78.073
düzenleme
("Seolaholah terdapat semacam pembagian tugas di antara mereka.Ya, hakikat mutlak tidak bisa dijangkau secara keseluruhan oleh pandangan yang terbatas dan terikat. Sebab, ia menuntut pandangan komprehensif seperti al-Qur’an untuk mencakupnya. Segala sesuatu selain al-Qur’an meski telah menerima pelajaran darinyalewat akalnya yang parsial dan terbatas hanya bisa melihat satu atau dua sisi dari hakikat yang komprehensif. Akhirnya ia tenggelam dalam sisi..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
("Hakikat ini telah kami jelaskan lewat sebuah perumpamaan indah pada ‘ranting kedua’ dari “Kalimat Kedua Puluh Empat”. Di sini kami akan memberikan contoh lain yang menjelaskan masalah tersebut sebagai berikut:Misalnya ada sebuah harta kekayaan yang terdiri dari permata berharga dalam jumlah tak terhingga di dasar lautan yang luas. Para penyelam ahli menyelam di kedalaman laut itu untuk mencari permata berharga tadi. Akan tetapi karena mata mereka..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) Etiketler: Mobil değişiklik Mobil ağ değişikliği |
||
1.264. satır: | 1.264. satır: | ||
Seolaholah terdapat semacam pembagian tugas di antara mereka.Ya, hakikat mutlak tidak bisa dijangkau secara keseluruhan oleh pandangan yang terbatas dan terikat. Sebab, ia menuntut pandangan komprehensif seperti al-Qur’an untuk mencakupnya. Segala sesuatu selain al-Qur’an meski telah menerima pelajaran darinyalewat akalnya yang parsial dan terbatas hanya bisa melihat satu atau dua sisi dari hakikat yang komprehensif. Akhirnya ia tenggelam dalam sisi tersebut dan sibuk dengannya. Hal ini tentu saja merusak keseim- bangan antar hakikat dan melenyapkan keselarasannya; entah karena sikap yang berlebihan atau sebaliknya. | Seolaholah terdapat semacam pembagian tugas di antara mereka.Ya, hakikat mutlak tidak bisa dijangkau secara keseluruhan oleh pandangan yang terbatas dan terikat. Sebab, ia menuntut pandangan komprehensif seperti al-Qur’an untuk mencakupnya. Segala sesuatu selain al-Qur’an meski telah menerima pelajaran darinyalewat akalnya yang parsial dan terbatas hanya bisa melihat satu atau dua sisi dari hakikat yang komprehensif. Akhirnya ia tenggelam dalam sisi tersebut dan sibuk dengannya. Hal ini tentu saja merusak keseim- bangan antar hakikat dan melenyapkan keselarasannya; entah karena sikap yang berlebihan atau sebaliknya. | ||
Hakikat ini telah kami jelaskan lewat sebuah perumpamaan indah pada ‘ranting kedua’ dari “Kalimat Kedua Puluh Empat”. Di sini kami akan memberikan contoh lain yang menjelaskan masalah tersebut sebagai berikut:Misalnya ada sebuah harta kekayaan yang terdiri dari permata berharga dalam jumlah tak terhingga di dasar lautan yang luas. Para penyelam ahli menyelam di kedalaman laut itu untuk mencari permata berharga tadi. Akan tetapi karena mata mereka tertutup, maka mereka tak bisa mengenali berbagai jenis permata itu kecuali dengan tangan. Sebagian tangan menyentuh berlian yang relatif panjang sehingga ia berkesimpulan bahwa harta kekayaan itu berupa potongan berlian. Ketika mendengar sejumlah sifat lain dari permata itu dari para sahabatnya, ia mengira bahwa permata yang mereka sebutkan hanya pelengkap dari potongan berlian yang ia temukan. Ia hanyalah ukiran darinya. Misalkan yang lain menemukan mutiara berbentuk bulat, lalu yang lain menemukan permata segi empat, dan seterusnya. Maka masing-masing mereka yang melihat permata dan batu mulia itu dengan tangan merekabukan dengan matamenganggap bahwa permata berharga yang ia temukan adalah yang utama. Sementara yang didengar dari para temannya hanyalah tambahan dan kepingan darinya; bukan yang utama. | |||
Begitulah, keseimbangan dan keselarasan antar hakikatnya menjadi timpang. Sejumlah corak hakikatnya berubah. Sebab, orang yang ingin melihat warna hakikat yang sebenarnya harus melakukan sejumlah penafsiran dan upaya yang dipaksakan sehingga sebagiannya akhirnya jatuh pada sikap pengingkaran dan pengabaian. Siapa yang menelaah kitab kalangan isyraqiyyûn dan kitab kalangan tasawuf yang bersandar pada penyaksian dan kasyaf mereka tanpa menimbangnya dengan neraca sunnah yang suci, pasti akan membenarkan pernyataan kami di atas. Jadi, meskipun mereka mengambil petunjuk dari al- Qur’an dan menulis sejenis hakikat al-Qur’an, namun terdapat cacat dan kekurangan pada karya mereka karena memang bukan merupakan al-Qur’an. | |||
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> | <div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr"> |
düzenleme