İçeriğe atla

Otuzuncu Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"'''Contoh keempat:''' Di antara prinsip kenabian yang bijak adalah bahwa segala se- suatu memiliki banyak hikmah dan manfaat. Bahkan buah memiliki hikmah sebanyak jumlah buah di pohon. Sebagaimana yang dipahami dari ayat yang berbunyi:“Segala sesuatu bertasbih memuji-Nya…”. (al-Isrâ [17]: 44). Jika ada satu hasil atau buah tertuju kepada makhluk itu sendiri serta sebuah hikmahnya kembali kepadanya, maka ribuan hasilnya kembali kepada Penciptanya Y..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("'''Contoh ketiga:''' Di antara hasil ideal kenabian dan di antara kaidah tauhidnya yang mulia adalah, “Yang satu hanya bersumber dari yang satu”. Artinya, seluruh kesatuan hanya bersumber dari yang satu. Karena pada segala sesuatu terdapat sebuah kesatuan yang tampak nyata, tentu ia bersumber dari penciptaan Dzat Yang Esa. Sebaliknya, prinsip dan keyakinan filsafat kuno berbunyi, “Yang satu hanya dapat menghasilkan yang satu”. Maksudnya, yang ber..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği
("'''Contoh keempat:''' Di antara prinsip kenabian yang bijak adalah bahwa segala se- suatu memiliki banyak hikmah dan manfaat. Bahkan buah memiliki hikmah sebanyak jumlah buah di pohon. Sebagaimana yang dipahami dari ayat yang berbunyi:“Segala sesuatu bertasbih memuji-Nya…”. (al-Isrâ [17]: 44). Jika ada satu hasil atau buah tertuju kepada makhluk itu sendiri serta sebuah hikmahnya kembali kepadanya, maka ribuan hasilnya kembali kepada Penciptanya Y..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
127. satır: 127. satır:
Sebaliknya, prinsip dan keyakinan filsafat kuno berbunyi, “Yang satu hanya dapat menghasilkan yang satu”. Maksudnya, yang bersumber dari Dzat Yang Esa hanya sesuatu yang satu. Adapun yang lainnya bersumber dari berbagai sarana dan perantara. Kaidah filsafat kuno ini memberikan kepada sejumlah sebab dan perantara satu bentuk keikutsertaan dalam rububiyah. Ia memperlihatkan bahwa Dzat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu dan Mahakaya membutuhkan peran- tara yang lemah. Bahkan mereka sangat sesat dengan menyematkan kepada Tuhan sang pencipta nama makhluk, yaitu “akal pertama.” Mereka membagi seluruh kekuasaan-Nya dengan berbagai perantara sehingga membuka jalan menuju syirik besar.Prinsip tauhid kenabian sangat berbeda dengan prinsip filsafat kuno yang berlumur syirik dan kesesatan. Jika para filsuf dan ahli hikmah yang memiliki pemahaman paling tinggi saja melontarkan per- kataan semacam itu, lalu bagaimana dengan kalangan naturalis dan materialis yang ilmu filsafat dan hikmahnya berada di bawah mereka?!
Sebaliknya, prinsip dan keyakinan filsafat kuno berbunyi, “Yang satu hanya dapat menghasilkan yang satu”. Maksudnya, yang bersumber dari Dzat Yang Esa hanya sesuatu yang satu. Adapun yang lainnya bersumber dari berbagai sarana dan perantara. Kaidah filsafat kuno ini memberikan kepada sejumlah sebab dan perantara satu bentuk keikutsertaan dalam rububiyah. Ia memperlihatkan bahwa Dzat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu dan Mahakaya membutuhkan peran- tara yang lemah. Bahkan mereka sangat sesat dengan menyematkan kepada Tuhan sang pencipta nama makhluk, yaitu “akal pertama.” Mereka membagi seluruh kekuasaan-Nya dengan berbagai perantara sehingga membuka jalan menuju syirik besar.Prinsip tauhid kenabian sangat berbeda dengan prinsip filsafat kuno yang berlumur syirik dan kesesatan. Jika para filsuf dan ahli hikmah yang memiliki pemahaman paling tinggi saja melontarkan per- kataan semacam itu, lalu bagaimana dengan kalangan naturalis dan materialis yang ilmu filsafat dan hikmahnya berada di bawah mereka?!


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
'''Contoh keempat:'''
'''Dördüncü Misal:''' Nübüvvetin düstur-u hakîmanesinden وَ اِن۟ مِن۟ شَى۟ءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَم۟دِهٖ sırrıyla “Her şeyin, her zîhayatın neticesi ve hikmeti kendine ait bir ise Sâni’ine ait neticeleri, Fâtır’ına bakan hikmetleri binlerdir. Her bir şeyin, hattâ bir meyvenin; bir ağacın meyveleri kadar hikmetleri, neticeleri bulunduğu” mahz-ı hakikat olan düstur-u hikmet nerede? Felsefenin “Her bir zîhayatın neticesi kendine bakar veyahut insanın menafiine aittir.” diye koca bir dağ gibi ağaca, hardal gibi bir meyve, bir netice takmak gibi gayet manasız bir abesiyet içinde gördüğü hikmetsiz hikmet-i muzahrefe düsturları nerede? Şu hakikat, Onuncu Söz’ün Onuncu Hakikati’nde bir derece gösterildiğinden kısa kestik.
Di antara prinsip kenabian yang bijak adalah bahwa segala se- suatu memiliki banyak hikmah dan manfaat. Bahkan buah memiliki hikmah sebanyak jumlah buah di pohon. Sebagaimana yang dipahami dari ayat yang berbunyi:“Segala sesuatu bertasbih memuji-Nya…”. (al-Isrâ [17]: 44). Jika ada satu hasil atau buah tertuju kepada makhluk itu sendiri serta sebuah hikmahnya kembali kepadanya, maka ribuan hasilnya kembali kepada Penciptanya Yang Mahabijak serta ribuan hikmahnya tertuju kepada penciptanya yang Mahaagung.
</div>
Adapun prinsip filsafat berbunyi, “Hikmah dan manfaat pencipta- an setiap makhluk hidup kembali kepada dirinya. Atau, kembali kepada manfaat dan kemaslahatan manusia.” Kaidah ini melenyapkan banyak hikmah yang terkandung di dalam entitas. Ia hanya memberikan satu buah yang sangat kecil laksana sebiji sawi kepada pohon yang besar. Akhirnya, ia mengubah entitas menjadi sesuatu yang tidak berarti.Hikmah yang benar di atas sangat berbeda dengan kaidah filsafat yang rusak yang kosong dari hikmah di mana seluruh eksistensi dicelup dengan celupan kesia-siaan. Kami membatasi pembahasan sampai di sini karena hakikat tersebut telah kami bahas secara agak rinci pada ‘hakikat kesepuluh’ dari “Kalimat Kesepuluh”.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">