77.975
düzenleme
("Dalam fitrah manusia ada hasrat yang sangat kuat terhadap keabadian. Sampai-sampai ia mengangan-angankan sifat keabadian pada semua yang ia cintai. Bahkan, ia hanya mau mencintai sesuatu yang disangkanya abadi. Akan tetapi, ketika ia menyadari bahwa apa yang dicintainya hanya bersifat sementara atau ia menyaksikan bahwa apa yang dicintainya itu musnah, ia akan segera mengalami kesedihan yang mendalam. Ya, semua ratapan yang muncul akibat adanya perpisaha..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Selama manusia sangat mendambakan keabadian, pastilah semua kesempurnaan dan perasaannya bergantung pada keabadian itu. Selama kekekalan tersebut menjadi sifat istimewa Dzat Yang Ma- hakekal Pemilik Keagungan, seluruh nama-Nya yang mulia bersifat kekal, dan semua cermin yang memantulkan manifestasi nama-nama tersebut diwarnai keabadian dan mengambil hukumnya—maksud- nya, semua nama tersebut juga memperoleh sejenis keabadian—maka tentu yang paling uta..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
36. satır: | 36. satır: | ||
Selama manusia sangat mendambakan keabadian, pastilah semua kesempurnaan dan perasaannya bergantung pada keabadian itu. Selama kekekalan tersebut menjadi sifat istimewa Dzat Yang Ma- hakekal Pemilik Keagungan, seluruh nama-Nya yang mulia bersifat kekal, dan semua cermin yang memantulkan manifestasi nama-nama tersebut diwarnai keabadian dan mengambil hukumnya—maksud- nya, semua nama tersebut juga memperoleh sejenis keabadian—maka tentu yang paling utama untuk dilakukan manusia serta tugasnya paling agung adalah menguatkan ikatan dan hubungan dengan Dzat Yang Mahakekal dan Agung, serta berpegang teguh pada nama-nama-Nya yang mulia. | Selama manusia sangat mendambakan keabadian, pastilah semua kesempurnaan dan perasaannya bergantung pada keabadian itu. Selama kekekalan tersebut menjadi sifat istimewa Dzat Yang Ma- hakekal Pemilik Keagungan, seluruh nama-Nya yang mulia bersifat kekal, dan semua cermin yang memantulkan manifestasi nama-nama tersebut diwarnai keabadian dan mengambil hukumnya—maksud- nya, semua nama tersebut juga memperoleh sejenis keabadian—maka tentu yang paling utama untuk dilakukan manusia serta tugasnya paling agung adalah menguatkan ikatan dan hubungan dengan Dzat Yang Mahakekal dan Agung, serta berpegang teguh pada nama-nama-Nya yang mulia. | ||
Sebab, apa yang dikorbankan di jalan Dzat Yang Mahakekal, akan memperoleh sejenis sifat kekal. | |||
Hakikat ini dijelaskan oleh kalimat yang kedua, Yâ Bâqî Anta al-Bâqî. Ia tidak hanya menyembuhkan luka maknawi manusia yang tak terhingga, tetapi juga memenuhi hasratnya yang kuat untuk bisa kekal seperti yang tertanam dalam fitrahnya. | |||
< | <span id="Üçüncü_Nükte"></span> | ||
== | ==Nuktah Ketiga== | ||
Dalam kehidupan dunia ini, pengaroh waktu terhadap mus- nahnya segala sesuatu berbeda-beda. Walaupun semua entitas, antara yang satu dengan lainnya, saling mengitari seperti lingkaran yang saling bersambung, namun dilihat dari kemusnahannya ada perbedaan yang sangat mencolok.Sebagaimana pergerakan jarum jam yang menunjukkan detik, menit, dan jam berbeda kecepatan meskipun bentuk lahiriahnya sama, demikian pula dengan kondisi manusia. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme