İçeriğe atla

Üçüncü Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Dalam fitrah manusia ada hasrat yang sangat kuat terhadap keabadian. Sampai-sampai ia mengangan-angankan sifat keabadian pada semua yang ia cintai. Bahkan, ia hanya mau mencintai sesuatu yang disangkanya abadi. Akan tetapi, ketika ia menyadari bahwa apa yang dicintainya hanya bersifat sementara atau ia menyaksikan bahwa apa yang dicintainya itu musnah, ia akan segera mengalami kesedihan yang mendalam. Ya, semua ratapan yang muncul akibat adanya perpisaha..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Bahkan bisa dikatakan bahwa yang menjadi salah satu sebab adanya alam keabadian dan surga yang kekal adalah karena hasrat yang sangat kuat terhadap keabadian yang tertanam pada fitrah manusia, serta karena doanya yang umum dan menyeluruh untuk bisa kekal. Maka, Allah Yang Mahakekal mengabulkan hasrat dan doa tersebut. Allah pun menciptakan bagi manusia yang fana sebuah alam yang kekal dan abadi." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Dalam fitrah manusia ada hasrat yang sangat kuat terhadap keabadian. Sampai-sampai ia mengangan-angankan sifat keabadian pada semua yang ia cintai. Bahkan, ia hanya mau mencintai sesuatu yang disangkanya abadi. Akan tetapi, ketika ia menyadari bahwa apa yang dicintainya hanya bersifat sementara atau ia menyaksikan bahwa apa yang dicintainya itu musnah, ia akan segera mengalami kesedihan yang mendalam. Ya, semua ratapan yang muncul akibat adanya perpisaha..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
32. satır: 32. satır:
Bahkan bisa dikatakan bahwa yang menjadi salah satu sebab adanya alam keabadian dan surga yang kekal adalah karena hasrat yang sangat kuat terhadap keabadian yang tertanam pada fitrah manusia, serta karena doanya yang umum dan menyeluruh untuk bisa kekal. Maka, Allah Yang Mahakekal mengabulkan hasrat dan doa tersebut. Allah pun menciptakan bagi manusia yang fana sebuah alam yang kekal dan abadi.
Bahkan bisa dikatakan bahwa yang menjadi salah satu sebab adanya alam keabadian dan surga yang kekal adalah karena hasrat yang sangat kuat terhadap keabadian yang tertanam pada fitrah manusia, serta karena doanya yang umum dan menyeluruh untuk bisa kekal. Maka, Allah Yang Mahakekal mengabulkan hasrat dan doa tersebut. Allah pun menciptakan bagi manusia yang fana sebuah alam yang kekal dan abadi.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sang Pencipta Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih mengabulkan doa perut, yang berukuran kecil, yang dipanjatkan lewat lisânul hâl (keadaan) dengan menciptakan untuknya beragam makanan lezat yang tak terhingga. Maka, mungkinkah Dia tidak mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh seluruh umat manusia lewat ucapan dan lisânul hâl, secara terus-menerus, bersifat menyeluruh, dan tulus yang bersumber dari kebutuhan fitrinya? Hal itu sama sekali tidak mungkin bagi Allah. Karena itu, sangat mustahil Allah mengabaikan doa manusia. Sebab, sikap mengabaikan doa tidak sesuai dengan ke- bijaksanaan, keadilan, rahmat, dan kemahakuasaan-Nya.
Hem hiç mümkün müdür ki: Fâtır-ı Kerîm, Hâlık-ı Rahîm, küçük midenin cüz’î arzusunu ve muvakkat bir beka için lisan-ı hal ile duasını hadsiz enva-ı mat’umat-ı leziziyenin icadıyla kabul etsin de umum nev-i beşerin pek büyük bir ihtiyac-ı fıtrîden gelen pek şiddetli bir arzusunu ve küllî ve daimî ve haklı ve hakikatli, kālli, halli, bekaya dair gayet kuvvetli duasını kabul etmesin? Hâşâ, yüz bin defa hâşâ. Kabul etmemek mümkün değildir. Hem hikmet ve adaletine ve rahmet ve kudretine hiçbir cihetle yakışmaz.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selama manusia sangat mendambakan keabadian, pastilah semua kesempurnaan dan perasaannya bergantung pada keabadian itu. Selama kekekalan tersebut menjadi sifat istimewa Dzat Yang Ma- hakekal Pemilik Keagungan, seluruh nama-Nya yang mulia bersifat kekal, dan semua cermin yang memantulkan manifestasi nama-nama tersebut diwarnai keabadian dan mengambil hukumnya—maksud- nya, semua nama tersebut juga memperoleh sejenis keabadian—maka tentu yang paling utama untuk dilakukan manusia serta tugasnya paling agung adalah menguatkan ikatan dan hubungan dengan Dzat Yang Mahakekal dan Agung, serta berpegang teguh pada nama-nama-Nya yang mulia.
Madem insan bekaya âşıktır, elbette bütün kemalâtı, lezzetleri, bekaya tabidir. Ve madem beka, Bâki-i Zülcelal’e mahsustur ve madem Bâki’nin esması bâkiyedir ve madem Bâki’nin âyineleri Bâki’nin rengini, hükmünü alır ve bir nevi bekaya mazhar olur.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">