78.073
düzenleme
("Padahal, tidak layak baginya untuk gelisah seperti itu. Sebab, kesulitan hari-hari yang telah lewat—jika dilalui dengan musibah— telah hilang dan menyisakan kelapangan. Kepenatan dan rasa sakitnya juga telah sirna, yang tersisa hanya kenikmatan. Tekanan dan himpitannya telah lenyap, yang masih ada hanyalah ganjarannya. Karena itu, ia tidak diperkenankan untuk mengeluh. Bahkan seharusnya ia bersyukur kepada Allah dengan penuh rasa rindu. Dia (manusia..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Karena itu, merupakan kebodohan dan kedunguan apabila seseorang mencerai-beraikan dan menyianyiakan kesabarannya dengan memikirkan penderitaan yang telah berlalu.Adalah kebodohan menghawatirkan musibah dan penyakit yang mungkin menimpa manusia pada masa mendatang. Sebab, saat itu masih belum tiba. Sebagaimana merupakan kedunguan apabila seseorang memakan banyak nasi dan meminum banyak air karena khawatir akan kelaparan dan kehausan keesokan harinya. Demi..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
69. satır: | 69. satır: | ||
Padahal, tidak layak baginya untuk gelisah seperti itu. Sebab, kesulitan hari-hari yang telah lewat—jika dilalui dengan musibah— telah hilang dan menyisakan kelapangan. Kepenatan dan rasa sakitnya juga telah sirna, yang tersisa hanya kenikmatan. Tekanan dan himpitannya telah lenyap, yang masih ada hanyalah ganjarannya. Karena itu, ia tidak diperkenankan untuk mengeluh. Bahkan seharusnya ia bersyukur kepada Allah dengan penuh rasa rindu. Dia (manusia) juga tidak diperkenankan untuk benci dan marah terhadap musibah yang ada. Justru ia harus mengikat rasa cinta kepadanya. Sebab, usia manusia yang telah berlalu tersebut telah berubah menjadi usia yang berbahagia dan kekal karena melalui musibah. | Padahal, tidak layak baginya untuk gelisah seperti itu. Sebab, kesulitan hari-hari yang telah lewat—jika dilalui dengan musibah— telah hilang dan menyisakan kelapangan. Kepenatan dan rasa sakitnya juga telah sirna, yang tersisa hanya kenikmatan. Tekanan dan himpitannya telah lenyap, yang masih ada hanyalah ganjarannya. Karena itu, ia tidak diperkenankan untuk mengeluh. Bahkan seharusnya ia bersyukur kepada Allah dengan penuh rasa rindu. Dia (manusia) juga tidak diperkenankan untuk benci dan marah terhadap musibah yang ada. Justru ia harus mengikat rasa cinta kepadanya. Sebab, usia manusia yang telah berlalu tersebut telah berubah menjadi usia yang berbahagia dan kekal karena melalui musibah. | ||
Karena itu, merupakan kebodohan dan kedunguan apabila seseorang mencerai-beraikan dan menyianyiakan kesabarannya dengan memikirkan penderitaan yang telah berlalu.Adalah kebodohan menghawatirkan musibah dan penyakit yang mungkin menimpa manusia pada masa mendatang. Sebab, saat itu masih belum tiba. Sebagaimana merupakan kedunguan apabila seseorang memakan banyak nasi dan meminum banyak air karena khawatir akan kelaparan dan kehausan keesokan harinya. Demikian pula dengan orang yang sejak sekarang sudah bersedih dan gelisah karena khawatir mendapatkan musibah dan penyakit di masa mendatang. Menampakkan kegelisahan terhadap berbagai musibah di masa depan tanpa alasan yang jelas adalah puncak ketololan yang sampai pada derajat merenggut kelembutan dan perasaan kasih dalam diri seseorang. Bahkan, dengan demikian ia telah menganiaya dirinya sendiri. | |||
Kesimpulan: sebagaimana rasa syukur dapat menambah kenikmatan itu sendiri, maka keluhan akan menambah musibah tersebut dan bisa membuat seseorang tidak lagi mengasihi dirinya. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme