İçeriğe atla

Otuzuncu Söz/id: Revizyonlar arasındaki fark

"Selanjutnya, ia menguasakan keindahan yang terdapat pada makhluk dan keapikan yang terdapat dalam bentuknya kepada makhluk itu sendiri serta kepada bentuknya. Ia mengabaikan hubungan keindahan tersebut dengan manifestasi keindahan suci milik Sang Pencipta Yang Mahaindah. Alih-alih berkata, “Betapa indah pencip- taannya!” ia malah berkata, “Betapa indahnya ia!” Dengan kata lain, keindahan tersebut diposisikan sebagai berhala yang layak disembah." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu
("Lalu buah yang dipersembahkan oleh pohon buruk tersebut, pohon zaqqum, ke hadapan manusia adalah berhala di dahan kekuatan syahwat kebinatangan. Pasalnya, filsafat menyenangi kekuatan itu dan menjadikannya sebagai pilar dan landasan baku bagi jalannya. Bahkan prinsip “kekuasaan di tangan pemilik kekuatan” menjadi salah satu asasnya. Ia menja- dikan “kebenaran ada di balik kekuatan”(*<ref>*Adapun kenabian, ia menegaskan bahwa kekuatan ada di balik..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
("Selanjutnya, ia menguasakan keindahan yang terdapat pada makhluk dan keapikan yang terdapat dalam bentuknya kepada makhluk itu sendiri serta kepada bentuknya. Ia mengabaikan hubungan keindahan tersebut dengan manifestasi keindahan suci milik Sang Pencipta Yang Mahaindah. Alih-alih berkata, “Betapa indah pencip- taannya!” ia malah berkata, “Betapa indahnya ia!” Dengan kata lain, keindahan tersebut diposisikan sebagai berhala yang layak disembah." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu)
109. satır: 109. satır:
Lalu buah yang dipersembahkan oleh pohon buruk tersebut, pohon zaqqum, ke hadapan manusia adalah berhala di dahan kekuatan syahwat kebinatangan. Pasalnya, filsafat menyenangi kekuatan itu dan menjadikannya sebagai pilar dan landasan baku bagi jalannya. Bahkan prinsip “kekuasaan di tangan pemilik kekuatan” menjadi salah satu asasnya. Ia menja- dikan “kebenaran ada di balik kekuatan”(*<ref>*Adapun kenabian, ia menegaskan bahwa kekuatan ada di balik kebenaran; bukan kebenaran di balik kekuatan. Dari sini kezaliman akan terhapus dan keadilan akan terwujud―Penulis.</ref>)sebagai prinsip sehingga secara tidak langsung tertarik dengan kezaliman dan permusuhan. Ia mendorong para tiran dan para penguasa zalim yang durhaka untuk mengklaim diri sebagai tuhan.
Lalu buah yang dipersembahkan oleh pohon buruk tersebut, pohon zaqqum, ke hadapan manusia adalah berhala di dahan kekuatan syahwat kebinatangan. Pasalnya, filsafat menyenangi kekuatan itu dan menjadikannya sebagai pilar dan landasan baku bagi jalannya. Bahkan prinsip “kekuasaan di tangan pemilik kekuatan” menjadi salah satu asasnya. Ia menja- dikan “kebenaran ada di balik kekuatan”(*<ref>*Adapun kenabian, ia menegaskan bahwa kekuatan ada di balik kebenaran; bukan kebenaran di balik kekuatan. Dari sini kezaliman akan terhapus dan keadilan akan terwujud―Penulis.</ref>)sebagai prinsip sehingga secara tidak langsung tertarik dengan kezaliman dan permusuhan. Ia mendorong para tiran dan para penguasa zalim yang durhaka untuk mengklaim diri sebagai tuhan.


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
Selanjutnya, ia menguasakan keindahan yang terdapat pada makhluk dan keapikan yang terdapat dalam bentuknya kepada makhluk itu sendiri serta kepada bentuknya. Ia mengabaikan hubungan keindahan tersebut dengan manifestasi keindahan suci milik Sang Pencipta Yang Mahaindah. Alih-alih berkata, “Betapa indah pencip- taannya!” ia malah berkata, “Betapa indahnya ia!” Dengan kata lain, keindahan tersebut diposisikan sebagai berhala yang layak disembah.
Hem masnûdaki güzelliği ve nakıştaki hüsnü, masnua ve nakşa mal edip, Sâni’ ve Nakkaş’ın mücerred ve mukaddes cemalinin cilvesine nisbet etmeyerek “Ne güzel yapılmış.” yerine “Ne güzeldir.” der. Perestişe lâyık bir sanem hükmüne getirir.
</div>


<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">
<div lang="tr" dir="ltr" class="mw-content-ltr">