78.073
düzenleme
("Setelah itu, ia mu- lai berdoa. Ia memohon dengan penuh harap agar diilhamkan kunci pembuka misteri tadi. Ia berujar:“Wahai penguasa negeri ini! Aku berada dalam genggamanmu. Aku berlindung kepadamu. Aku adalah pelayanmu. Aku mengharap ridamu. Aku mencarimu.” Seusai berdoa, dinding sumur itu pun seketika terbelah. Tampak sebuah pintu menuju kebun yang rimbun, suci dan indah. Barangkali mulut ular itu berubah menjadi pintu tersebut. Sementara singa da..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("------ <center> KALIMAT KETUJUH ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KESEMBILAN </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 12 değişikliği gösterilmiyor) | |||
34. satır: | 34. satır: | ||
Seusai berdoa, dinding sumur itu pun seketika terbelah. Tampak sebuah pintu menuju kebun yang rimbun, suci dan indah. Barangkali mulut ular itu berubah menjadi pintu tersebut. Sementara singa dan ularnya menjadi seperti pelayan. Maka, keduanya mulai mengajak- nya menuju kebun tadi hingga singa itu berubah bentuk menjadi kuda yang jinak. | Seusai berdoa, dinding sumur itu pun seketika terbelah. Tampak sebuah pintu menuju kebun yang rimbun, suci dan indah. Barangkali mulut ular itu berubah menjadi pintu tersebut. Sementara singa dan ularnya menjadi seperti pelayan. Maka, keduanya mulai mengajak- nya menuju kebun tadi hingga singa itu berubah bentuk menjadi kuda yang jinak. | ||
Wahai diri yang malas! Wahai sahabat dalam khayalan! | |||
Mari kita bandingkan antara kondisi kedua saudara di atas untuk mengetahui bahwa kebaikan menghasilkan kebaikan, dan keburukan akan mendatangkan keburukan. | |||
Musafir pesimis yang meniti jalan sebelah kiri itu setiap waktu berpotensi masuk ke dalam mulut ular. Karenanya, ia senantiasa mera- sa takut dan cemas. Sementara, musafir yang optimis tersebut diajak ke kebun indah yang memiliki beragam buah. Lalu, kalbu orang pesimis itu tercabik-cabik dalam rasa takut yang luar biasa, sementara orang yang optimis tersebut melihat segala sesuatu yang aneh sebagai sebuah pelajaran yang indah, rasa takut yang nikmat, dan pengetahuan yang disuka. Orang pesimis itu merasa sangat tersiksa akibat kesepian dan putus asa, sementara orang yang optimis tersebut merasa nyaman de- ngan rasa harap dan rindunya.Selanjutnya, orang yang sial itu melihat dirinya dihukum—la- yaknya narapidana—dengan serangan serangga yang mengganggu, sementara orang yang beruntung tersebut merasakan kenikmatan layaknya tamu yang mulia. Bagaimana tidak, sedangkan ia menjadi tamu bagi tuan rumah yang sangat pemurah. Ia merasa nyaman dan bersenang-senang dengan para pelayan tuan rumah.Kemudian, orang yang bernasib buruk itu mempercepat siksanya dengan memakan makanan yang secara lahiriah nikmat, namun pada hakikatnya beracun. Pasalnya, buah-buahan itu hanyalah sampel. Ia hanya diizinkan untuk dicicipi guna menjadi pemicu untuk meminta (barang) orisinalnya dan perangsang untuk menikmati buah aslinya. Jika tidak demikian, tentu ia tidak diperbolehkan untuk melahapnya seperti hewan. Adapun orang yang bernasib baik dan mulia tersebut, ia mencicipinya dengan penuh kesadaran di mana ia menunda untuk memakannya dan menikmati masa penantiannya. | |||
Lalu, orang yang malang itu telah berbuat zalim kepada dirinya sendiri dengan cara menempatkan diri pada kegelapan dan ilusi yang pekat sehingga seolah-olah ia sedang berada di neraka lantaran tidak melihat berbagai hakikat yang demikian terang laksana siang dan berbagai kondisi indah. Karenanya, ia tidak layak mendapat rasa kasi- han dan tidak berhak mengeluh. | |||
Kondisinya sama seperti orang yang berada di tengah-tengah orang yang dicintai pada musim panas di se- buah taman indah dalam satu pesta kebahagiaan. Namun karena tidak merasa puas dengannya, ia mereguk minuman keras hingga mabuk. Akhirnya ia berteriak dan merintih serta mulai menangis. Ia mengira dirinya sedang berada di puncak musim dingin. Ia juga mengira dirinya sedang lapar, telanjang, dan berada di tengah-tengah binatang buas. Nah, sebagaimana orang ini tidak layak dikasihani karena telah berbuat zalim kepada dirinya sendiri dengan menganggap temannya sebagai binatang buas, demikian pula dengan musafir malang di atas. | |||
Sebaliknya, orang beruntung tersebut melihat hakikat. Hakikat tersebut demikian indah. Dengan mengetahui keindahan hakikat yang ada, ia juga menghormati kesempurnaan pemilik hakikat sehingga layak mendapat kasih sayangnya. Dengan demikian, engkau dapat mengetahui salah satu rahasia ayat yang berbunyi: | |||
“Kebaikan yang kau terima berasal dari Allah. sementara, keburu- kan yang kau terima berasal dari dirimu sendiri.” (QS. an-Nisâ [4]: 79). | |||
Jika engkau membandingkan seluruh perbedaan di atas dan se- jenisnya, tentu engkau mengetahui bahwa nafsu ammârah milik orang pertama telah menghasilkan neraka maknawi dalam dirinya. Semen- tara yang kedua, lewat niat, prasangka, perangai dan pikiran baiknya mendapatkan limpahan karunia, kebahagiaan dan kebaikan. | |||
Wahai diriku! Wahai yang ikut menyimak cerita di atas! | |||
Jika engkau tidak ingin menjadi seperti orang pesimis di atas dan ingin menjadi seperti saudaranya yang optimis, camkan pesan al- Qur’an, tunduk dan berpeganglah pada ketetapannya, serta amalkan hukum-hukumnya. | |||
Jika engkau telah memahami berbagai hakikat yang terdapat pada cerita singkat di atas, engkau dapat menerapkan hakikat agama, dunia, manusia dan iman padanya. Aku akan menjelaskan pilar-pilar dasarnya, lalu detail-detailnya bisa kau simpulkan sendiri. | |||
Kedua saudara di atas, yang satu jiwa seorang mukmin dan hati orang yang saleh, sementara yang lainnya jiwa orang kafir dan hati orang fasik. | |||
Adapun jalan sebelah kanan adalah jalan al-Qur’an dan iman, sementara jalan sebelah kiri adalah jalan kemaksiatan dan keku- furan. | |||
Sementara kebun yang terdapat di jalan adalah kehidupan so- sial yang bersifat temporer dalam masyarakat dan peradaban manusia yang mana di dalamnya terdapat kebaikan dan keburukan, serta se- suatu yang bersih dan kotor. Orang berakal adalah yang menerapkan | |||
kaidah, “Ambil yang jernih (baik) dan tinggalkan yang keruh (buruk)!” Maka, ia berjalan dengan hati yang lapang dan pikiran yang tenang. | |||
Selanjutnya, padang pasir itu berupa dunia dan bumi ini. Singa- nya berupa ajal dan kematian. Sumurnya berupa jasad manusia dan rentang waktu kehidupan. Kedalamannya yang mencapai enam puluh hasta adalah petunjuk tentang usia pada umumnya. Rata-rata usia ma- nusia adalah enam puluh tahun. Lalu pohon tersebut berupa rentang usia dan kehidupan. Selanjutnya kedua hewan yang ada, yakni yang putih dan hitam, ia adalah siang dan malam. | |||
Mulut ularnya berupa pintu kubur yang terbuka menuju jalan barzakh dan gerbang akhirat. Hanya saja, kubur tadi bagi orang mukmin merupakan pintu yang ter- buka dari penjara menuju kebun. | |||
Kemudian, sejumlah serangga ber- bahaya merupakan aneka musibah di dunia. Hanya saja, bagi orang mukmin ia seperti peringatan Ilahi yang penuh kasih agar tidak lalai. | |||
Buah-buahan yang terdapat di pohon itu adalah berbagai nikmat duniawi yang diciptakan oleh Tuhan Yang Mahamulia dan Pemurah guna menjadi daftar nikmat ukhrawi sekaligus pengingat atasnya kare- na memiliki kemiripan dengannya. | |||
Allah Yang Mahabijak telah men- ciptakannya sebagai sampel dan contoh guna mengajak mereka kepa- da buah-buahan surga. Keberadaan sebuah pohon yang memberikan beragam buah menjadi isyarat atas tanda kekuasaan Allah, stempel rububiyah Ilahi dan cap kekuasaan uluhiyah. Pasalnya, Dia mencip- takan segala sesuatu dari yang satu. Maksudnya, Dia menciptakan seluruh tumbuhan dan buahnya dari satu tanah, menjadikan seluruh hewan dari satu air, serta menciptakan seluruh perangkat hewani dari makanan yang sederhana. Sebaliknya, Dia menciptakan sesuatu dari segala sesuatu. Misalnya pembuatan daging tertentu dan kulit sederha- na pada makhluk hidup dari makanan yang beraneka macam. Semua itu adalah tanda dan stempel khusus serta cap yang tak bisa ditiru dari Penguasa azali dan abadi yang merupakan Dzat Yang Mahaesa dan Mahakekal.Ya, penciptaan sesuatu dari segala sesuatu serta penciptaan se- gala sesuatu dari sesuatu adalah ciri khas milik Sang Pencipta segala sesuatu, serta atribut milik Dzat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. | |||
Selanjutnya, misteri yang ada merupakan rahasia hikmah pen- ciptaan yang hanya bisa terbuka dengan rahasia iman. Kuncinya berupa Allâhu lâ ilâha illa Huwal Hayy al-Qayyûm, yâ Allâh, dan lâ ilâha illallâh. | |||
Kemudian, perubahan mulut ular menjadi pintu kebun ada- lah simbol bahwa kubur merupakan penjara soliter yang sempit dan menyulitkan. Ia ibarat perut ular bagi kaum yang sesat dan pembang- kang. Akan tetapi, bagi kaum beriman dan kaum yang dekat dengan al-Qur’an, ia merupakan pintu yang terbuka, dari penjara dunia menu- ju kebun keabadian, dari medan ujian menuju taman surga, dan dari sulitnya hidup menuju kasih sayang Tuhan. Adapun berubahnya singa yang buas menjadi kuda yang jinak dan pelayan adalah petunjuk bah- wa kematian bagi kaum yang sesat merupakan perpisahan abadi—yang menyakitkan—dengan semua orang yang dicinta, serta kondisi keluar dari surga dunia yang palsu menuju penjara kubur. Sementara, bagi kaum yang mendapat petunjuk dan ahlul-Qur’an kematian merupa- kan perjalanan menuju alam lain, sarana untuk bertemu dengan para kekasih dan teman lama, media untuk masuk ke dalam tanah air haki- ki dan tempat kebahagiaan abadi, undangan untuk keluar dari penjara dunia menuju taman surga, serta penantian untuk mengambil upah pengabdian sebagai bentuk karunia dari Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kematian juga merupakan bentuk pembebasan dari tugas hidup serta pemberitahuan berakhirnya kewajiban ubudiyah. | |||
Dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa seti- ap orang yang menjadikan kehidupan fana sebagai tujuannya, maka hidupnya akan tersiksa dan ia bakal masuk neraka, meskipun secara lahiriah ia tampak hidup dengan nyaman. | |||
Sebaliknya, siapa yang mengarah kepada kehidupan abadi serta berusaha dengan sungguh-sungguh dan tulus untuk mendapatkannya, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Bahkan meskipun kehidupan dunianya buruk dan sempit, ia akan melihatnya manis dan indah serta akan melihatnya sebagai aula penantian bagi surganya. Karenanya, ia dapat menjalani sekaligus mensyukurinya dengan penuh kesabaran. | |||
Ya Allah, jadikan kami termasuk mereka yang mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan, serta pelayan | |||
al-Qur’an dan iman. Amin!Ya Allah, sampaikan salawat dan salam kami kepada junjungan kami, Muhammad x, serta kepada keluarga dan sahabatnya, sebanyak huruf yang terbentuk pada seluruh kata yang dengan izin Allah terwujud pada cermin gelombang udara di saat membaca setiap kata al-Qur’an yang keluar dari mulut pembaca, dari awal turunnya hingga akhir zaman. Kasihi kami, orang tua kami, serta kaum mukmin dan mukminah sebanyak itu pula lewat rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha pengasih. Amin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. | |||
------ | ------ | ||
<center> [[Yedinci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Dokuzuncu Söz]] </center> | <center> [[Yedinci Söz/id|KALIMAT KETUJUH]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Dokuzuncu Söz/id|KALIMAT KESEMBILAN]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme