İçeriğe atla

Otuz İkinci Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Kemudian rasa cinta dan penghormatanmu kepada kedua orang tua merupakan bentuk kecintaan kepada Allah. Pasalnya, Dialah yang menanamkan perasaan kasih sayang pada keduanya sehingga mereka mau mengasuh dan mendidikmu dengan penuh kasih sayang dan bijaksana. Bukti yang menunjukkan bahwa rasa cinta pada kedua- nya tadi merupakan cinta karena Allah adalah mencintai dan menghormati keduanya, melebihi sebelumnya, ketika mereka sudah tua; saat di mana tidak ada..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("'''Nuktah Pertama'''" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Kemudian rasa cinta dan penghormatanmu kepada kedua orang tua merupakan bentuk kecintaan kepada Allah. Pasalnya, Dialah yang menanamkan perasaan kasih sayang pada keduanya sehingga mereka mau mengasuh dan mendidikmu dengan penuh kasih sayang dan bijaksana. Bukti yang menunjukkan bahwa rasa cinta pada kedua- nya tadi merupakan cinta karena Allah adalah mencintai dan menghormati keduanya, melebihi sebelumnya, ketika mereka sudah tua; saat di mana tidak ada..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
749. satır: 749. satır:
Kemudian rasa cinta dan penghormatanmu kepada kedua orang tua merupakan bentuk kecintaan kepada Allah. Pasalnya, Dialah yang menanamkan perasaan kasih sayang pada keduanya sehingga mereka mau mengasuh dan mendidikmu dengan penuh kasih sayang dan bijaksana. Bukti yang menunjukkan bahwa rasa cinta pada kedua- nya tadi merupakan cinta karena Allah adalah mencintai dan menghormati keduanya, melebihi sebelumnya, ketika mereka sudah tua; saat di mana tidak ada lagi faedah bagimu dari mereka. Engkau pun sangat menyayangi mereka meskipun menyibukkan dan menyusahkanmu.
Kemudian rasa cinta dan penghormatanmu kepada kedua orang tua merupakan bentuk kecintaan kepada Allah. Pasalnya, Dialah yang menanamkan perasaan kasih sayang pada keduanya sehingga mereka mau mengasuh dan mendidikmu dengan penuh kasih sayang dan bijaksana. Bukti yang menunjukkan bahwa rasa cinta pada kedua- nya tadi merupakan cinta karena Allah adalah mencintai dan menghormati keduanya, melebihi sebelumnya, ketika mereka sudah tua; saat di mana tidak ada lagi faedah bagimu dari mereka. Engkau pun sangat menyayangi mereka meskipun menyibukkan dan menyusahkanmu.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Allah berfirman:“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sudah berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, jangan sekali-kali kamu me- ngatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan pula memben- tak mereka. Namun, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh sayang dan berdoalah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaima- na mereka berdua telah mendidikku di waktu kecil.’” (QS. al-Isrâ’ [17]: 23-24).Ayat di atas mengajak seluruh anak untuk memelihara hak orang tua dalam lima tingkatan. Hal ini menunjukkan betapa penting ber- bakti kepada orang tua berikut buruknya sikap durhaka kepada mere- ka dalam pandangan al-Qur’an. Seorang ayah biasanya tidak mau seseorang lebih unggul darinya kecuali anaknya. Pasalnya, seorang ayah tidak memiliki rasa deng- ki terhadap anaknya yang membuat sang anak tidak boleh menuntut hak kepada ayahnya. Karena pertengkaran muncul dari kedengkian dan persaingan antara dua orang, atau lahir dari kesalahan. Sementa- ra secara fitrah, seorang ayah terbebas dari keduanya. Jadi, anak tidak berhak menuntut ayahnya. Bahkan, jika ia melihat ayahnya berbuat kesalahan sekalipun, ia tetap tidak boleh melawan dan mendurhakainya. Artinya, siapa yang durhaka kepada orang tuanya serta menyakiti mereka berarti ia manusia yang telah berubah menjadi binatang buas.
اِمَّا يَب۟لُغَنَّ عِن۟دَكَ ال۟كِبَرَ اَحَدُهُمَٓا اَو۟ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل۟ لَهُمَٓا اُفٍّ âyeti beş mertebe hürmet ve şefkate evladı davet etmesi, Kur’an’ın nazarında valideynin hukukları ne kadar ehemmiyetli ve ukukları ne derece çirkin olduğunu gösterir. Madem peder kimseyi değil, yalnız veledinin kendinden daha ziyade iyi olmasını ister. Ona mukabil veled dahi pedere karşı hak dava edemez. Demek, valideyn ve veled ortasında fıtraten sebeb-i münakaşa yok. Zira münakaşa, ya gıpta ve hasedden gelir, pederde oğluna karşı o yok. Veya münakaşa, haksızlıktan gelir, veledin hakkı yoktur ki pederine karşı hak dava etsin. Pederini haksız görse de ona isyan edemez. Demek, pederine isyan eden ve onu rencide eden, insan bozması bir canavardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">