datanglah dua potret berikut ke dalam kalbuku. Keduanya mirip de- ngan syair, namun ia bukanlah syair. Spontanitasnya tetap kupelihara dan kujaga sebagaimana adanya.

    Lalu kusisipkan ia pada penutup “Ka- limat Kedua Puluh Tiga.” Karena konteksnya sesuai, ia dimasukkan di sini.

    Potret Pertama

    (potret yang menggambarkan hakikat dunia bagi orang-orang lalai)

    Jangan mengajakku kepada dunia, aku telah mendatanginya Dan aku melihat kerusakan dan kefanaan padanya.

    Ketika kelalaian menjadi hijab, dan menutupi cahaya Allah,

    Kulihat seluruh entitas fana dan berbahaya.

    Jika engkau berkata, “Wujud.” Ia telah kukenakan. Betapa banyak penderitaan dalam ketiadaan.

    Jika engkau berkata, “Kehidupan.” Aku telah mencicipinya.Betapa banyak siksaan yang kurasakan.

    Sebab, akal menjadi hukuman, keabadian menjadi ujian.

    Usia seperti angin, kesempurnaan menjadi sia-sia.

    Amal menjadi sumber riya, harapan menjadi sumber derita.

    Perjumpaan menjadi perpisahan, obat menjadi penyakit.

    Cahaya menjadi kegelapan, para kekasih menjadi yatim.

    Suara menjadi rintihan, makhluk hidup menjadi mati.

    Ilmu menjadi ilusi, seribu penyakit dalam hikmah.

    Kenikmatan menjadi derita, seribu “tiada” dalam wujud.

    Jika engkau berkata, “kekasih!”. Aku telah mendapatkannya.Oh, betapa penderitaan dalam perpisahan.


    Potret Kedua

    (Potret yang menunjukkan hakikat dunia bagi mereka yang mendapat hidayah)

    Ketika kelalaian lenyap, aku melihat cahaya Allah dengan jelas.

    Wujud merupakan bukti Dzat-Nya, kehidupan adalah cermin Yang Mahabenar!

    Akal merupakan kunci kekayaan, kefanaan adalah pintu keabadian.

    Padamnya kilau kesempurnaan, terbitnya mentari Sang Mahaindah.

    Perpisahan menjadi perjumpaan, penderitaan menjadi kenikmatan!

    Usia menjadi amal itu sendiri, keabadian adalah usia yang sebenarnya!

    Kegelapan adalah tirai cahaya, kehidupan sejati ada dalam kematian.

    Segala sesuatu menjadi teman, semua suara menjadi zikir.

    Seluruh entitas menuturkan zikir dan tasbih.

    Kefakiran adalah sumber kekayaan, kekuatan ada pada kelemahan!

    Jika engkau menemukan Allah, maka segala sesuatu menjadi milikmu.

    Jika engkau hamba Sang Raja Diraja, kerajaan-Nya menjadi milikmu.

    Jika engkau hamba bagi dirimu dengan bangga terhadapnya, bencana yang tak terhingga.

    Rasakanlah ia sebagai siksa yang tak bertepi.

    Jika engkau benar-benar menjadi hamba Allah, lihatlah ketenangan yang tak terbatas!

    Dapatkan pahala tak terkira, dan raih kebahagiaan yang tak terhingga.

    Aku telah membaca untaian bait Asmaul Husna karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani, sesudah asar, di salah satu hari di bulan Ra- madhan yang penuh berkah. Tepatnya dua puluh lima tahun yang lalu. Ketika itu, aku ingin menuliskan munajat lewat Asmaul Husna. Akhir- nya kutuliskan ia sebatas ini. Sebenarnya aku ingin menulis padanan dari munajat guruku yang mulia tersebut. Hanya saja, sungguh sangat jauh. Aku tidak memiliki bakat bersajak. Karena itu, aku tidak mampu melakukannya sehingga munajat ini terputus.

    Munajat ini kusisipkan dalam risalah “Jendela Tauhid”, yaitu Ka- limat Ketiga Puluh Tiga. Akan tetapi, karena sesuai dengan konteks- nya, ia juga disisipkan di sini.

    Dia-lah Yang Mahakekal

    Dia Pemutus semua perkara dan kami berada dalam hukum-Nya. Dia Hakim Yang Mahaadil Pemilik bumi dan langit seisinya.

    Dia mengetahui segala hal tersembunyi dan semua yang gaib ada dalam kerajaan-Nya. Dia-lah Yang Mahakuasa dan Abadi Pemilik Arasy dan seluruh kekayaan yang ada.

    Dia Mahalembut dan semua tulisan dalam ciptaan-Nya. Dia-lah Pencipta Mahakasih Pemilik kebaikan dan keindahan.

    Dia yang cermin-Nya Mahaindah, semua urusan berada dalam kreasi-Nya. Dia-lah Raja Yang Mahasuci Pemilik kemuliaan dan keagungan.

    Dia Pencipta seluruh manusia, dan kita termasuk tulisan kreasi-Nya. Dia-lah Yang Mahakekal dan Abadi Pemilik kerajaan dan kekekalan.

    Dia Maha Pemurah dalam memberikan hadiah dan kita adalah rombongan tamu-Nya. Dia-lah Pemberi rezeki Yang Mencukupi, Pemilik pujian dan sanjungan.

    Dia yang hadiah-Nya indah, dan kita adalah buah pengetahuan-Nya. Dia-lah Pencipta Yang setia dan Pemilik sifat pemurah.

    Dia Mendengar semua pengaduan dan doa makhluk-Nya. Dia-lah Pengasih dan Penyembuh, Pemilik syukur dan sanjungan.

    Dia pengampun semua kesalahan dan dosa hamba-Nya. Dia-lah Pemberi ampunan dan Penyayang Pemilik maaf dan rida.

    Wahai diri, mintalah pertolongan dan menangislah sebagaimana kalbu ini menangis dan berucaplah:

    Aku fana sehingga tidak menyukai yang fana.

    Aku lemah sehingga tidak menyenangi yang lemah.

    Kuserahkan jiwaku kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, tidak kepada yang lain.

    Aku menginginkan Sang Kekasih yang kekal abadi.

    Aku adalah sebuah partikel, Mentari Abadi yang kucari.

    Aku tidak berarti. Aku menginginkan semua entitas yang ada.


    di Padang Rumput Barla, di Tengah Pepohonan Cemara, Cedar, Beri, dan Cemara Hitam.

    (*[4])

    Ketika berada di puncak sebuah gunung di Barla di saat menjala- ni masa pengasingan, aku mengarahkan pandangan ke pepohonan Ce- mara, Cedar dan Beri yang demikian rindang hingga menutupi berba- gai sisi. Dengan penuh takjub kupandangi kondisinya dan keindahan bentuknya. Angin sepoi-sepoi berhembus di sekitar pemandangan yang indah tersebut menuju kondisi tasbih, zikir yang menarik, gelo- ra cinta dan tahlil. Tiba-tiba pemandangan menyenangkan itu men- datangkan sejumlah pelajaran ke hadapan mata dan menghembuskan hikmah ke telinga. Seketika terlintas dalam benakku ungkapan kali- mat berikut dalam bahasa Kurdi karya Ahmad al-Jazari.(*[5])

    Semuanya datang dengan cepat dari segala sisi untuk menyak- sikan keindahan-Mu. Mereka menunjukkan sikap manja di hadapan keindahan-Mu.Sebagai ekspresi makna yang mengandung pelajaran, kalbuku menangis melihat gambaran tersebut:

    يَا رَب۟ هَر۟ حَى۟ بِتَمَاشَاگَهِ صُن۟عِ تُو زِهَر۟جَاى۟ بَتَازٖى ۝ زِنِشٖيبُ اَز۟ فِرَازٖى مَانَن۟دِ دَلَّالَان۟ بِنِدَاءِ بِاٰوَازٖى ۝ دَم۟ دَم۟ زِجَمَالِ نَق۟شِ تُو دَر۟ رَق۟ص۟ بَازٖى ۝ زِكَمَالِ صُن۟عِ تُو خُوش۟ خُوش۟ بِگَازٖى ۝ زِشٖيرٖينٖى اٰوَازِ خُود۟ هَى۟ هَى۟ دِنَازٖى ۝ اَز۟وَى۟ رَق۟صَ اٰمَد۟ جَذ۟بَه خَازٖى ۝ اَزٖين۟ اٰثَارِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ هَر۟ حَى۟ دَر۟سِ تَس۟بٖيحُ نَمَازٖى ۝ اٖيس۟تَادَس۟ت۟ هَر۟ يَكٖى بَر۟ سَن۟گِ بَالَا سَر۟فِرَازٖى ۝ دِرَاز۟ كَر۟دَس۟ت۟ دَس۟ت۟هَارَا بَدَر۟گَاهِ اِلٰهٖى هَم۟ چُو شَه۟بَازٖى ۝ بِجُن۟بٖيدَس۟ت۟ زُل۟ف۟هَارَا بَشَو۟ق۟ اَن۟گٖيزِ شَه۟نَازٖى ۝ بَبَالَا مٖيزَنَن۟د۟ اَز۟ پَر۟دَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ عِش۟ق۟ بَازٖى ۝ مٖيدِهَد۟ هُوشَه گِرٖين۟هَاىِ دَرٖين۟هَاىِ زَوَالٖى اَز۟ حُبِّ مَجَازٖى ۝ بَر۟ سَرِ مَح۟مُود۟هَا نَغ۟مَهَاىِ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ اَيَازٖى ۝ مُر۟دَهَارَا نَغ۟مَهَاىِ اَزَلٖى اَز۟ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ نَوَازٖى ۝ رُوحَه مٖى اٰيَد۟ اَزُو زَم۟زَمَۀِ نَازُ نِيَازٖى ۝ قَل۟ب۟ مٖيخٰوانَد۟ اَزٖين۟ اٰيَات۟هَا سِرِّ تَو۟حٖيد۟ زِعُلُوِّ نَظ۟مِ اِع۟جَازٖى ۝ نَف۟س۟ مٖيخٰواهَد۟ دَر۟ اٖين۟ وَل۟وَلَهَا زَل۟زَلَهَا ذَو۟قِ بَاقٖى دَر۟ فَنَاىِ دُن۟يَا بَازٖى ۝ عَق۟ل۟ مٖيبٖينَد۟ اَزٖين۟ زَم۟زَمَهَا دَم۟دَمَهَا نَظ۟مِ خِل۟قَت۟ نَق۟شِ حِك۟مَت۟ كَن۟زِ رَازٖى ۝ اٰر۟زُو مٖيدَارَد۟ هَوَا اَزٖين۟ هَم۟هَمَهَا هَو۟هَوَهَا مَر۟گِ خُود۟ دَر۟ تَر۟كِ اَذ۟وَاقِ مَجَازٖى ۝ خَيَال۟ بٖينَد۟ اَزٖين۟ اَش۟جَار۟ مَلَائِك۟ رَا جَسَد۟ اٰمَد۟ سَمَاوٖى بَاهَزَارَان۟ نَى۟ ۝ اَزٖين۟ نَي۟هَا شُنٖيدَت۟ هُوش۟ سِتَايِش۟هَاىِ ذَاتِ حَى۟ ۝ وَرَق۟هَارَا زَبَان۟ دَارَن۟د۟ هَمَه هُو هُو ذِك۟ر۟ اٰرَن۟د۟ بَدَر۟ مَع۟نَاىِ حَىُّ حَى۟ ۝ چُو لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ هَر۟ شَى۟ ۝ دَمَادَم۟ جُويَدَن۟د۟ يَا حَق۟ سَرَاسَر۟ گُويَدَن۟د۟ يَا حَى۟ بَرَابَر۟ مٖيزَنَن۟د۟ اَللّٰه۟ ۝ فَيَا حَىُّ يَا قَيُّومُ بِحَقِّ اِس۟مِ حَىِّ قَيُّومِ ۝ حَيَاتٖى دِه۟ بَاٖين۟ قَل۟بِ پَرٖيشَان۟ رَا اِس۟تِقَامَت۟ دِه۟ بَاٖين۟ عَق۟لِ مُشَوَّش۟ رَا ۝ اٰمٖين۟

    di Padang Rumput Barla, di Tengah Pepohonan Cemara, Cedar, Beri, dan Cemara Hitam.

    Semuanya datang dengan cepat dari segala sisi untuk menyak- sikan keindahan-Mu. Mereka menunjukkan sikap manja di hadapan keindahan-Mu.

    Sebagai ekspresi makna yang mengandung pelajaran, kalbuku menangis melihat gambaran tersebut:

    Wahai Tuhan, semua yang hidup datang dari setiap tempat untuk melihat keindahan-Mu. Mereka memerhatikan keindahan bumi yang merupakan galeri kreasi-Mu.

    يَا رَب۟ هَر۟ حَى۟ بِتَمَاشَاگَهِ صُن۟عِ تُو زِهَر۟جَاى۟ بَتَازٖى

    Mereka laksana penyeru dan penunjuk jalan.

    زِنِشٖيبُ اَز۟ فِرَازٖى مَانَن۟دِ دَلَّالَان۟ بِنِدَاءِ بِاٰوَازٖى

    Dari setiap tempat, dari bumi dan dari langit yang tinggi, mereka menyerukan keindahan-Mu.

    دَم۟ دَم۟ زِجَمَالِ نَق۟شِ تُو ( نُس۟خَه: زِهَوَاىِ شَو۟قِ تُو ) دَر۟ رَق۟ص۟ بَازٖى

    Pepohonan yang menjadi penunjuk dan penyeru itu menari, ter- pukau dengan keindahan ukiran-Mu di alam.

    زِكَمَالِ صُن۟عِ تُو خُوش۟ خُوش۟ بِگَازٖى

    Irama merdu dan gema yang memikat muncul lantaran melihat kesempurnaan kreasi-Mu.

    زِشٖيرٖينٖى اٰوَازِ خُود۟ هَى۟ هَى۟ دِنَازٖى

    Kemerduan suaranya membuatnya semakin senang hingga menampilkan gerak memikat.

    اَز۟وَى۟ رَق۟صَه اٰمَد۟ جَذ۟بَه خَازٖى

    Karena itu, pepohonan melakukan tarian indah dalam suka cita.

    اَزٖين۟ اٰثَارِ رَح۟مَت۟ يَاف۟ت۟ هَر۟ حَى۟ دَر۟سِ تَس۟بٖيحُ نَمَازٖى

    Setiap makhluk mendapatkan pelajaran untuk melakukan salat dan tasbih masing-masing sebagai buah dari rahmat Ilahi.

    اٖيس۟تَادَس۟ت۟ هَر۟ يَكٖى بَر۟ سَن۟گِ بَالَا سَر۟فِرَازٖى

    Setelah mendapat pelajaran berharga, setiap pohon tegak berdiri di atas batu karang seraya membuka kedua tangannya menghadap ke arasy.

    دِرَاز۟ كَر۟دَس۟ت۟ دَس۟ت۟هَارَا بَدَر۟گَاهِ اِلٰهٖى هَم۟ چُو شَه۟بَازٖى

    Setiap pohon memakai busana ubudiah dan membentangkan seratus tangannya dalam kondisi tunduk di hadapan hadirat Ilahi lak- sana Syahbaz Qalandar.(*[6])

    Lalu ranting-rantingnya menari seperti Syahnaz Calkazi(*[7])sehingga membangkitkan rasa rindu dan suka.

    Seakan-akan keindahan tersebut menggetarkan sejumlah ting- katan cinta, bahkan menyentuh relung-relung jiwa dan perasaan.

    بَبَالَا مٖيزَنَن۟د۟ اَز۟ پَر۟دَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ عِش۟ق۟ بَازٖى

    نسخة: بَبَالاَ مِي زَنَـنْدْ اَزْ پَرْدَه هَاىِ هَاىِ هُوىِ چَرْخِ بَازِى مُرْدَهَارَا نَغْمَ هَاىِ اَزَلِى اَزْ حُزْنْ اَنْگِيزِ نَوَازِى

    مٖيدِهَد۟ هُوشَه گِرٖين۟هَاىِ دَرٖين۟هَاىِ زَوَالٖى اَز۟ حُبِّ مَجَازٖى

    Di hadapan pentas yang terungkap tersebut muncul makna beri- kut ini ke dalam pikiran:Ia mengingatkannya lewat ratapan pilu dan tangisan sendu yang muncul dari dalam jiwa disertai luka akibat pedihnya kepergian yang menimpa para kekasih.

    بَر۟ سَرِ مَح۟مُود۟هَا نَغ۟مَهَاىِ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ اَيَازٖى

    Ia memperdengarkan nada perpisahan dan sakit yang lara kepada para pecinta yang berpisah dengan mereka yang dicintai, sebagaimana Sultan Mahmud berpisah dengan kekasihnya.

    مُر۟دَهَارَا نَغ۟مَهَاىِ اَزَلٖى اَز۟ حُز۟ن۟ اَن۟گٖيزِ نَوَازٖى

    Dengan irama lembutnya yang lara, seolah-olah pepohonan itu menunaikan tugas memperdengarkan gema keabadian kepada mereka yang mati yang terputus dari suara dunia.

    رُوحَه مٖى اٰيَد۟ اَزُو زَم۟زَمَۀِ نَازُ نِيَازٖى

    Sementara dari pentas itu, jiwa ini belajar bahwa segala sesuatu mengarah pada manifestasi nama Pencipta Yang Mahamulia lewat tas- bih dan tahlil. Ia merupakan suara dan gema munajat dan doanya.

    قَل۟ب۟ مٖيخٰوانَد۟ اَزٖين۟ اٰيَات۟هَا سِرِّ تَو۟حٖيد۟ زِعُلُوِّ نَظ۟مِ اِع۟جَازٖى

    Adapun kalbu, dari untaian mukjizat yang indah itu ia membaca rahasia tauhid yang terdapat pada pepohonan di atas seakan-akan ia merupakan tanda kekuasaan nyata. Dengan kata lain, dalam pencip- taan masing-masingnya terdapat tatanan luar biasa, kreasi indah, dan hikmah menakjubkan di mana andai seluruh sebab alam tersebut ber- satu dan berkehendak sendiri, tentu ia tidak akan mampu menirunya.

    نَف۟س۟ مٖيخٰواهَد۟ دَر۟ اٖين۟ وَل۟وَلَهَا زَل۟زَلَهَا ذَو۟قِ بَاقٖى دَر۟ فَنَاىِ دُن۟يَا بَازٖى

    Selanjutnya jiwa, setiap kali ia menyaksikan kondisi pohon di atas seolah-olah seluruh alam ini bergulir menuju perpisahan dan ketiadaan. Maka ia mencari satu cita rasa abadi hingga mendapatkan satu makna, “Engkau akan menemukan keabadian dengan meninggal- kan penghambaan terhadap dunia.”

    عَق۟ل۟ مٖيبٖينَد۟ اَزٖين۟ زَم۟زَمَهَا دَم۟دَمَهَا نَظ۟مِ خِل۟قَت۟ نَق۟شِ حِك۟مَت۟ كَن۟زِ رَازٖى

    Lalu akal, ia telah menemukan keteraturan penciptaan, tulisan hikmah, dan khazanah rahasia yang agung dalam suara-suara lembut yang bersumber dari pepohonan dan hewan serta dari embun dan angin sepoi-sepoi. Ia akan memahami bahwa segala sesuatu bertasbih kepada Pencipta Yang Mahaagung lewat berbagai sisi.

    اٰر۟زُو مٖيدَارَد۟ هَوَا اَزٖين۟ هَم۟هَمَهَا هَو۟هَوَهَا مَر۟گِ خُود۟ دَر۟ تَر۟كِ اَذ۟وَاقِ مَجَازٖى

    Kemudian hawa nafsu menikmati desir pohon dan hembusan angin yang membuatnya lupa akan seluruh cita rasa majasi sehingga ingin mati dalam cita rasa hakiki tersebut dengan meninggalkan cita rasa majasi yang merupakan esensi kehidupannya.

    خَيَال۟ بٖينَد۟ اَزٖين۟ اَش۟جَار۟ مَلَائِك۟ رَا جَسَد۟ اٰمَد۟ سَمَاوٖى بَاهَزَارَان۟ نَى۟

    Terkait dengan khayalan, ia melihat seolah-olah malaikat yang bertugas mengurus pepohonan telah masuk ke batangnya dan me- makai ranting-ranting yang memiliki pipa seruling dengan banyak ragam. Seakan-akan Penguasa abadi telah memakaikan fisik tersebut kepada mereka dalam satu pagelaran besar bersama ribuan irama se- ruling agar pohon itu bisa menampilkan wujud syukur secara sempur- na; tidak hanya berupa fisik yang mati dan tak berperasaan.

    اَزٖين۟ نَي۟هَا شُنٖيدَت۟ هُوش۟ سِتَايِش۟هَاىِ ذَاتِ حَى۟

    Seruling-seruling tersebut demikian memikat karena mengelu- arkan sejumlah suara yang lembut. Seolah-olah ia keluar dari musik langit yang tinggi. Darinya tidak terdengar suara ratapan derita per- pisahan sebagaimana yang didengar oleh para pecinta, terutama Mau- lana Jalaluddin Rumi. Bahkan ia memperdengarkan beragam bentuk syukur kepada Sang Pemberi nikmat Yang Maha Pengasih serta bera- gam pujian kepada Dzat Mahahidup Yang Mahaabadi.

    وَرَق۟هَارَا زَبَان۟ دَارَن۟د۟ هَمَه هُو هُو ذِك۟ر۟ اٰرَن۟د۟ بَدَر۟ مَع۟نَاىِ حَىُّ حَى۟

    Ketika pepohonan menjadi tubuh, dedaunan pun menjadi lisan. Lewat ribuan lisan masing-masing mendendangkan zikir kepada Allah dengan mengucap, “Huwa (Dia), Huwa (Dia)...” saat dihem- bus angin. Ia menampilkan salam penghormatan kepada Penciptanya Yang Mahahidup dan abadi.

    چُو لَٓا اِلٰهَ اِلَّا هُو بَرَابَر۟ مٖيزَنَد۟ هَر۟ شَى۟

    Segala sesuatu mengucap lâ ilâha illâ huwa serta bekerja di da- lam lingkaran zikir jagat raya.

    دَمَادَم۟ جُويَدَن۟د۟ يَا حَق۟ سَرَاسَر۟ گُويَدَن۟د۟ يَا حَى۟ بَرَابَر۟ مٖيزَنَن۟د۟ اَللّٰه۟

    Dari khazanah rahmat Ilahi serta lewat lisan potensi dan fitrahnya, mereka senantiasa meminta dan menuntut hak hidupnya dengan selalu mengucap, “Ya Haqq (Wahai Yang Ma- habenar).” Semua menyebut nama “Ya Hayyu” dengan lisan pengeta- huannya tentang fenomena hidup.

    Wahai Yang Mahahidup, sesuai dengan kebenaran nama Hayyun Qayyûm,

    berikan kehidupan kepada kalbuku yang kacau dan berikan istikamah pada akalku yang bingung.

    Suatu hari aku berada di salah satu puncak Gunung Çam. Aku menatap langit di keheningan malam. Tiba-tiba sejumlah ungkapan berikut terlintas dalam benakku. Seakan-akan secara khayalan aku mendengar tuturan bintang lewat lisan hal. Kutuliskan lintasan pikiran tersebut sebagaimana adanya tanpa disesuaikan dengan kaidah sajak dan syair karena aku tidak memiliki pengetahuan tentangnya.

    Dikutip dari “Surat Keempat” dan dari penutup mauqif pertama pada “Kalimat Ketiga Puluh Dua”.

    RISALAH BINTANG

    Perhatikan pula bintang-gemintang!

    Perhatikan tuturannya yang manis dan nikmat agar engkau bisa mengetahui ketetapan stempel hikmah yang menyinari alam.

    Dengan lisan kebenaran, semuanya menyeru dan berkata:

    Kami adalah bukti bersinar yang menunjukkan keagungan Tuhan Yang Mahakuasa.

    Sang Pencipta Yang Mahamulia serta keesaan dan kekuasaan-Nya.

    Kami adalah saksi jujur atas eksistensi

    Kami berwisata, seperti malaikat,

    di atas berbagai mukjizat yang menghias wajah bumi.

    melihat dari langit ke bumi serta menatap surga.

    Kami ribuan mata yang(*[8])

    Kami ribuan buah indah dari pohon penciptaan yang

    digantung oleh tangan hikmah Dzat Yang Mahaindah di atas langit dan di atas ranting galaksi.

    Kami masjid yang berjalan, kediaman yang beredar,

    sangkar yang tinggi, lentera yang bersinar, serta perahu dan pesawat yang besar bagi penduduk langit.

    Kami adalah mukjizat qudrah Yang Mahakuasa dan Maha Sempurna, kreasi luar biasa Dzat Yang Mahabijak dan Mahaagung,

    hikmah yang menakjubkan, ciptaan yang sangat indah, serta alam yang bercahaya.

    Demikianlah, kami menjelaskan lewat seratus ribu bukti lewat seratus ribu lisan. Kami memperdengarkannya kepada mereka yang benar-benar manusia.

    Mata orang kafir buta, tak bisa melihat wajah kami yang bersinar, dan tidak bisa mendengar ucapan kami yang jelas. Kami adalah bukti (tanda kekuasaan) yang menuturkan kebenaran.

    Stempel kami sama, wajah kami sama. Kami semua bertasbih dan berzikir kepada Rabb kami, serta tunduk pada perintah-Nya.

    Kami berzikir kepada Allah sedang kami ditarik oleh cinta kepa- da-Nya.

    Kami terikat dengan halakah zikir galaksi bima sakti.



    KALIMAT KEENAM BELAS ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDELAPAN BELAS

    1. *Lihat HR. ad-Daylami, al-Musnad 1/85, al-Qurthubi, al-Jâmi li Ahkam al-Qur’ân 15/111, al-Sarkhasi, al-Mabsûth 12/10, al-Kasâni, Badâ’i ash-Shanâ’i’ 5/80, Ibnu Hajar, Talkhîsh al-Khabîr 4/138.
    2. *Teks asli yang terdapat pada Kedudukan Kedua ini berbentuk seperti syair, namun sebetulnya ia bukanlah syair dan tidak ada maksud merangkainya. Akan tetapi, tatanan hakikat yang sempurna menjadikannya berbentuk seperti untaian syair—Penulis.
    3. *Maksudnya tahun 1922 M.
    4. *Bagian dari Surat Kesebelas. Karena kesesuain konteks, ia dimasukkan di sini— Penulis.
    5. *Lihat: al-‘Iqd al-Jauhari fî Syarhi Dîwân al-Jazari, h.438.
    6. *Ia adalah pelayan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Ia mendapat pembinaan darinya hingga mencapai tingkatan wali—Penulis.
    7. *Wanita cantik yang dikenal lewat kecantikan diri serta kecantikan rambutnya— Penulis.
    8. *Maknanya, bumi merupakan persemaian dan ladang bunga-bunga surga. Ia menampilkan berbagai mukjizat qudrah Ilahi yang tak terhingga. Sebagaimana malaikat berwisata di alam samawi dan menyaksikan berbagai mukjizatnya, demikian pula dengan bintang yang laksana mata benda langit yang melihat. Setiap kali melihat berbagai ciptaan yang indah yang memenuhi bumi, bintang juga melihat alam surga. Ia melihat berbagai hal luar biasa yang bersifat temporer dalam bentuknya yang kekal di sana. Yakni, ketika ia mengarahkan satu pandangan ke bumi, yang lain terarah ke surga. Artinya, ia memiliki sinar yang bisa melihat kedua alam itu secara bersamaan—Penulis.