77.975
düzenleme
("Mengkhayalkan kekufuran bukanlah kekufuran, sebagaimana membayangkan kekufuran juga bukan kekufuran. Mempersepsikan kesesatan bukanlah kesesatan, sebagaimana memikirkan kesesatan juga bukan kesesatan. Hal itu karena aktivitas menghayalkan, mem- bayangkan, mempersepsikan, dan memikirkan sangat berbeda dengan pembenaran akal dan ketetapan hati. Pasalnya, aktivitas menghayal- kan, membayangkan, mempersepsikan, dan memikirkan adalah suatu hal yang relatif be..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("Sebab, dalam benaknya terta- nam kondisi yang menyerupai pihak yang mewakili musuh dan setan. Barangkali di antara bentuk waswas yang paling berbahaya ada- lah ketika orang yang terkena waswas itu tidak dapat membedakan an- tara “imkân zâti” (kemungkinan belaka) dan “imkân zihni” (kemung- kinan logis). Yakni, dengan benaknya ia mempersepsikan dan dengan akalnya ia meragukan hal yang bersifat mungkin. Padahal terdapat se- buah kaidah dalam ilmu..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
174. satır: | 174. satır: | ||
Mengkhayalkan kekufuran bukanlah kekufuran, sebagaimana membayangkan kekufuran juga bukan kekufuran. Mempersepsikan kesesatan bukanlah kesesatan, sebagaimana memikirkan kesesatan juga bukan kesesatan. Hal itu karena aktivitas menghayalkan, mem- bayangkan, mempersepsikan, dan memikirkan sangat berbeda dengan pembenaran akal dan ketetapan hati. Pasalnya, aktivitas menghayal- kan, membayangkan, mempersepsikan, dan memikirkan adalah suatu hal yang relatif bebas. Karenanya, ia tidak disertai kesengajaan yang berasal dari kehendak manusia serta tidak tunduk pada ukuran kea- gamaan.Sementara pembenaran dan ketetapan tidak demikian. Kedua- nya mengikuti sebuah timbangan. Di samping itu, khayalan, bayangan, persepsi, dan pikiran bukanlah pembenaran dan ketetapan sehingga tidak disebut sebagai sikap ragu dan bimbang. Hanya saja, jika kondisi ini terus berulang sehingga tertanam dalam jiwa, maka ia dapat mela- hirkan sikap ragu yang sebenarnya. Lalu, karena selalu berseberangan atas nama prosedur rasional yang netral dan objektivitas, orang yang mendapat bisikan tersebut secara tidak sadar tergelincir dalam kondisi sebagai oposisi. Pada saat itulah, ia tidak mau melakukan berbagai tugasnya terhadap Tuhan sehingga binasa. | Mengkhayalkan kekufuran bukanlah kekufuran, sebagaimana membayangkan kekufuran juga bukan kekufuran. Mempersepsikan kesesatan bukanlah kesesatan, sebagaimana memikirkan kesesatan juga bukan kesesatan. Hal itu karena aktivitas menghayalkan, mem- bayangkan, mempersepsikan, dan memikirkan sangat berbeda dengan pembenaran akal dan ketetapan hati. Pasalnya, aktivitas menghayal- kan, membayangkan, mempersepsikan, dan memikirkan adalah suatu hal yang relatif bebas. Karenanya, ia tidak disertai kesengajaan yang berasal dari kehendak manusia serta tidak tunduk pada ukuran kea- gamaan.Sementara pembenaran dan ketetapan tidak demikian. Kedua- nya mengikuti sebuah timbangan. Di samping itu, khayalan, bayangan, persepsi, dan pikiran bukanlah pembenaran dan ketetapan sehingga tidak disebut sebagai sikap ragu dan bimbang. Hanya saja, jika kondisi ini terus berulang sehingga tertanam dalam jiwa, maka ia dapat mela- hirkan sikap ragu yang sebenarnya. Lalu, karena selalu berseberangan atas nama prosedur rasional yang netral dan objektivitas, orang yang mendapat bisikan tersebut secara tidak sadar tergelincir dalam kondisi sebagai oposisi. Pada saat itulah, ia tidak mau melakukan berbagai tugasnya terhadap Tuhan sehingga binasa. | ||
Sebab, dalam benaknya terta- nam kondisi yang menyerupai pihak yang mewakili musuh dan setan. | |||
Barangkali di antara bentuk waswas yang paling berbahaya ada- lah ketika orang yang terkena waswas itu tidak dapat membedakan an- tara “imkân zâti” (kemungkinan belaka) dan “imkân zihni” (kemung- kinan logis). Yakni, dengan benaknya ia mempersepsikan dan dengan akalnya ia meragukan hal yang bersifat mungkin. Padahal terdapat se- buah kaidah dalam ilmu kalam yang berbunyi, “Kemungkinan belaka tidak bertentangan dengan keyakinan yang bersifat ilmiah. Karena itu, tidak ada pertentangan dan kontradiksi antara sesuatu yang bersifat mungkin dan sesuatu yang bersifat aksiomatis.”Agar lebih jelas, kami berikan contoh sebagai berikut: Bisa saja laut hitam lenyap sekarang. Ini bisa saja terjadi berdasarkan kemung- kinan belaka (imkân zâti). Hanya saja, kita meyakini keberadaan laut ini di tempatnya sekarang. Kita sama sekali tidak meragukannya. Jadi, kemungkinan ini tidak melahirkan rasa ragu dan bimbang. Bahkan ia sama sekali tidak merusak keyakinan kita. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme