İçeriğe atla

On Dördüncü Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Hadis ini oleh sebagian kalangan sufi ditafsirkan secara aneh, tidak sesuai dan tidak sejalan dengan kaidah-kaidah keimanan. Bahkan, sebagian orang yang sedang tenggelam dalam cinta kepada Tuhan, melihat wajah maknawi manusia dengan pandangan sebagai bentuk ar-Rahmân. Ketika mereka yang tenggelam dalam cinta ke- pada Tuhan itu sedang berada dalam kondisi tidak sadar, maka ucapan-ucapan mereka yang berseberangan dengan hakikat yang ada bisa jadi dimaafka..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("“Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahmân (Dzat Yang Maha Pengasih).”(*<ref>*Al-Hâfidz Ibnu Hajar, Fathu al-Bârî 5/183; Ibnu Abi ‘Âshim, as-Sunnah 1/228; dan ad-Dâruqutni, ash-Shifât (h.36, no.48) riwayat dari Ibnu Umar dengan redaksi: “Jan- gan mencela wajah, karena Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahmân”.</ref>)" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Hadis ini oleh sebagian kalangan sufi ditafsirkan secara aneh, tidak sesuai dan tidak sejalan dengan kaidah-kaidah keimanan. Bahkan, sebagian orang yang sedang tenggelam dalam cinta kepada Tuhan, melihat wajah maknawi manusia dengan pandangan sebagai bentuk ar-Rahmân. Ketika mereka yang tenggelam dalam cinta ke- pada Tuhan itu sedang berada dalam kondisi tidak sadar, maka ucapan-ucapan mereka yang berseberangan dengan hakikat yang ada bisa jadi dimaafka..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
214. satır: 214. satır:
“Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahmân (Dzat Yang Maha Pengasih).”(*<ref>*Al-Hâfidz Ibnu Hajar, Fathu al-Bârî 5/183; Ibnu Abi ‘Âshim, as-Sunnah 1/228; dan ad-Dâruqutni, ash-Shifât (h.36, no.48) riwayat dari Ibnu Umar dengan redaksi: “Jan- gan mencela wajah, karena Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahmân”.</ref>)
“Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahmân (Dzat Yang Maha Pengasih).”(*<ref>*Al-Hâfidz Ibnu Hajar, Fathu al-Bârî 5/183; Ibnu Abi ‘Âshim, as-Sunnah 1/228; dan ad-Dâruqutni, ash-Shifât (h.36, no.48) riwayat dari Ibnu Umar dengan redaksi: “Jan- gan mencela wajah, karena Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahmân”.</ref>)


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Hadis ini oleh sebagian kalangan sufi ditafsirkan secara aneh, tidak sesuai dan tidak sejalan dengan kaidah-kaidah keimanan. Bahkan, sebagian orang yang sedang tenggelam dalam cinta kepada Tuhan, melihat wajah maknawi manusia dengan pandangan sebagai bentuk ar-Rahmân. Ketika mereka yang tenggelam dalam cinta ke- pada Tuhan itu sedang berada dalam kondisi tidak sadar, maka ucapan-ucapan mereka yang berseberangan dengan hakikat yang ada bisa jadi dimaafkan. Tetapi, orang-orang yang sadar menolak dengan tegas makna-makna yang bertentangan dengan dasar-dasar keimanan tersebut. Jika ada seseorang yang menerimanya, berarti ia telah jatuh ke dalam lembah kesalahan dan berseberangan dengan kebenaran.
Bu hadîs-i şerifi, bir kısım ehl-i tarîkat, akaid-i imaniyeye münasip düşmeyen acib bir tarzda tefsir etmişler. Hattâ onlardan bir kısım ehl-i aşk, insanın sima-yı manevîsine bir suret-i Rahman nazarıyla bakmışlar. Ehl-i tarîkatın bir kısm-ı ekserinde sekr ve ehl-i aşkın çoğunda istiğrak ve iltibas olduğundan, hakikate muhalif telakkilerinde belki mazurdurlar. Fakat aklı başında olanlar, fikren onların esas-ı akaide münafî olan manalarını kabul edemez. Etse hata eder.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Ya, Dzat yang mengelola semua urusan alam dan mengatur semua persoalannya secara mudah seperti mengelola istana atau rumah; Dzat yang menggerakkan bintang-bintang dan benda-benda langit seperti menggerakkan atom dengan penuh hikmah dan sangat gampang; dan Dzat yang semua atom tunduk pada-Nya, bekerja sesuai perintah-Nya, dan patuh terhadap hukum-Nya; Dialah Allah Yang Mahasuci!Sebagaimana Dia suci dari segala bentuk kemusyrikan; tidak memiliki sekutu, lawan, dan padanan, Dia juga tidak memiliki bentuk, tidak ada yang mirip dengan-Nya, dan tidak ada yang menyeru- pai-Nya, sesuai dengan ayat al-Qur’an:“Tidak ada yang serupa dengan-Nya, Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat” (QS. asy-Syurâ [42]: 11).Namun demikian, semua kondisi-Nya, seluruh sifat-Nya, serta semua nama-nama-Nya harus dilihat dengan kacamata perumpamaan dan alegori, sesuai dengan kandungan ayat yang berbunyi:“Dia memiliki perumpamaan yang paling tinggi di langit dan di bumi. Dia Mahamulia dan Mahabijaksana. (QS. ar-Rûm [30]: 27).Artinya, perumpamaan dan alegori tersebut dipakai dalam memperhatikan segala kondisi-Nya.
Evet, bütün kâinatı bir saray, bir ev gibi muntazam idare eden ve yıldızları zerreler gibi hikmetli ve kolay çeviren ve gezdiren ve zerratı muntazam memurlar gibi istihdam eden Zat-ı Akdes-i İlahî’nin şeriki, naziri, zıddı, niddi olmadığı gibi لَي۟سَ كَمِث۟لِهٖ شَى۟ءٌ وَهُوَ السَّمٖيعُ ال۟بَصٖيرُ sırrıyla sureti, misli, misali, şebihi dahi olamaz. Fakat وَلَهُ ال۟مَثَلُ ال۟اَع۟لٰى فِى السَّمٰوَاتِ وَال۟اَر۟ضِ وَهُوَ ال۟عَزٖيزُ ال۟حَكٖيمُ sırrıyla, mesel ve temsil ile şuunatına ve sıfât ve esmasına bakılır. Demek mesel ve temsil, şuunat nokta-i nazarında vardır.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">