On Sekizinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark
("Ya, wahai diriku. Engkau dalam tubuhku menyerupai hukum alam yang terdapat di dunia ini. Kalian berdua (nafsu dan hukum alam) dicipta untuk menerima kebaikan dan sebagai tempat kemba- li keburukan. Dengan kata lain, kalian dicipta bukan sebagai pelaku ataupun sumber, tetapi sebagai objek dan tempat perbuatan dilakukan. Hanya saja, kalian memiliki sebuah pengaruh yaitu menjadi sebab la- hirnya keburukan ketika tidak menerima kebaikan yang datang dari Yang..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
("------ <center> KALIMAT KETUJUH BELAS ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KESEMBILAN BELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 13 değişikliği gösterilmiyor) | |||
17. satır: | 17. satır: | ||
Ya, wahai diriku. Engkau dalam tubuhku menyerupai hukum alam yang terdapat di dunia ini. Kalian berdua (nafsu dan hukum alam) dicipta untuk menerima kebaikan dan sebagai tempat kemba- li keburukan. Dengan kata lain, kalian dicipta bukan sebagai pelaku ataupun sumber, tetapi sebagai objek dan tempat perbuatan dilakukan. Hanya saja, kalian memiliki sebuah pengaruh yaitu menjadi sebab la- hirnya keburukan ketika tidak menerima kebaikan yang datang dari Yang Mahabaik secara benar. | Ya, wahai diriku. Engkau dalam tubuhku menyerupai hukum alam yang terdapat di dunia ini. Kalian berdua (nafsu dan hukum alam) dicipta untuk menerima kebaikan dan sebagai tempat kemba- li keburukan. Dengan kata lain, kalian dicipta bukan sebagai pelaku ataupun sumber, tetapi sebagai objek dan tempat perbuatan dilakukan. Hanya saja, kalian memiliki sebuah pengaruh yaitu menjadi sebab la- hirnya keburukan ketika tidak menerima kebaikan yang datang dari Yang Mahabaik secara benar. | ||
Selanjutnya, kalian berdua dicipta sebagai tirai guna menjadi sandaran dari berbagai kerusakan dan keburukan lahiri yang keinda- hannya tak terlihat. Maksudnya, agar kalian menjadi sarana untuk menyucikan Dzat Ilahi yang Mahamulia. Akan tetapi, kalian telah me- makai suatu bentuk yang berlawanan dengan tugas fitri kalian. Karena tidak memiliki kapasitas, maka kalian membalik kebaikan menjadi ke- burukan seolah-olah kalian menjadi sekutu Tuhan dalam melakukan perbuatan. Jadi, orang yang menyembah nafsunya atau menyembah hukum alam benar-benar sangat bodoh dan zalim. | |||
Wahai diriku, jangan berkata, “Aku adalah tempat manifestasi keindahan. Orang yang mendapat keindahan pastilah indah.” Tidak, engkau tidak menampilkan keindahan secara sempurna. Engkau juga | |||
tidak menjadi wadah manifestasinya, tetapi hanya menjadi lintasan atau layar baginya. | |||
Engkau juga tidak boleh berkata, “Aku telah dipilih di antara seluruh manusia. Buah ini terlihat berkat perantaraanku. Artinya, aku memiliki keutamaan dan keistimewaan.” Tidak, tetapi engkau mendapat buah tersebut karena engkau paling membutuhkannya, pa- ling pailit, dan paling menderita.(*<ref>*Dalam perdebatan ini, aku sungguh kagum dengan sikap Said Baru yang terus membungkam nafsunya hingga sejauh itu. Aku pun mengapresiasinya seraya berkata, “Se- moga Allah melimpahkan ribuan keberkahan bagimu”—Penulis.</ref>) | |||
< | <span id="İkinci_Nokta"></span> | ||
== | ==POIN KEDUA== | ||
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan dengan sebaik-baiknya.” (QS. as-Sajadah [32]: 7). | |||
Kami akan menjelaskan salah satu rahasia ayat yang berbunyi: | |||
Ya, segala sesuatu di dalam wujud ini, bahkan yang tampak se- bagai yang paling buruk, sebenarnya memiliki sisi baik. Pada dasar- nya, segala sesuatu di alam ini dan seluruh peristiwa yang terjadi di dalamnya pasti indah, baik indah dengan sendirinya, atau indah kare- na selainnya, yakni indah dengan berbagai buah yang dihasilkan. Ada banyak peristiwa yang secara lahiriah tampak buruk dan jelek, namun di balik tirai lahiriah tersebut terdapat berbagai macam keindahan dan beragam bentuk tatanan yang halus. | |||
Misalnya, di balik tirai tanah, debu, topan, dan hujan deras di musim semi tersembunyi bunga yang mekar dengan segala keinda- hannya serta untaian tumbuhan yang menyihir dan demikian indah. Di sela-sela angin musim gugur yang merusak pohon dan tumbuhan serta menjatuhkan dedaunan hijau dari atas dahan di mana ia memba- wa ancaman perpisahan dan melantunkan dendang kematian, terdapat kabar gembira yang bersumber dari aktivitas jutaan serangga kecil dan lemah yang membuka kehidupan di saat bunga mulai mekar. Ia men- jaganya dari lembabnya musim dingin dan tekanan cuacanya. Di sam- ping itu, berbagai bentuk musim dingin yang menyengat, semuanya menyiapkan bumi sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan musim semi dengan rombongannya yang indah dan menakjubkan. | |||
Akan tetapi, manusia yang tertipu oleh tampilan lahiriah yang hanya melihat urusan dan peristiwa dari sisi egoisme dan kemaslaha- tan pribadi, pandangannya selalu tertuju kepada hal-hal yang sifatnya lahiriah sehingga menilainya buruk. Karena segala sesuatu ditimbang berdasarkan hasil yang mengarah kepadanya semata, ia menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang buruk. Padahal, tujuan dari segala sesuatu meski satu darinya mengarah kepada manusia, namun yang mengarah kepada nama-nama Penciptanya berjumlah ribuan. | |||
Contoh: Pohon dan rumput berduri yang merupakan mukjizat kekuasaan Pencipta dianggap bahaya dan tidak berguna oleh manusia. Padahal, duri tersebut sangat penting karena bisa menjaganya dari ba- haya yang mengancamnya.Contoh lain adalah serangan burung elang terhadap burung pipit lainnya tampak bertentangan dengan sifat kasih sayang. Padahal kemampuan dan potensi burung pipit baru tersingkap dan terwujud dengan serangan itu.Contoh lainnya adalah hujan salju barangkali dianggap dingin dan tak menarik. Namun, di balik semua itu terdapat sejumlah tujuan | |||
yang hangat dan hasil yang manis yang tidak bisa digambarkan oleh manusia. | |||
Dengan pandangannya yang terbatas, manusia menilai segala sesuatu lewat aspek yang mengarah pada dirinya. Karena itu, ia me- ngira banyak hal yang berada dalam wilayah moral semata sebagai se- suatu yang keluar darinya. Pembicaraan mengenai organ reproduksi, misalnya, dianggap tabu. Perasaan tabu ini terbatas pada sisinya yang mengarah pada manusia. Namun sisi-sisi lain, seperti sisi pencipta- an, kerapian, serta tujuan keberadaannya, semuanya menjadi hal yang mendatangkan kekaguman dan perenungan. Semua sisi tersebut me- rupakan salah satu sisi hikmah yang indah. Sebab, dengan perspek- tif tersebut rasa malu dan tabu tidak lagi menjadi penghalang untuk membicarakannya. | |||
Bahkan, al-Qur’an yang merupakan sumber adab dan moral menyebutkan di sejumlah surahnya berbagai ungkapan yang sangat halus dan indah yang menunjukkan sisi penuh hikmah. Jadi, apa yang kita pandang buruk pada sejumlah makhluk, serta derita dan kesedihan yang diakibatkan oleh berbagai kejadian dan peristiwa se- hari-hari tidak kosong dari sisi yang indah, tujuan yang baik, sasaran yang mulia, dan hikmah yang tersembunyi, yang dengan semua itu mengarah kepada Penciptanya yang Maha Pemurah seperti yang Dia tetapkan, tunjukkan dan inginkan. Banyak urusan yang secara lahir tampak kusam, berantakan, dan tidak beraturan, namun jika diperha- tikan secara seksama ternyata ia berisi goresan Ilahi yang suci, indah, rapi, baik dan penuh hikmah. | |||
< | <span id="Üçüncü_Nokta"></span> | ||
== | ==POIN KETIGA== | ||
“Katakanlah, ‘Jika kalian mencintai Allah, ikuti aku, niscaya Allah mencintai kalian.” (QS. Ali Imran [3]:31). | |||
Selama keindahan kreasi terdapat di alam dan ia merupakan sebuah keniscayaan sebagaimana yang terlihat, hal itu menjadi bukti kuat sampai tingkat ‘ainul yaqin atas kerasulan Muhammad x. | |||
Pasal- nya, keindahan kreasi dan indahnya bentuk yang terdapat pada cip- taan menunjukkan bahwa pada diri Penciptanya terdapat kehendak yang sangat kuat untuk memperindah, dan kemauan untuk menghias. Kehendak dan kemauan tersebut menunjukkan bahwa pada diri Pen- ciptanya terdapat rasa cinta yang tinggi dan keinginan yang suci untuk memperlihatkan kesempurnaan kreasi-Nya yang terdapat di dalam ciptaan-Nya. Rasa cinta dan keinginan tersebut ingin mengarah dan memusat pada manusia yang paling sempurna dan paling indah dalam entitas. Pasalnya, manusia merupakan buah pohon penciptaan yang dilengkapi dengan perasaan dan kesadaran. Buah tersebut merupakan bagian paling komprehensif daripada seluruh bagian pohon. Ia memi- liki pandangan dan perasaan yang universal. | |||
Pribadi yang memiliki pandangan komprehensif dan perasaan universal layak untuk menjadi mitra bicara Sang Pencipta Yang Ma- haindah. Hal itu karena ia mengarahkan semua pandangan dan perasaannya yang universal tadi untuk menyembah Penciptanya, mengapresiasi ciptaan-Nya, serta menghargai nikmat dan karunia- Nya. Tentu saja, pribadi tersebut adalah mitra bicara yang dekat dan dicintai oleh-Nya. | |||
Sekarang terdapat dua lembaran dan dua wilayah yang terlihat: | |||
Yang pertama, wilayah rububiyah yang sangat rapi dan menakjubkan berikut lembaran kreasi yang sangat indah dan tertata. | |||
Sementara yang kedua adalah wilayah ubudiah yang bersinar dan cemerlang berikut lembaran tafakkur, apresiasi, syukur dan iman yang demikian luas dan komprehensif di mana wilayah ubudiah ini bergerak dengan seluruh kekuatannya atas nama wilayah pertama. | |||
Demikianlah, secara otomatis dapat dipahami bahwa pimpinan wilayah yang membantu terwujudnya maksud Sang Pencipta yang ter- kait dengan ciptaan-Nya memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Sang Pencipta tadi. Di samping itu, ia juga dicintai dan disenangi oleh- Nya. | |||
Apakah akal dapat menerima bahwa Pencipta seluruh ciptaan yang dihias dengan beragam keindahan, Pemberi seluruh nikmat, dan Pemelihara seluruh cita rasa yang terdapat di mulut makhluk, tidak memedulikan ciptaan-Nya yang paling indah, paling sempurna, yang selalu mengarah kepada-Nya dengan ibadah? Logiskah bahwa Dia ti- dak peduli dengan makhluk seperti itu yang telah membuat seluruh jagat raya menggema dengan gema apresiasinya terhadap berbagai keindahan kreasi Tuhan dan membuat daratan dan lautan berguncang lantaran lantunan pujian, syukur, dan takbirnya atas nikmat Allah Yang Mahaagung? Lalu mungkinkah Tuhan tidak mengarah kepada- nya?! Mungkinkah Dia tidak menurunkan wahyu kepadanya? Mung- kinkah Dia tidak menjadikannya sebagai utusan dan tidak menebar- kan akhlak-Nya yang baik dan indah kepada seluruh makhluk? | |||
Tentu tidak mungkin Dia tidak menurunkan firman-Nya pada- nya serta tidak menjadikannya utusan kepada seluruh manusia?! | |||
“Agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 19).“Muhammad adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka...” | |||
(QS. al-Fath [48]: 29). | |||
167. satır: | 127. satır: | ||
------ | ------ | ||
<center> [[On Yedinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[On Dokuzuncu Söz]] </center> | <center> [[On Yedinci Söz/id|KALIMAT KETUJUH BELAS]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[On Dokuzuncu Söz/id|KALIMAT KESEMBILAN BELAS]] </center> | ||
------ | ------ | ||
23.14, 7 Kasım 2024 itibarı ile sayfanın şu anki hâli
Kalimat ini memiliki dua kedudukan. Kedudukan kedua belum ditulis. Sementara, kedudukan pertama terdiri atas tiga poin.
POIN PERTAMA
“Janganlah kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan suka dipuji terkait dengan perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa. Bagi mereka siksa yang pedih.”(QS. Ali Imrân [3]: 188).
Teguran Didikan kepada Nafsu Ammârah
Wahai diriku yang terjerumus dalam kesombongan, yang kagum pada kemasyhuran, yang mencari pujian dan sanjungan! Wahai diriku yang tersesat!Jika benih pohon Tin yang merupakan tempat tumbuh ribuan buah, batang kurus dan keras yang menjadi tempat bergantung ratu- san kuntum buah anggur, jika buah dan kuntum ini berasal dari per- buatan benih dan batang tersebut serta bersumber dari kecerdasan keduanya, maka setiap orang yang mengambil pelajaran darinya ha- rus memberikan pujian dan sanjungan kepada keduanya. Menurutku,jika pernyataan tersebut benar, barangkali engkau wahai diriku layak pula untuk berbangga dan sombong dengan sejumlah nikmat yang di- amanahkan padamu.
Hanya saja, yang pantas engkau dapat hanyalah celaan. Pasalnya, engkau tidak seperti benih atau batang di atas. Sebab, engkau memi- liki ikhtiar (kehendak). Maka dengan sikap sombong dan angkuhmu engkau membuat nilai nikmat tersebut berkurang, dengan sikap kufur nikmatmu nilainya menjadi hilang, serta dengan sikap merasa memi- liki engkau telah merampasnya.Engkau tidak punya hak untuk membanggakan diri, tetapi yang harus kau lakukan adalah bersyukur. Engkau tidak layak mendapatkan popularitas, tetapi harus bersikap tawaduk dan malu. Yang harus kau lakukan adalah beristigfar dan selalu menyesal, bukan menginginkan pujian. Kesempurnaanmu bukan di dalam sikap egois, tetapi di dalam sikap mencari petunjuk.
Ya, wahai diriku. Engkau dalam tubuhku menyerupai hukum alam yang terdapat di dunia ini. Kalian berdua (nafsu dan hukum alam) dicipta untuk menerima kebaikan dan sebagai tempat kemba- li keburukan. Dengan kata lain, kalian dicipta bukan sebagai pelaku ataupun sumber, tetapi sebagai objek dan tempat perbuatan dilakukan. Hanya saja, kalian memiliki sebuah pengaruh yaitu menjadi sebab la- hirnya keburukan ketika tidak menerima kebaikan yang datang dari Yang Mahabaik secara benar.
Selanjutnya, kalian berdua dicipta sebagai tirai guna menjadi sandaran dari berbagai kerusakan dan keburukan lahiri yang keinda- hannya tak terlihat. Maksudnya, agar kalian menjadi sarana untuk menyucikan Dzat Ilahi yang Mahamulia. Akan tetapi, kalian telah me- makai suatu bentuk yang berlawanan dengan tugas fitri kalian. Karena tidak memiliki kapasitas, maka kalian membalik kebaikan menjadi ke- burukan seolah-olah kalian menjadi sekutu Tuhan dalam melakukan perbuatan. Jadi, orang yang menyembah nafsunya atau menyembah hukum alam benar-benar sangat bodoh dan zalim.
Wahai diriku, jangan berkata, “Aku adalah tempat manifestasi keindahan. Orang yang mendapat keindahan pastilah indah.” Tidak, engkau tidak menampilkan keindahan secara sempurna. Engkau juga tidak menjadi wadah manifestasinya, tetapi hanya menjadi lintasan atau layar baginya.
Engkau juga tidak boleh berkata, “Aku telah dipilih di antara seluruh manusia. Buah ini terlihat berkat perantaraanku. Artinya, aku memiliki keutamaan dan keistimewaan.” Tidak, tetapi engkau mendapat buah tersebut karena engkau paling membutuhkannya, pa- ling pailit, dan paling menderita.(*[1])
POIN KEDUA
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan dengan sebaik-baiknya.” (QS. as-Sajadah [32]: 7).
Kami akan menjelaskan salah satu rahasia ayat yang berbunyi:
Ya, segala sesuatu di dalam wujud ini, bahkan yang tampak se- bagai yang paling buruk, sebenarnya memiliki sisi baik. Pada dasar- nya, segala sesuatu di alam ini dan seluruh peristiwa yang terjadi di dalamnya pasti indah, baik indah dengan sendirinya, atau indah kare- na selainnya, yakni indah dengan berbagai buah yang dihasilkan. Ada banyak peristiwa yang secara lahiriah tampak buruk dan jelek, namun di balik tirai lahiriah tersebut terdapat berbagai macam keindahan dan beragam bentuk tatanan yang halus.
Misalnya, di balik tirai tanah, debu, topan, dan hujan deras di musim semi tersembunyi bunga yang mekar dengan segala keinda- hannya serta untaian tumbuhan yang menyihir dan demikian indah. Di sela-sela angin musim gugur yang merusak pohon dan tumbuhan serta menjatuhkan dedaunan hijau dari atas dahan di mana ia memba- wa ancaman perpisahan dan melantunkan dendang kematian, terdapat kabar gembira yang bersumber dari aktivitas jutaan serangga kecil dan lemah yang membuka kehidupan di saat bunga mulai mekar. Ia men- jaganya dari lembabnya musim dingin dan tekanan cuacanya. Di sam- ping itu, berbagai bentuk musim dingin yang menyengat, semuanya menyiapkan bumi sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan musim semi dengan rombongannya yang indah dan menakjubkan.
Akan tetapi, manusia yang tertipu oleh tampilan lahiriah yang hanya melihat urusan dan peristiwa dari sisi egoisme dan kemaslaha- tan pribadi, pandangannya selalu tertuju kepada hal-hal yang sifatnya lahiriah sehingga menilainya buruk. Karena segala sesuatu ditimbang berdasarkan hasil yang mengarah kepadanya semata, ia menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang buruk. Padahal, tujuan dari segala sesuatu meski satu darinya mengarah kepada manusia, namun yang mengarah kepada nama-nama Penciptanya berjumlah ribuan.
Contoh: Pohon dan rumput berduri yang merupakan mukjizat kekuasaan Pencipta dianggap bahaya dan tidak berguna oleh manusia. Padahal, duri tersebut sangat penting karena bisa menjaganya dari ba- haya yang mengancamnya.Contoh lain adalah serangan burung elang terhadap burung pipit lainnya tampak bertentangan dengan sifat kasih sayang. Padahal kemampuan dan potensi burung pipit baru tersingkap dan terwujud dengan serangan itu.Contoh lainnya adalah hujan salju barangkali dianggap dingin dan tak menarik. Namun, di balik semua itu terdapat sejumlah tujuan yang hangat dan hasil yang manis yang tidak bisa digambarkan oleh manusia.
Dengan pandangannya yang terbatas, manusia menilai segala sesuatu lewat aspek yang mengarah pada dirinya. Karena itu, ia me- ngira banyak hal yang berada dalam wilayah moral semata sebagai se- suatu yang keluar darinya. Pembicaraan mengenai organ reproduksi, misalnya, dianggap tabu. Perasaan tabu ini terbatas pada sisinya yang mengarah pada manusia. Namun sisi-sisi lain, seperti sisi pencipta- an, kerapian, serta tujuan keberadaannya, semuanya menjadi hal yang mendatangkan kekaguman dan perenungan. Semua sisi tersebut me- rupakan salah satu sisi hikmah yang indah. Sebab, dengan perspek- tif tersebut rasa malu dan tabu tidak lagi menjadi penghalang untuk membicarakannya.
Bahkan, al-Qur’an yang merupakan sumber adab dan moral menyebutkan di sejumlah surahnya berbagai ungkapan yang sangat halus dan indah yang menunjukkan sisi penuh hikmah. Jadi, apa yang kita pandang buruk pada sejumlah makhluk, serta derita dan kesedihan yang diakibatkan oleh berbagai kejadian dan peristiwa se- hari-hari tidak kosong dari sisi yang indah, tujuan yang baik, sasaran yang mulia, dan hikmah yang tersembunyi, yang dengan semua itu mengarah kepada Penciptanya yang Maha Pemurah seperti yang Dia tetapkan, tunjukkan dan inginkan. Banyak urusan yang secara lahir tampak kusam, berantakan, dan tidak beraturan, namun jika diperha- tikan secara seksama ternyata ia berisi goresan Ilahi yang suci, indah, rapi, baik dan penuh hikmah.
POIN KETIGA
“Katakanlah, ‘Jika kalian mencintai Allah, ikuti aku, niscaya Allah mencintai kalian.” (QS. Ali Imran [3]:31).
Selama keindahan kreasi terdapat di alam dan ia merupakan sebuah keniscayaan sebagaimana yang terlihat, hal itu menjadi bukti kuat sampai tingkat ‘ainul yaqin atas kerasulan Muhammad x.
Pasal- nya, keindahan kreasi dan indahnya bentuk yang terdapat pada cip- taan menunjukkan bahwa pada diri Penciptanya terdapat kehendak yang sangat kuat untuk memperindah, dan kemauan untuk menghias. Kehendak dan kemauan tersebut menunjukkan bahwa pada diri Pen- ciptanya terdapat rasa cinta yang tinggi dan keinginan yang suci untuk memperlihatkan kesempurnaan kreasi-Nya yang terdapat di dalam ciptaan-Nya. Rasa cinta dan keinginan tersebut ingin mengarah dan memusat pada manusia yang paling sempurna dan paling indah dalam entitas. Pasalnya, manusia merupakan buah pohon penciptaan yang dilengkapi dengan perasaan dan kesadaran. Buah tersebut merupakan bagian paling komprehensif daripada seluruh bagian pohon. Ia memi- liki pandangan dan perasaan yang universal.
Pribadi yang memiliki pandangan komprehensif dan perasaan universal layak untuk menjadi mitra bicara Sang Pencipta Yang Ma- haindah. Hal itu karena ia mengarahkan semua pandangan dan perasaannya yang universal tadi untuk menyembah Penciptanya, mengapresiasi ciptaan-Nya, serta menghargai nikmat dan karunia- Nya. Tentu saja, pribadi tersebut adalah mitra bicara yang dekat dan dicintai oleh-Nya.
Sekarang terdapat dua lembaran dan dua wilayah yang terlihat:
Yang pertama, wilayah rububiyah yang sangat rapi dan menakjubkan berikut lembaran kreasi yang sangat indah dan tertata.
Sementara yang kedua adalah wilayah ubudiah yang bersinar dan cemerlang berikut lembaran tafakkur, apresiasi, syukur dan iman yang demikian luas dan komprehensif di mana wilayah ubudiah ini bergerak dengan seluruh kekuatannya atas nama wilayah pertama.
Demikianlah, secara otomatis dapat dipahami bahwa pimpinan wilayah yang membantu terwujudnya maksud Sang Pencipta yang ter- kait dengan ciptaan-Nya memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Sang Pencipta tadi. Di samping itu, ia juga dicintai dan disenangi oleh- Nya.
Apakah akal dapat menerima bahwa Pencipta seluruh ciptaan yang dihias dengan beragam keindahan, Pemberi seluruh nikmat, dan Pemelihara seluruh cita rasa yang terdapat di mulut makhluk, tidak memedulikan ciptaan-Nya yang paling indah, paling sempurna, yang selalu mengarah kepada-Nya dengan ibadah? Logiskah bahwa Dia ti- dak peduli dengan makhluk seperti itu yang telah membuat seluruh jagat raya menggema dengan gema apresiasinya terhadap berbagai keindahan kreasi Tuhan dan membuat daratan dan lautan berguncang lantaran lantunan pujian, syukur, dan takbirnya atas nikmat Allah Yang Mahaagung? Lalu mungkinkah Tuhan tidak mengarah kepada- nya?! Mungkinkah Dia tidak menurunkan wahyu kepadanya? Mung- kinkah Dia tidak menjadikannya sebagai utusan dan tidak menebar- kan akhlak-Nya yang baik dan indah kepada seluruh makhluk? Tentu tidak mungkin Dia tidak menurunkan firman-Nya pada- nya serta tidak menjadikannya utusan kepada seluruh manusia?!
“Agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 19).“Muhammad adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka...” (QS. al-Fath [48]: 29).
FİRKATLİ VE GURBETLİ BİR ESARETTE, FECİR VAKTİNDE AĞLAYAN BİR KALBİN AĞLAYAN AĞLAMALARIDIR
Seherlerde eser bâd-i tecelli
Uyan ey gözlerim vakt-i seherde
İnayet hâh zidergâh-ı İlahî
Seherdir ehl-i zenbin tövbegâhı
Uyan ey kalbim vakt-i fecirde
Bikün tövbe, bicû gufran zidergâh-ı İlahî.
سَحَر۟ حَش۟رٖيس۟ت۟ دَرُو هُش۟يَار۟ دَر۟ تَس۟بٖيح۟ هَمَه شَى۟..
بَخٰوابِ غَف۟لَت۟ سَر۟سَم۟ نَف۟سَم۟ حَتّٰى كَى۟..
عُم۟ر۟ عَص۟رٖيس۟ت۟ سَفَر۟ بَاقَب۟ر۟ مٖى بَايَد۟ زِهَر۟ حَى۟..
بِبَر۟خٖيز۟ نَمَازٖى چُو نِيَازٖى گُو بِكُن۟ اٰوَازٖى چُون۟ نَى۟..
بَگُو يَا رَب۟ پَشٖيمَانَم۟ خَجٖيلَم۟ شَر۟م۟سَارَم۟ اَز۟ گُنَاه۟ بٖى شُمَارَم۟
پَرٖيشَانَم۟ ذَلٖيلَم۟ اَش۟ك۟ بَارَم۟ اَز۟ حَيَات۟ بٖى قَرَارَم۟
غَرٖيبَم۟ بٖى كَسَم۟ ضَعٖيفَم۟ نَاتُوَانَم۟ عَلٖيلَم۟ عَاجِزَم۟ اِخ۟تِيَارَم۟ بٖى اِخ۟تِيَارَم۟ اَل۟اَمَان۟ گُويَم۟ عَفُو۟ جُويَم۟ مَدَد۟ خٰواهَم۟ زِدَر۟گَاهَت۟ اِلٰهٖى
- ↑ *Dalam perdebatan ini, aku sungguh kagum dengan sikap Said Baru yang terus membungkam nafsunya hingga sejauh itu. Aku pun mengapresiasinya seraya berkata, “Se- moga Allah melimpahkan ribuan keberkahan bagimu”—Penulis.