77.975
düzenleme
("Sebagai kesimpulan: Meskipun manusia merupakan makhluk yang fana, namun ia tercipta untuk kekal abadi. Allah, Sang Pencipta Yang Mahamulia, menciptakan manusia laksana cermin yang memantulkan manifestasi-Nya yang kekal. Allah juga membebaninya dengan berbagai kewajiban yang membuahkan hasil yang kekal, serta memberinya bentuk yang paling baik agar bisa menjadi tempat terukirnya berbagai manifestasi Asmaul Husna yang kekal." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذ۟نَٓا اِن۟ نَسٖينَٓا اَو۟ اَخ۟طَا۟نَا" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
77. satır: | 77. satır: | ||
Sebagai kesimpulan: Meskipun manusia merupakan makhluk yang fana, namun ia tercipta untuk kekal abadi. Allah, Sang Pencipta Yang Mahamulia, menciptakan manusia laksana cermin yang memantulkan manifestasi-Nya yang kekal. Allah juga membebaninya dengan berbagai kewajiban yang membuahkan hasil yang kekal, serta memberinya bentuk yang paling baik agar bisa menjadi tempat terukirnya berbagai manifestasi Asmaul Husna yang kekal. | Sebagai kesimpulan: Meskipun manusia merupakan makhluk yang fana, namun ia tercipta untuk kekal abadi. Allah, Sang Pencipta Yang Mahamulia, menciptakan manusia laksana cermin yang memantulkan manifestasi-Nya yang kekal. Allah juga membebaninya dengan berbagai kewajiban yang membuahkan hasil yang kekal, serta memberinya bentuk yang paling baik agar bisa menjadi tempat terukirnya berbagai manifestasi Asmaul Husna yang kekal. | ||
Karena itu, kebahagiaan dan kewajiban manusia yang paling mendasar adalah terletak pada bagaimana ia menghadapkan wajah kepada Dzat Yang Mahakekal dengan segenap upaya, raga, dan seluruh potensi fitrahnya, seraya berjalan melangkah dalam naungan ridha-Nya, berpegang pada nama-nama-Nya, dan dengan seluruh latifah-nya yang berupa kalbu, roh, dan akal mengulang-ulang seperti yang dilakukan lisannya “Yâ Bâqî Anta al-Bâqî”:Dialah Yang Maha Kekal. Dialah Yang Azali dan Abadi. Dialah Yang Tak pernah berakhir. Dialah Yang Maha Permanen. Dialah Yang Maha Diminta. Dialah Yang Maha Dicinta. Dialah Yang Maha Dituju. Serta Dialah Yang Maha Disembah. | |||
سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | سُب۟حَانَكَ لَا عِل۟مَ لَنَٓا اِلَّا مَا عَلَّم۟تَنَٓا اِنَّكَ اَن۟تَ ال۟عَلٖيمُ ال۟حَكٖيمُ | ||
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذ۟نَٓا اِن۟ نَسٖينَٓا اَو۟ اَخ۟طَا۟نَا | رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذ۟نَٓا اِن۟ نَسٖينَٓا اَو۟ اَخ۟طَا۟نَا | ||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme