77.975
düzenleme
("Ya Allah, limpahkan salawat dan salam-Mu kepada sosok yang bersabda, “Salat adalah tiang agama,”(*<ref>*Lihat: al-Baihaqi dalam syu`ab al-Îmân 3/38; ad-Dailami dalam al-Musnad 2/404; at-Tirmidzi dalam bab Iman 8; dan Ahmad ibn Hambal dalam Musnad-nya 5/231 dan 237.</ref>)juga kepada keluarga dan seluruh sahabatnya." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("------ <center> KALIMAT KEDUA PULUH ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KEDUA PULUH DUA </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 21 değişikliği gösterilmiyor) | |||
99. satır: | 99. satır: | ||
< | <span id="YİRMİ_BİRİNCİ_SÖZ’ÜN_İKİNCİ_MAKAMI"></span> | ||
== | ==KEDUDUKAN KEDUA== | ||
(Penyakit Waswas dan Obatnya) | |||
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ | |||
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ | |||
“Katakanlah: Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan setan. Dan aku juga berlindung kepada-Mu wahai Tuhan dari ke- datangan mereka kepadaku.” (QS. al-Mu’minûn [23]: 97-98). | |||
Wahai saudara yang sedang terserang penyakit waswas! Tahukah engkau waswas ini seperti apa? Ia seperti musibah. Awalnya ia kecil, namun sedikit demi sedikit membesar seiring dengan tingkat perha- tianmu padanya. Sebaliknya, sejauh mana engkau mengabaikannya, sejauh itu pula ia akan menghilang. Ia menjadi besar tatkala engkau anggap besar, dan menjadi kecil tatkala kau remehkan. Ketika engkau takut padanya, ia akan menginjak dan menyerangmu dengan berbagai penyakit. Namun jika engkau tidak takut, ia pun mengecil dan meng- hilang. Apabila engkau tidak mengetahui hakikatnya, ia akan terus ek- sis. Sebaliknya, apabila engkau mengetahui hakikat dan esensinya, ia akan pudar.Jika demikian, aku akan menjelaskan kepadamu lima aspek dari sekian banyak aspek yang sering terjadi. Semoga dengan izin Allah penjelasan tentangnya bisa menjadi obat bagi seluruh kalbu kita. Hal ini karena kebodohan dapat mendatangkan rasa waswas, sementara pengetahuan bisa menangkal keburukannya. Apabila engkau tidak mengetahuinya, ia akan datang dan mendekat. Namun jika engkau mengetahui dan mengenalinya, rasa waswas tadi akan lari dan pergi. | |||
< | <span id="BİRİNCİ_VECİH"></span> | ||
=== | ===Aspek Pertama=== | ||
Pertama-tama setan melemparkan keragu-raguan ke dalam kalbu. Jika kalbu tidak menerimanya, maka keragu-raguan itu pun berubah menjadi makian dan cacian. Terbayang padanya sejumlah lintasan pikiran buruk dan bisikan yang bertentangan dengan adab. Hal ini membuat kalbu yang malang tadi merintih di bawah tekanan keputusasaan serta berteriak, “Oh, celaka!” Orang yang terkena was- was ini mengira kalbunya penuh dosa dan merasa telah berbuat buruk terhadap Tuhannya. Ia merasa gusar, resah, dan gelisah. Akibatnya, ia tidak tenang dan tidak tenteram serta berusaha tenggelam dalam ge- lombang kelalaian. | |||
Salep untuk luka ini sebagai berikut: | |||
Wahai orang yang terkena waswas dan malang! Jangan takut dan resah. Sebab, apa yang terlintas pada cermin pikiranmu bukanlah ca- cian ataupun makian. Ia hanyalah ilusi dan sekadar khayalan. Karena membayangkan kekufuran bukanlah kekufuran, maka membayang- kan makian juga bukan makian. Sebab, sebagaimana diketahui secara aksiomatis bahwa membayangkan bukanlah sebuah pernyataan, se- dangkan makian adalah pernyataan. | |||
Lebih dari itu, sejumlah ungkapan yang tidak layak itu bukan ke- luar dari dalam kalbumu. Kalbumu malah merasa sedih dan tersiksa. Barangkali ia bersumber dari bisikan setan yang dekat dengan kalbu.Karena itu, bahaya waswas terletak pada asumsi adanya bahaya. Dengan kata lain, yang berbahaya bagi kalbu adalah asumsi kita akan bahayanya. Sebab, awalnya seseorang mengkhayalkan sesuatu yang ti- dak berdasar yang seolah-olah kenyataan, lalu dinisbatkanlah padanya sejumlah perbuatan setan yang sebetulnya tidak ia lakukan. Maka, dari sana ia mengira bahwa bisikan setan tersebut adalah lintasan kalbunya. Ia juga membayangkan bahayanya sehingga terjatuh padanya. Inilah sebenarnya yang diinginkan oleh setan. | |||
< | <span id="İKİNCİ_VECİH"></span> | ||
=== | ===Aspek Kedua=== | ||
Ketika sejumlah makna keluar dari kalbu, ia menuju khayalan dalam kondisi bersih dari semua gambaran. Di khayalan dan imajina- si ini ia baru mendapat bentuk. Khayalan inilah yang senantiasa, dan karena sebab tertentu, menyusun satu gambar seraya menghamparkan bentuk yang menjadi perhatiannya di jalan. Makna apa pun yang keluar akan dibungkus oleh khayalan dengan bentuk tadi, dikaitkan padanya, dihias, atau ditutup dengannya. Jika makna atau isinya bersih, semen- tara bentuk dan gambarnya kotor, ia tidak dapat dibungkus. Yang ada hanyalah sekadar menyentuh. Dari sini, orang yang terkena waswas rancu dalam memahami sentuhan di atas sehingga ia mengira sebagai bungkus yang dipakaikan. Akhirnya ia berkata, “Oh, celaka! Kalbuku telah terjerumus ke dalam jurang. Dengan ini, diriku termasuk orang yang jauh dari rahmat Allah.” Maka, setan pun memanfaatkan kondisi ini secara maksimal. | |||
Nah, salep yang dapat menyembuhkan luka parah ini adalah sebagai berikut: | |||
Sebagaimana najis yang terdapat di dalam perutmu tidak mem- pengaruhi dan tidak merusak kebersihan lahiriah yang merupakan perantara untuk mencapai kesucian salat, demikian pula dengan ke- beradaan berbagai gambaran kotor di dekat makna yang suci dan bersih. Ia tidak memberikan bahaya.Sebagai contoh: Bisa jadi engkau sedang merenungkan salah satu tanda kekuasaan Allah. Tiba-tiba penyakit atau sejumlah keburukan membayang-bayangi dirimu. Dalam kondisi demikian, tentu saja kha- yalanmu terdorong untuk mencari obat atau memenuhi kebutuhan dengan merangkai berbagai gambaran buruk yang diakibatkan oleh- nya. Maka, sejumlah makna yang bersumber dari perenungannya akan melewati berbagai bayangan buruk tadi. Biarkan ia berlalu. Ia sama sekali tidak berbahaya dan tidak menimbulkan dampak apa-apa. Yang berbahaya ialah jika ia terus dipikirkan dan dianggap mendatangkan bahaya. | |||
< | <span id="ÜÇÜNCÜ_VECİH"></span> | ||
=== | ===Aspek Ketiga=== | ||
Terdapat sejumlah korelasi samar antar-sejumlah hal. Dan bisa jadi terdapat sejumlah garis hubungan bahkan antara segala hal yang tidak kita prediksi. Garis ini dapat bersifat asli atau hakiki, dan dapat pula merupakan hasil imajinasi sesuai dengan aktivitas yang dige- luti. Inilah yang kadang kala menjadi penyebab datangnya berbagai khayalan dan imajinasi buruk ketika mencermati sejumlah persoalan suci. | |||
Pasalnya, kontradiksi yang menjadi sebab jauhnya jarak di luar justru memicu kedekatan dalam bayangan dan khayalan. Ini seper- ti yang dipahami dalam ilmu bayan. Artinya, yang menggabungkan antara dua gambaran sesuatu kontradiktif tidak lain adalah khayalan. Lintasan pikiran yang bersumber darinya disebut “pertautan pikiran.”Sebagai contoh: Ketika engkau bermunajat kepada Tuhan dalam salatmu dengan sikap khusyuk, tunduk, dengan kalbu yang hadir dan menghadap kiblat, tiba-tiba pertautan pikiran ini menggiringmu ke- pada hal-hal memalukan yang tidak berguna. | |||
Wahai saudaraku, jika engkau diuji dengannya, jangan sampai resah dan gelisah. Namun kembalilah kepada kondisi fitrimu. Jangan kau sibukkan pikiranmu dengan berkata, “Aku telah banyak berbuat salah,” lalu mencari penyebabnya. Akan tetapi, abaikan ia agar ber- bagai bayangan yang lemah tersebut tidak menjadi kuat lantaran kau perhatikan. Sebab, ketika engkau memperlihatkan rasa putus asa, penyesalan, dan perhatian kepadanya, lintasan pikiran ini berubah menjadi kebiasaan yang secara berangsur-angsur mengakar dan beru- bah menjadi penyakit khayalan. Namun jangan pernah cemas. Ia bu- kan penyakit kalbu. Sebab, sebagian besar lintasan pikiran ini muncul di luar kehendak manusia. Biasanya ia terjadi pada orang-orang yang sensitif. Nah, setan berusaha sekuat tenaga memanfaatkan rasa was- was tersebut. | |||
Obat dari penyakit tersebut adalah sebagai berikut: | |||
Ketahuilah bahwa engkau tidak bertanggung jawab terhadap pertautan pikiran di atas. Sebab, biasanya ia terjadi bukan karena di- sengaja. Tidak ada percampuran dan sentuhan di dalamnya. Ia hanya sekadar mendekat dan setelah itu tidak ada. Karenanya, jangan taut- kan antara satu lintasan pikiran dan yang lainnya. | |||
Dengan demikian, ia tidak akan saling membahayakan. Se- bagaimana kedekatan malaikat pemberi ilham dengan setan di seputar kalbu tidak berpengaruh padanya serta kedekatan orang taat dengan orang jahat dalam satu rumah tidak menimbulkan bahaya, demikian pula ketika lintasan pikiran buruk yang tak disengaja masuk di antara sejumlah pikiran yang suci dan bersih. Ia tidak akan menimbulkan ba- haya. Terkecuali jika memang disengaja, atau engkau disibukkan de- ngannya, serta menganggapnya berbahaya. Kadang kala kalbu dalam kondisi lemah sehingga pikiran sibuk dengan sesuatu yang tak berguna. Dalam kondisi demikian, setan mengambil kesempatan, mem- persembahkan sejumlah gambaran buruk, seraya menyebarkannya ke mana-mana. | |||
< | <span id="DÖRDÜNCÜ_VECİH"></span> | ||
=== | ===Aspek Keempat=== | ||
Ini adalah jenis waswas yang bersumber dari sikap berlebihan saat berusaha melakukan amal yang paling sempurna. Semakin ber- lebihan dalam melakukan sesuatu atas nama takwa, kondisinya se- makin buruk dan runyam. Akibatnya, ia nyaris terjatuh ke dalam hal yang haram pada saat berusaha melakukan amal saleh yang paling utama dan sempurna. Bisa jadi yang wajib ditinggalkan karena beru- saha menjaga yang sunnah ketika ia terus bertanya-tanya sejauh mana amalnya sah dan diterima. Orang yang semacam ini senantiasa ber- kata, “Apakah amalku sah?” Ia terus memikirkannya hingga akhirnya putus asa. Nah, di sini setan masuk dengan melemparkan panahnya hingga melukai jiwa. | |||
Penyakit ini dapat diobati dengan dua hal: | |||
Pertama, ketahuilah bahwa bisikan semacam itu hanya layak dimiliki kalangan Muktazilah yang berpendapat bahwa, “Amal per- buatan manusia, sebagai mukallaf, dari sisi balasan ukhrawi pada dasarnya dapat berupa kebaikan atau keburukan. Lalu syariat datang menetapkan bahwa ini baik dan itu buruk. Dengan kata lain, baik dan buruk merupakan dua hal yang terdapat pada tabiat sesuatu—sesuai dengan balasan ukhrawi yang ada. Adapun perintah dan larangan hanya mengikuti dan menetapkan.” Karena itu, karakter mazhab ini membuat manusia selalu mempertanyakan amal perbuatannya, “Apa- kah amalku terwujud dalam bentuk paling sempurna atau tidak?” | |||
Sementara kalangan yang berpegang pada kebenaran, yaitu ka- langan Ahlu Sunnah, berpendapat bahwa, “Allah memerintahkan se- suatu sehingga ia merupakan sesuatu yang baik dan melarang sesuatu sehingga ia merupakan sesuatu yang buruk.” Dengan adanya perintah dan larangan, yang baik dan buruk terwujud. Artinya, baik dan buruk adalah dilihat dari sisi orang yang berbuat serta bergantung kepada kesudahan keduanya di akhirat; bukan akibat dan kesudahannya di dunia. | |||
Sebagai contoh: Apabila engkau berwudhu atau salat, ternyata ada sesuatu yang tersembunyi bagimu yang dapat merusak salat atau wudhumu namun engkau tidak menyadarinya. Dalam kondisi de- mikian, salat dan wudhumu tetap sah dan baik. Namun bagi kaum | |||
Muktazilah, “Pada hakikatnya keduanya buruk dan rusak. Akan tetapi, ia tetap diterima karena engkau tidak mengetahuinya. Sebab, ketidak- tahuan dimaafkan.” | |||
Demikian wahai saudaraku yang sedang diuji. Dengan ber- pegang pada mazhab Ahlu Sunnah, amal perbuatanmu sah dan tidak ternodai karena sejalan dengan bunyi lahiriah syariat. Jangan pernah merasa waswas terhadap keabsahan amalmu. Namun jangan pula merasa bangga dengannya, karena engkau tidak mengetahui dengan pasti “apakah ia diterima di sisi Allah atau tidak?” | |||
Kedua, ketahuilah bahwa Islam adalah agama Allah yang benar dan mudah. Tidak ada kesulitan di dalamnya. Keempat mazhab be- rada di atas jalan yang benar. Menyadari kekurangan yang mengan- tarkan seseorang untuk beristigfar akan lebih utama ketimbang sikap lupa diri yang bersumber dari bangga terhadap amal. Karena itu, jika orang yang terkena waswas melihat dirinya lalai dalam beramal lalu meminta ampunan kepada Tuhan, hal itu seribu kali lebih baik daripa- da sikap sombong dan bangga terhadap amal. | |||
Jika demikian, buanglah segala bisikan yang ada dan katakan se- cara lantang kepada setan, “Kondisi ini sangat sulit dan mengetahui hakikat sesuatu amatlah sukar. Bahkan ia bertentangan dengan kemu- dahan yang terdapat dalam Islam serta berlawanan dengan kaidah yang berbunyi, “Tidak boleh ada kesulitan dalam agama” dan “agama itu mudah”. | |||
Karena itu, amalku ini harus sesuai dengan mazhab Islam yang benar. Itu sudah cukup bagiku. Ia menjadi sarana bagiku untuk meng- hadap Tuhan seraya bersujud dan bersimpuh untuk meminta am- punan. Aku mengakui kelalaianku dalam beramal. Dia Maha Men- dengar dan Maha Mengabulkan.” | |||
< | <span id="BEŞİNCİ_VECİH"></span> | ||
=== | ===Aspek Kelima=== | ||
Yaitu, bisikan dan waswas yang masuk dalam bentuk syubhat yang menyerang persoalan iman.Sering kali orang yang diserang waswas dihadapkan pada ber- bagai khayalan. Ia mengira hal ini berasal dari akal pikiran. Artinya, ia menyangka bahwa berbagai syubhat yang menyerang khayalannya seakan-akan dapat diterima oleh akal. Yakni, ia dianggap syubhat yang masuk ke dalam akal. Akhirnya, ia mengira bahwa keyakinannya te- lah rusak. Pada kali yang lain ia juga merasa bahwa syubhat tersebut merupakan bentuk keraguan yang membahayakan iman. Kadangkala ia juga menganggap seolah-olah syubhat yang terlintas dalam benak dibenarkan oleh akalnya. Bisa jadi ia mengira bahwa setiap pemikiran di seputar masalah kekufuran merupakan bentuk kekufuran. Artinya, ia mengasumsikan setiap upaya pencarian dan penelitian serta seti- ap proses berpikir dan penelaahan yang mengarah kepada sebab-se- bab kesesatan sebagai hal yang berlawanan dengan keimanan. | |||
Sebagai akibatnya, ia resah dan gelisah dengan berbagai instruksi setan yang menipu. Iapun berkata, “Oh celaka! Kalbuku hampa dan keyakinanku telah rusak.” Karena ia tidak dapat memperbaiki berbagai kondisi di atas—yang sebagian besarnya terjadi secara tanpa disengaja—dengan kehendak parsialnya, maka ia pun terjatuh ke dalam jurang keputusa- saan. | |||
Salep bagi luka tersebut adalah sebagai berikut: | |||
Mengkhayalkan kekufuran bukanlah kekufuran, sebagaimana membayangkan kekufuran juga bukan kekufuran. Mempersepsikan kesesatan bukanlah kesesatan, sebagaimana memikirkan kesesatan juga bukan kesesatan. Hal itu karena aktivitas menghayalkan, mem- bayangkan, mempersepsikan, dan memikirkan sangat berbeda dengan pembenaran akal dan ketetapan hati. Pasalnya, aktivitas menghayal- kan, membayangkan, mempersepsikan, dan memikirkan adalah suatu hal yang relatif bebas. Karenanya, ia tidak disertai kesengajaan yang berasal dari kehendak manusia serta tidak tunduk pada ukuran kea- gamaan.Sementara pembenaran dan ketetapan tidak demikian. Kedua- nya mengikuti sebuah timbangan. Di samping itu, khayalan, bayangan, persepsi, dan pikiran bukanlah pembenaran dan ketetapan sehingga tidak disebut sebagai sikap ragu dan bimbang. Hanya saja, jika kondisi ini terus berulang sehingga tertanam dalam jiwa, maka ia dapat mela- hirkan sikap ragu yang sebenarnya. Lalu, karena selalu berseberangan atas nama prosedur rasional yang netral dan objektivitas, orang yang mendapat bisikan tersebut secara tidak sadar tergelincir dalam kondisi sebagai oposisi. Pada saat itulah, ia tidak mau melakukan berbagai tugasnya terhadap Tuhan sehingga binasa. | |||
Sebab, dalam benaknya terta- nam kondisi yang menyerupai pihak yang mewakili musuh dan setan. | |||
Barangkali di antara bentuk waswas yang paling berbahaya ada- lah ketika orang yang terkena waswas itu tidak dapat membedakan an- tara “imkân zâti” (kemungkinan belaka) dan “imkân zihni” (kemung- kinan logis). Yakni, dengan benaknya ia mempersepsikan dan dengan akalnya ia meragukan hal yang bersifat mungkin. Padahal terdapat se- buah kaidah dalam ilmu kalam yang berbunyi, “Kemungkinan belaka tidak bertentangan dengan keyakinan yang bersifat ilmiah. Karena itu, tidak ada pertentangan dan kontradiksi antara sesuatu yang bersifat mungkin dan sesuatu yang bersifat aksiomatis.”Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita. | |||
Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita.Contoh lain: Bisa saja hari ini matahari tidak terbenam dan be- sok tidak terbit. Hanya saja, kemungkinan ini sama sekali tidak me- rusak keyakinan kita serta tidak memunculkan keraguan sedikit pun atasnya.Demikianlah, berdasarkan kedua contoh di atas, berbagai ilu- si dan bayangan yang bersumber dari kemungkinan lenyapnya ke- hidupan dunia dan terbitnya akhirat termasuk hakikat iman yang ti- dak merusak keyakinan kita sama sekali. Karena itu, terdapat sebuah kaidah terkenal dalam prinsip agama dan ushul fikih yang berbunyi, “Kemungkinan yang tidak beralasan, tidak dapat dijadikan pegangan.” | |||
Barangkali engkau bertanya, “Apa hikmah manusia diuji de- ngan bisikan yang mengganggu jiwa dan menyakitkan hati?” | |||
Jawabannya: Jika kita dapat bersikap proporsional tentu bisikan dan waswas tadi dapat menjadi pemicu untuk bangkit, sarana untuk terus mencari, media untuk bersungguh-sungguh, serta dapat me- lenyapkan sikap tidak peduli dan kurang hati-hati. Karena itu, Allah Yang Maha Mengetahui dan Mahabijak menjadikan waswas sebagai satu bentuk cambuk motivasi yang diberikan kepada setan agar dengannya, di negeri ujian dan arena kompetisi ini, manusia dapat me- ngetahui sejumlah hikmah yang telah disebutkan. Ketika terasa sangat sakit, kita menuju kepada Dzat Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana seraya mengucap:“Aku berlindung kepada Allah dari godaan dan bisikan setan yang terkutuk.” | |||
------ | ------ | ||
<center> [[Yirminci Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[Yirmi İkinci Söz]] </center> | <center> [[Yirminci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[Yirmi İkinci Söz/id|KALIMAT KEDUA PULUH DUA]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme