İçeriğe atla

On Dokuzuncu Lem'a/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Sebab, ketika pada suatu hari seseo- rang bekerja dan sore harinya menerima upah, pada hari berikutnya ia juga akan berusaha berkat prinsip qana’ah yang ia miliki. Sementara orang yang hidup boros dan berlebihan, pada hari berikutnya ia tidak akan bekerja karena merasa tidak puas. Bahkan meskipun ia bekerja, hal itu dilakukannya tanpa semangat.Demikianlah, sifat qana’ah yang muncul dari hidup hemat akan membukakan pintu syukur sekaligus menutup pintu..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Sebaliknya, hidup hemat membuahkan sifat qana’ah. Dan qana’ah itu sendiri melahirkan kemuliaan sebagaimana bunyi hadis Nabi:“Sungguh mulia orang yang qana’ah, dan sungguh hina orang yang tamak.”(*<ref>*Lihat: Ibnu al-Atsîr, an-Nihâyah fî Gharâib al-Hadîts, 4/114; dan az-Zubaidi, Tâj al-‘Ârûs, bagian (ع ن ق).</ref>)Selain itu, ia menumbuhkan rasa senang bekerja dan berusaha serta menambah semangat kerja." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Sebab, ketika pada suatu hari seseo- rang bekerja dan sore harinya menerima upah, pada hari berikutnya ia juga akan berusaha berkat prinsip qana’ah yang ia miliki. Sementara orang yang hidup boros dan berlebihan, pada hari berikutnya ia tidak akan bekerja karena merasa tidak puas. Bahkan meskipun ia bekerja, hal itu dilakukannya tanpa semangat.Demikianlah, sifat qana’ah yang muncul dari hidup hemat akan membukakan pintu syukur sekaligus menutup pintu..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
156. satır: 156. satır:
Sebaliknya, hidup hemat membuahkan sifat qana’ah. Dan qana’ah itu sendiri melahirkan kemuliaan sebagaimana bunyi hadis Nabi:“Sungguh mulia orang yang qana’ah, dan sungguh hina orang yang tamak.”(*<ref>*Lihat: Ibnu al-Atsîr, an-Nihâyah fî Gharâib al-Hadîts, 4/114; dan az-Zubaidi, Tâj al-‘Ârûs, bagian (ع ن ق).</ref>)Selain itu, ia menumbuhkan rasa senang bekerja dan berusaha serta menambah semangat kerja.
Sebaliknya, hidup hemat membuahkan sifat qana’ah. Dan qana’ah itu sendiri melahirkan kemuliaan sebagaimana bunyi hadis Nabi:“Sungguh mulia orang yang qana’ah, dan sungguh hina orang yang tamak.”(*<ref>*Lihat: Ibnu al-Atsîr, an-Nihâyah fî Gharâib al-Hadîts, 4/114; dan az-Zubaidi, Tâj al-‘Ârûs, bagian (ع ن ق).</ref>)Selain itu, ia menumbuhkan rasa senang bekerja dan berusaha serta menambah semangat kerja.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Sebab, ketika pada suatu hari seseo- rang bekerja dan sore harinya menerima upah, pada hari berikutnya
Çünkü mesela, bir gün çalıştı. Akşamda aldığı cüz’î bir ücrete kanaat sırrıyla, ikinci gün yine çalışır. Müsrif ise kanaat etmediği için ikinci gün daha çalışmaz. Çalışsa da şevksiz çalışır. Hem iktisattan gelen kanaat; şükür kapısını açar, şekva kapısını kapatır. Hayatında daima şâkir olur. Hem kanaat vasıtasıyla insanlardan istiğna etmek cihetinde teveccühlerini aramaz. İhlas kapısı açılır, riya kapısı kapanır.
ia juga akan berusaha berkat prinsip qana’ah yang ia miliki. Sementara orang yang hidup boros dan berlebihan, pada hari berikutnya ia tidak akan bekerja karena merasa tidak puas. Bahkan meskipun ia bekerja, hal itu dilakukannya tanpa semangat.Demikianlah, sifat qana’ah yang muncul dari hidup hemat akan membukakan pintu syukur sekaligus menutup pintu keluhan sehingga manusia akan selalu bersyukur dan mengucapkan pujian sepanjang hidupnya. Dengan qana’ah, ia takkan meminta penghargaan manusia karena merasa tidak butuh kepada mereka. Sehingga ia pun bersikap ikhlas dan tidak memiliki sifat riya.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">