77.975
düzenleme
("Kehidupan juga menjadi petunjuk rukun “iman kepada ma- laikat” dan membuktikannya dengan isyarat. Seperti diketahui, kehidupan merupakan hasil terpenting alam, dan makhluk hidup—karena berhargamenjadi yang paling banyak tersebar di mana mereka datang secara silih-berganti rombongan demi rombongan mendatangi negeri jamuan bumi sehingga menjadi ramai dan ceria. Selain itu, bumi merupakan persinggahan makhluk hidup di mana ia terisi dan kosong lewat h..." içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
("------ <center> KALIMAT KESEMBILAN ⇐ | Al-Kalimât | ⇒ KALIMAT KESEBELAS </center> ------" içeriğiyle yeni sayfa oluşturdu) |
||
(Aynı kullanıcının aradaki diğer 34 değişikliği gösterilmiyor) | |||
813. satır: | 813. satır: | ||
Seperti diketahui, kehidupan merupakan hasil terpenting alam, dan makhluk hidup—karena berhargamenjadi yang paling banyak tersebar di mana mereka datang secara silih-berganti rombongan demi rombongan mendatangi negeri jamuan bumi sehingga menjadi ramai dan ceria. Selain itu, bumi merupakan persinggahan makhluk hidup di mana ia terisi dan kosong lewat hikmah pembaruan dan proses reproduksi secara terus-menerus. Pada entitas yang paling hina tercipta makhluk hidup dalam jumlah besar sehingga bumi menjadi galeri makhluk yang bersifat umum. | Seperti diketahui, kehidupan merupakan hasil terpenting alam, dan makhluk hidup—karena berhargamenjadi yang paling banyak tersebar di mana mereka datang secara silih-berganti rombongan demi rombongan mendatangi negeri jamuan bumi sehingga menjadi ramai dan ceria. Selain itu, bumi merupakan persinggahan makhluk hidup di mana ia terisi dan kosong lewat hikmah pembaruan dan proses reproduksi secara terus-menerus. Pada entitas yang paling hina tercipta makhluk hidup dalam jumlah besar sehingga bumi menjadi galeri makhluk yang bersifat umum. | ||
Selanjutnya, dalam jumlah yang banyak tercipta saripati paling murni lewat adanya percikan kehidupan. Ia berupa perasaan, akal, dan roh halus yang memiliki esensi permanen. Seolaholah bumi hidup dan berhias kehidupan, akal, perasaan, dan roh. Jika demikian, tidak mungkin benda-benda langit yang lebih halus, lebih bercahaya, dan lebih penting daripada bumi berada dalam kondisi tak bernyawa dan tidak memiliki perasaan. | |||
Mereka yang diperintahkan memakmurkan langit sudah pasti akan memakmurkannya dan menghias seluruh matahari dan bintang. Mereka memberikan vitalitas kepadanya serta mencerminkan hasil dan buah penciptaannya. Mereka yang mendapat kehormatan menerima kalam Ilahi adalah penduduk langit yang memiliki perasaan dan kehidupan serta para penghuninya yang sesuai di mana mereka berada di sana berkat rahasia kehidupan. Mereka adalah para malaikat. | |||
Selain itu, rahasia dan esensi kehidupan juga mengarah kepada “iman kepada rasul”.Ya, alam tercipta untuk kehidupan. Sementara kehidupan merupakan manifestai terbesar, ukiran paling sempurna, dan kreasi Tuhan yang paling indah. Juga, kehidupan-Nya yang bersifat abadi dan kekal menjelaskan dan menyingkap kehidupan abadi-Nya dengan mengutus para rasul dan menurunkan kitab suci. Andaikan “para rasul” dan “kitab suci” tidak ada, tentu kehidupan azali itu tidak dapat diketahui. | |||
Sebagaimana dengan berbicara dapat diketahui vitalitas dan kehidupan seseorang, demikian pula keberadaan nabi, rasul, dan kitab suci yang diturunkan juga menjelaskan dan menunjukkan eksistensi Sang Pembicara Yang Mahahidup Yang memerintah dan melarang lewat sejumlah kalimat dan ucapan-Nya dari alam gaib yang terhijab dari balik tirai alam. | |||
Dengan demikian, kehidupan yang terdapat di alam ini secara pasti menunjukkan wujud Dzat Yang Mahahidup dan Azali serta menunjukkan kemutlakan wujud-Nya. Kilau kehidupan azali dan manifestasinya tersebut juga menatap dan mengarah kepada sejumlah rukun iman, seperti “pengutusan rasul” dan “penurunan kitab suci”, yang terkait dengan kehidupan azali tadi, khususnya “risalah Muhammad” dan “wahyu al-Qur’an”. Pasalnya, bisa dikatakan bahwa keduanya merupakan sesuatu yang tegas dan pasti sama seperti kepas- tian adanya kehidupan di mana keduanya laksana roh dan akal bagi kehidupan. | |||
Ya, apabila kehidupan merupakan saripati yang terserap dari alam, sementara perasaan dan kesadaran terserap dari kehidupan sehingga keduanya merupakan saripatinya, akal terserap dari perasaan dan kesadaran serta merupakan saripatinya, lalu roh merupakan sub- stansi murni dari kehidupan serta merupakan materinya yang perma- nen dan mandiri, demikian pula dengan kehidupan Muhammad, baik secara fisik maupun psikis. Ia terserap dari kehidupan dan roh alam. Ia merupakan inti saripatinya. Risalah Muhammad terserap dari kesadaran, perasaan, dan akal alam. Ia merupakan saripatinya yang paling murni. Bahkan, kehidupan Muhammad x secara fisik dan psikis sebagaimana kesaksian jejak-jejaknya adalah inti dari kehidupan alam. Serta risalah Muhammad merupakan inti perasaan dan cahaya alam. Lalu berdasarkan kesaksian hakikatnya yang hidup, wahyu al-Qur’an merupakan roh kehidupan alam berikut akal bagi perasaannya. | |||
Ya, demikian adanya.Jika cahaya risalah Muhammad berpisah dengan alam, maka alam dan seluruh entitas akan mati. Jika al-Qur’an berpisah dengan alam, maka alam dan bola bumi akan kehilangan kesadaran, akalnya akan timpang, serta akan berjalan tanpa keseimbangan sehingga bisa membentur salah satu planet di angkasa. Dengan demikian, terjadilah kiamat. | |||
Selanjutnya ‘kehidupan’ menatap rukun “iman kepada takdir” serta menjadi petunjuk atasnya. Pasalnya, selama kehidupan merupakan cahaya alam nyata di mana ia merupakan hasil dan tujuan wujud, cermin manifestasi Pencipta alam yang paling luas, serta indeks dan contaris dan pedomannya, maka rahasia kehidupan menuntut agar alam gaib, dengan pengertian masa lalu dan masa depan atau makhluk masa lalu dan masa depan, berada dalam satu tatanan dan keteraturan di mana ia diketahui, terlihat, dan siap untuk melaksanakan perintah penciptaan. | |||
Dengan kata lain, ia seolah-olah berada dalam kehidupan maknawi.oh kreasi Ilahi yang paling sempurna sehingga bisa dikatakan sebagai g Perumpamaannya seperti benih asal dan pangkal pohon serta biji dan buah akhirnya yang memiliki sejumlah sifat kehidupan sebagaimana pohon itu sendiri. Bahkan, benih tersebut kadang kala membawa sejumlah hukum kehidupan yang lebih cermat daripada kehidupan pohonnya.Sebagaimana benih dan asal yang digantikan oleh musim gugur masa lalu dan akan digantikan oleh musim semi saat ini membawa cahaya kehidupan dan berjalan sesuai dengan hukum-hukum kehidupan seperti kehidupan yang dibawa oleh musim semi ini, demikian pula dengan pohon alam. | |||
Setiap dahan dan cabangnya, masing-masing memiliki masa lalu dan masa depan. Ia juga memiliki silsilah yang tersusun dari sejumlah fase dan keadaan masa mendatang dan masa yang telah berlalu. Setiap spesies dan bagian darinya memiliki wujud beragam sesuai dengan aneka fase yang terdapat pada pengetahuan Ilahi di mana dengan itu ia membentuk rangkaian wujud ilmiah. Wujud ilmiah yang menyerupai wujud eksternal tersebut merupakan bentuk manifestasi maknawi dari kehidupan yang bersifat umum di mana berbagai ketentuan kehidupan diambil dari lembaran takdir yang hidup yang memiliki tujuan agung. | |||
Ya, penuhnya alam arwah—sebagai bagian dari alam gaib—dengan roh yang merupakan sumber, elemen, esensi dan materi kehidupan menuntut bahwa masa lalu dan mendatang sebagai bagian dari alam gaib dan bagian kedua darinya memperlihatkan adanya kehidupan. Demikian pula keteraturan dan koordinasi sempurna yang terdapat dalam wujud ilmu Ilahi pada berbagai kondisi yang memiliki pengertian halus, serta hasil dan berbagai fase kehidupannya menjelaskan bahwa ia layak untuk memiliki sejenis kehidupan maknawi. | |||
Ya, manifestasi kehidupan yang merupakan cahaya mentari kehidupan azali, tidak hanya terbatas pada alam nyata ini, dan tidak terbatas pada masa kini. Namun, setiap alam pasti memiliki salah satu bentuk manifestasi cahaya tersebut sesuai dengan tingkat penerimaannya. Jadi, jagat raya dengan seluruh alamnya adalah hidup dan bersinar lewat manifestasi tadi. Jika tidak, tentu setiap alam itu seperti dilihat oleh kaum sesat laksana jenazah besar menakutkan yang berada di bawah kehidupan dunia yang bersifat sementara serta laksana alam yang rusak dan gelap. | |||
Demikianlah, salah satu aspek dari iman terhadap qada dan qadar dapat dipahami dan dibuktikan lewat rahasia kehidupan. Sebagaimana kehidupan alam nyata dan entitas tampak lewat keteraturan dan hasilnya, maka makhluk masa lalu dan mendatang yang dianggap sebagai alam gaib juga memiliki wujud maknawi, memiliki kehidupan maknawi, serta terbukti dan memiliki roh di mana melalui nama ketentuan-Nya jejak kehidupan maknawi tadi tampak dengan perantaraan lembaran qada dan qadar. | |||
< | <span id="Zeylin_Üçüncü_Parçası"></span> | ||
== | ==LAMPIRAN KETIGA== | ||
Pertanyaan yang Terkait dengan Kebangkitan Makhluk di Hari Kemudian | |||
Dalam al-Qur’an disebutkan berulang kali:“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan (tiupan sangkakala) saja…” (QS. Yâsîn [36]: 29).“Tidaklah kejadian kiamat itu melainkan seperti sekejap mata...” | |||
(QS. an-Nahl [16]: 77).Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa kebangkitan makhluk di hari kemudian akan terlihat seketika dalam satu waktu. Akan tetapi, akal yang sempit membutuhkan contoh nyata yang dapat disaksikan agar dapat menerima dan tunduk kepada peristiwa luar biasa dan permasalahan yang tiada tara itu. | |||
'''Jawaban:'''Pada hari kebangkitan, terdapat tiga persoalan: kembalinya roh ke jasad, proses menghidupkan jasad, serta penciptaan dan penyusunan jasad. | |||
''' | |||
Pertama: Kedatangan dan Kembalinya Roh ke Jasad. | |||
Ia seperti berkumpulnya tentara yang sebelumnya berpencar di masa istirahat lewat suara trompet militer.Ya, sangkakala yang merupakan trompet Israfil tidak terbatas seperti trompet militer. Di samping itu, roh yang berada di alam abadi dan alam partikel di mana ia menjawab dengan قَالُوا بَلٰى (QS. al-A’râf [7]: 172) terhadap firman Allah اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ, tentu saja jauh lebih taat, teratur dan tunduk daripada pasukan tentara. “Kalimat Ketiga Puluh” telah menegaskan dengan berbagai argumen yang kuat bahwa bukan hanya roh yang merupakan pasukan Ilahi, tetapi semua partikel merupakan prajurit-Nya yang bersia-siap menyambut sangkakala umum tersebut. | |||
Kedua: Menghidupkan Jasad. Perumpamaannya sebagai berikut: sebagaimana menyalakan ratusan ribu lampu listrik pada malam festival kota yang besar dapat dilakukan dari satu pusat dalam satu waktu yang bersamaan tanpa ada rentang waktu, demikian pula dalam menyalakan ratusan juta lentera makhluk hidup dan membangkitkannya di muka bumi dari satu pusat. Jikalau listrik yang merupakan salah satu makhluk dan pelayan pe- nerangan Allah di negeri jamuan-Nya memiliki keistimewaan dan kemampuan mengerjakan tugas seperti informasi dan tatanan yang kita dapatkan dari Penciptanya, maka proses kebangkitan makhluk di hari kemudian pasti bisa terjadi sekejap mata dalam wilayah hukum tatanan Ilahi yang diperankan oleh ribuan pembantu yang bersinar seperti listrik. | |||
Ketiga: Penciptaan dan Penyusunan Jasad secara Seketika. Penciptaan seluruh pohon dan daun yang jumlahnya seribu kali lebih banyak daripada populasi umat manusia dalam beberapa hari selama musim semi dalam bentuk yang sempurna dan seperti model musim semi sebelumnya. Demikian pula penciptaan bunga, buah, dan dedaunan pohon yang terwujud dalam waktu secepat kilat sebagaima- na musim semi yang lalu. Lalu tumbuhnya benih dan biji yang jumlahnya tak terhingga di mana ia merupakan pangkal dari musim semi tersebut dalam satu waktu yang bersamaan. Begitu pula bertebarannya bangkai-bangkai pohon yang tegak dan bagaimana ia segera melak- sanakan perintah kebangkitan setelah kematian. Kemudian, dihidupkannya berbagai jenis spesies hewan yang kecil dan berbagai kelom- poknya yang tak terhingga secara sangat cermat. Juga, pengumpulan serangga, terutama lalat yang terdapat di hadapan kita yang mengingatkan kita kepada persoalan wudhu saat ia membersihkan tangan, mata, dan kedua sayapnya secara terus-menerus di mana jumlahnya dalam satu tahun melebihi jumlah seluruh manusia sejak masa Adam. Nah, proses membangkitkan serangga ini pada setiap musim semi bersama seluruh serangga lainnya dan bagaimana mereka dihidupkan hanya dalam beberapa hari tidak hanya memberikan satu contoh, bahkan ribuan contoh, tentang proses penciptaan jasad manusia secara seketika di hari kiamat. | |||
Ya, karena dunia merupakan “negeri hikmah” dan akhirat me- rupakan “negeri qudrah”, maka proses menghadirkan penciptaan segala sesuatu di dunia berlangsung secara bertahap sesuai dengan hikmah Ilahi dan sesuai dengan konsekuensi sebagian besar Asmaul Husna seperti al-Hakîm (Yang Mahabijak), al-Murattib (Yang Maha Menyusun), al- Mudabbir (Yang Maha Menata), dan al-Murabbi (Yang Maha Mendidik dan Memelihara). Adapun di akhirat “qudrah” dan “rahmat” Tuhan lebih dominan daripada hikmah-Nya sehingga materi, rentang waktu, dan penantian tidak lagi dibutuhkan. Segala sesuatu di sana hadir dengan seketika.Allah berfirman:“Tidaklah kejadian kiamat itu melainkan seperti sekejap mata, atau lebih cepat lagi...” (QS. an-Nahl [16]: 77). | |||
Ayat di atas menunjukkan bahwa apa yang tercipta di sini dalam satu hari atau dalam satu tahun, di akhirat akan hadir dan tercipta seketika seperti sekejap mata.Jika engkau ingin memahami bahwa kebangkitan merupakan sebuah kepastian sama seperti kedatangan musim semi, cermatilah “Kalimat Kesepuluh” dan “Kalimat Kedua Puluh Sembilan”. Jika engkau tidak percaya bahwa ia seperti kedatangan musim semi, engkau boleh menuntut dan menghisabku. | |||
'''Keempat:'''Kematian Dunia dan Terjadinya Kiamat. | |||
''' | Andaikan sebuah planet atau meteorsesuai perintah Tuhan— menabrak planet bumi yang merupakan negeri jamuan Tuhan, tentu ia akan menghancurkan tempat tinggal kita ini (bumi) sebagaimana istana yang dibangun selama sepuluh tahun dapat dihancurkan hanya dalam satu menit. | ||
*** | |||
==LAMPIRAN KEEMPAT== | |||
❀ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِىَ رَم۪يمٌ ❀ قُلْ يُحْي۪يهَا الَّذ۪ٓي اَنْشَاَهَٓا اَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَل۪يمٌ | |||
❀ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِىَ رَم۪يمٌ ❀ قُلْ يُحْي۪يهَا الَّذ۪ٓي اَنْشَاَهَٓا اَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَل۪يمٌ | |||
“Ia berkata siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah, ‘Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali pertama. Dia Maha Mengetahui tentang semua makhluk.” (QS. Yâsîn [36]: 78-79). | |||
Dalam perumpamaan ketiga pada ‘hakikat kesembilan’ dari “Kalimat Kesepuluh” disebutkan bahwa jika ada yang berkata bahwa seorang tokoh besar ketika dapat menghadirkan satu pasukan besar di depan kita hanya dalam satu hari, ia juga bisa mengumpulkan satu kelompok prajurit lengkap setelah sebelumnya berpisah untuk istirahat hanya dengan satu tiupan. Ia dapat membuat mereka bergabung atas nama kelompok atau regu. Nah, jika engkau berkata, “Tidak, saya tidak percaya,” bukankah jawaban dan ketidakpercayaanmu ini merupakan satu bentuk kebodohan? | |||
Demikianlah, Dzat yang meng- hadirkan jasad seluruh hewan serta seluruh makhluk dari tiada, yaitu jasad-jasad yang laksana regu militer alam yang menyerupai sebuah pasukan besar di mana Dia menyusun benihbenihnya dan menem- patkannya pada tempat yang sesuai secara sangat rapi dan dengan neraca yang penuh hikmah sesuai perintah kun fayakûn, Dialah Dzat yang menciptakan pada setiap abad, bahkan pada setiap musim semi, ratusan ribu spesies makhluk hidup dan berbagai kelompoknya yang menyerupai pasukan. Mungkinkah Dzat Yang Mahakuasa dan Maha Mengetahui tersebut masih dipertanyakan bagaimana Dia bisa me- ngumpulkan seluruh benih dan bagian fundamental pasukan yang saling mengenal di bawah panji regu dan sistem tubuh? Apakah ini sesuatu yang mustahil? Bukankah pengingkaran terhadapnya merupakan bentuk kebodohan dan kurang akal? | |||
Demikian pula al-Qur’an al-Karim kadang menyebutkan sejumlah perbuatan Allah di dunia yang menakjubkan dan indah guna menyiapkan akal manusia agar percaya dan guna menghadirkan kalbu agar mempercayai semua perbuatan-Nya yang luar biasa di akhirat.Dengan kata lain, ia menggambarkan sejumlah perbuatan Ilahi yang menakjubkan yang akan terjadi di masa mendatang dan di akhirat dalam bentuk yang dapat kita terima berdasarkan sejumlah contohnya yang kita saksikan.Misalnya, ayat al-Qur’an yang berbunyi:“Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Ia membuat perumpamaan bagi kami; dan Dia lupa kepada ke- jadiannya. Ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah, “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau. Maka, tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” Tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dialah Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka terjadilah ia. Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya terdapat kekuasaaan atas segala sesuatu. Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Yâsîn [36]: 77-83).Dalam masalah kebangkitan, al-Qur’an menetapkan dan memberikan sejumlah buktinya lewat tujuh atau delapan gambaran yang berbeda. | |||
Pertama-tama Dia memberikan gambaran penciptaan pertama seraya mengetengahkannya ke hadapan manusia dengan berkata, “Kalian melihat proses penciptaan kalian dari nutfah (sperma) menuju alaqah (segumpal darah). Dari alaqah menuju mudgah (segumpal daging). Dari mudgah menuju penciptaan manusia. Kalau demikian, mengapa kalian mengingkari penciptaan di akhirat yang prosesnya seperti yang pertama bahkan lebih mudah. | |||
Kemudian Dia mengemukakan ayat berikut: | |||
“Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau” (QS. Yâsîn [36]: 80).Hal itu untuk menunjukkan berbagai karunia dan nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia. Dzat yang memberimu nikmat semacam itu tidak akan membiarkanmu begitu saja masuk ke dalam kubur dan tidur tanpa dibangunkan. | |||
Kemudian secara simbolis Dia juga menyatakan, “Kalian melihat bagaimana pohon yang mati dihidupkan dan dibuat hijau.” | |||
Jika demikian, mengapa kalian tidak percaya bahwa tulang-belulang yang menyerupai kayu tersebut akan dapat hidup dan menga- pa kalian tidak menganalogikan dengannya? Kemudian mungkinkah Dzat yang menciptakan langit dan bumi tidak mampu menghidupkan dan mematikan manusia, padahal ia merupakan buah dari langit dan bumi? Mungkinkah Dzat yang mengatur dan memelihara urusan po- hon membiarkan buahnya kepada orang lain? Apakah engkau mengira pohon penciptaan yang telah menjadi adonan bagi seluruh bagiannya dengan penuh hikmah ini dibiarkan sia-sia lalu buahnya ditinggalkan begitu saja? | |||
Demikianlah, Dzat yang akan menghidupkan kalian dalam ke- bangkitan ini adalah Dzat yang menggenggam kunci perbendaharaan langit dan bumi di mana semua entitas tunduk padaNya seperti tunduknya prajurit yang taat pada perintah kun fayakûn. Sangat mudah bagi-Nya menghadirkan musim semi sebagaimana menciptakan se- tangkai bunga. Sangat mudah bagi kekuasaan-Nya untuk menciptakan seluruh hewan sebagaimana menciptakan seekor lalat. Karena itu, Dzat yang memiliki kekuasaan tersebut tak layak untuk ditanya ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang ini?’. Lalu dengan ungkapan ‘Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya terdapat kekuasaan atas segala sesuatu’ menjelaskan bahwa Dia adalah Dzat Yang Mahakuasa dan Mahaagung. | |||
Di tangan-Nya tergenggam kunci perbendaharaan segala sesuatu. Dia membalikkan siang dan malam, serta musim dingin dan panas dengan sangat mudah seolah-olah lembaran kitab. Dunia dan akhirat bagi-Nya laksana dua rumah di mana yang satu ditutup dan yang lainnya dibuka.Jika demikian, maka konklusi dari seluruh dalil di atas adalah ‘Kepada-Nyalah kamu dikembalikan’. Artinya, Dia menghidupkanmu dari kubur dan menggiringmu menuju kebangkitan. Dia menyempurnakan hisabmu di hadapan-Nya. | |||
Demikianlah, engkau melihat ayat-ayat di atas telah menyiapkan akal dan menghadirkan kalbu untuk menerima persoalan kebangkitan dengan memperlihatkan berbagai contohnya di dunia. | |||
Al-Qur’an kadang kala juga menyebutkan sejumlah perbuatan ukhrawi dalam bentuk yang membangkitkan kesadaran akan sejumlah kesamaannya di dunia agar ia tidak diingkari dan tidak dianggap mustahil. | |||
Sebagai contoh:“Apabila matahari digulung, apabila bintang-bintang berjatuhan, apabila gunung-gunung dihancurkan, apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak dipedulikan), apabila binatang-binatang liar dikum- pulkan, apabila lautan dijadikan meluap, apabila roh-roh dipertemu- kan (dengan tubuh), dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apa dia dibunuh? Apabila lembaran amal ditebarkan (diberikan), apabila langit dilenyapkan, apabila nera- ka jahim dinyalakan, apabila surga didekatkan, maka setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya. ” (QS. at-Takwîr [81]: 1-14). | |||
“Apabila langit terbelah, apabila bintang-bintang jatuh berserakan, apabila lautan dijadikan meluap, apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya...” (QS. al-Infithâr [82]: 1-5).“Apabila langit terbelah, patuh kepada Tuhannya dan sudah semestinya langit itu patuh. Apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, serta patuh kepada Tuhannya, di mana sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)...” (QS. al-Insyiqâq [84]: 1-5). | |||
Engkau dapat melihat bagaimana surah-surah di atas meng- ingatkan berbagai transformasi besar dan perbuatan Ilahi yang menakjubkan dengan cara yang mencengangkan kalbu, mengejutkan akal dan membuatnya terheran-heran. Hanya saja, ketika manusia melihat kondisi yang sama pada musim gugur dan musim semi pasti ia dapat menerimanya dengan sangat mudah. Karena penafsiran atas ketiga surah di atas cukup panjang, kami akan mengambil satu kalimat saja sebagai contoh.Misalnya:“Apabila lembaran amal ditebarkan (diberikan).”Ayat tersebut bermakna bahwa pada hari kebangkitan nanti, semua amal manusia tertulis dalam satu lembaran catatan amal. Persoalan ini sangat menakjubkan. Sulit bagi akal untuk memahaminya. Namun, surah tersebut sebagaimana menjelaskan kondisi kebangkitan di musim semi serta pada berbagai tempat ia memiliki sejumlah contoh, maka model dari penebaran lembaran amal dan sejenisnya sangat jelas. | |||
Setiap buah, setiap rumput, dan setiap pohon memiliki aktivitas,aksi, tugas, pengabdian, dan tasbih dengan bentuknya yang dengannya Asmaul Husna menjadi terlihat. Seluruh aktivitas tersebut termasuk ke dalam sejarah hidupnya dalam seluruh benih dan bijinya. Semuanya akan terlihat pada musim semi yang lain, di tempat yang lain. Dengan kata lain, sebagaimana dengan sangat fasih ia mengingatkan pada perbuatan induknya lewat bentuk lahiriahnya, ia juga menebarkan lembaran amalnya dengan kemunculan ranting, mekarnya daun dan buah. | |||
Ya, Dzat yang melakukan hal tersebut di hadapan kita dengan penuh hikmah, penjagaan, penataan, pemeliharaan, dan kelembutan adalah Dzat yang berfirman اِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ‘Apabila lembaran amal ditebarkan (diberikan).’ | |||
Demikianlah, engkau bisa menganalogikan yang lain dengan cara yang sama. Jika engkau memiliki kekuatan untuk menarik kesimpulan, lakukanlah!Untuk membantumu, kami juga akan menjelaskan ayat ini:“Apabila matahari digulung.”Lafal takwir di atas bermakna digulung dan dikumpulkan. Ini adalah perumpamaan yang sangat menarik. Ia mengingatkan kepada kondisinya yang sama dan serupa di dunia. | |||
Pertama, Allah telah mengangkat tirai ketiadaan, eter, dan langit dari esensi matahari yang menyinari dunia laksana lentera. Dia mengeluarkannya dari khazanah rahmat-Nya sekaligus menampak- kannya ke dunia. Namun, esensi tersebut akan digulung dengan sampulnya ketika dunia berakhir dan pintu-pintunya tertutup. | |||
Kedua, matahari adalah pesuruh yang diperintah untuk mene- barkan cahaya di siang hari dan membungkusnya di waktu petang. Be- gitulah siang dan malam silih berganti di muka bumi. Pada saat malam, ia mengemas perlengkapannya dengan mengurangi muamalahnya, atau bulan dalam batas tertentu menjadi hijab yang menutupi tugasnya. Dengan kata lain, sebagaimana petugas ini mengumpulkan perlengkapannya dan melipat buku kerjanya dengan sebab tersebut, maka akan datang saatnya ia pasti dibebas-tugaskan, bahkan meski tidak ada sebab atasnya. Barangkali perluasan kedua titik kecil yang saat ini disaksikan oleh para astronom pada permukaannya di mana ia secara berangsur-angsur semakin membesar akan membuat matahari dengan perintah Ilahi menarik kembali cahaya yang ia hamparkan dan ia tebarkan sehingga ia melipat dirinya sendiri. Saat itu Tuhan berkata, “Tugasmu bersama bumi selesai sampai di sini. Mari menuju neraka untuk membakar mereka yang telah menyembahmu dan meremehkan petugas sepertimu dengan menganggapnya berkhianat dan tidak setia. | |||
Dengan cara demikian, matahari membaca firman Ilahi اِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ pada wajahnya yang bernoda. | |||
*** | |||
==LAMPIRAN KELIMA== | |||
Informasi dari 124 ribu orang pilihan yang merupakan Nabi dan Rasul sebagaimana disebutkan dalam hadis(*<ref>*Abu Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa jumlah para nabi?” Beliau menjawab, “124 ribu. Di antara mereka ada 315 rasul.” (HR. Ahmad ibn Hambal, al-Mus- nad j.5, h.265; Ibnu Hibban, as-Shahih j.2, h.77; at-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabîr j.8, h.218; al-Hâkim, al-Mustadrak j.2, h.652; Ibnu Sa’ad, at-Thabaqât al-Kubrâ j.1, h.23, h.54).</ref>)memberitakan secara ijmak dan mutawatir di mana sebagian berlandaskan penyaksian dan sebagian lagi berdasarkan haqqul yaqin mengenai keberadaan negeri akhirat. Mereka menginformasikan secara ijmak bahwa manusia akan digiring ke sana dan bahwa Sang Pencipta pasti akan mendatangkan negeri akhirat sebagaimana telah dijanjikan secara tegas. Pembenaran 124 juta wali, baik secara kasyaf maupun secara penyaksian, terhadap informasi para nabi serta kesaksian mereka atas keberadaan akhirat berdasarkan ilmul yaqin merupakan dalil kuat yang menunjukkan eksistensi akhirat. | |||
Selain itu, manifestasi seluruh nama Allah (Asmaul Husna) yang termanifestasi di seluruh pelosok alam mengonsekuensikan adanya alam lain yang kekal serta menjelaskan dengan sangat terang ke- beradaan akhirat. Lalu qudrah dan hikmah Ilahi yang absolut yang tidak berlebihan dan sia-sia, di mana ia menghidupkan bangkai pohon mati berikut rangkanya yang tegak dalam jumlah tak terhingga di muka bumi pada setiap musim semi dan setiap tahun sesuai perintah kun fayakûn sekaligus menjadikannya sebagai tanda adanya kebang- kitan setelah kematian sehingga tiga ratus ribu spesies dari berbagai kelompok tumbuhan dan binatang dihidupkan, semua itu menunjukkan ratusan ribu contoh kebangkitan dan bukti keberadaan akhirat. | |||
Selanjutnya, rahmat Allah yang luas yang menjaga kelangsungan hidup semua makhluk yang membutuhkan rezeki dan menghidupkan- nya dengan penuh kasih sayang, juga perhatian-Nya yang permanen yang memperlihatkan aneka jenis perhiasan dan keindahan yang jumlahnya tak terhingga pada masa yang sangat singkat di musim semi, tentu hal itu mengharuskan keberadaan akhirat. Begitu pula keinginan untuk kekal, kerinduan untuk abadi, dan harapan untuk tetap selamanya yang tertanam secara kuat dalam fitrah manusia—yang merupakan buah alam paling sempurna serta makhluk yang paling Tu- han cintai di mana ia memiliki hubungan paling kuat dengan seluruh entitas alamsudah pasti hal itu menunjukkan keberadaan alam aba- di sesudah alam yang fana ini. Ia menunjukkan eksistensi alam akhirat dan negeri kebahagiaan yang kekal selamanya.Semua bukti di atas secara meyakinkan menegaskan keberadaan akhirat sejelas keberadaan dunia.(*<ref>*Mudahnya membuktikan suatu “perkara yang pasti” dan betapa sulit menafikannya tampak pada contoh berikut. Misalkan seseorang berkata, “Di muka bumi terdapat sebuah taman yang luar biasa. Buahnya seperti kemasan susu.” Namun yang lain menyangkal pernyataan tersebut dengan berujar, “Tidak, tidak ada taman seperti itu.” Maka orang yang pertama dapat dengan mudah membuktikan perkataannya dengan hanya mem- perlihatkan tempat di mana taman itu berada atau memperlihatkan sebagian buahnya. Adapun orang kedua yang ingkar, ia harus melihat dan memperlihatkan seluruh penjuru bumi untuk membuktikan pernyataannya yang menyangkal keberadaan taman tersebut. Begitulah kondisi mereka yang menginformasikan keberadaan surga. Mereka memperlihatkan ratusan ribu percikannya serta menjelaskan buah dan jejaknya. Apalagi dua orang saksi jujur di antara mereka sudah cukup untuk membuktikan ucapan mereka. Sebalik- nya, orang-orang yang tidak percaya, mereka tidak dapat membuktikan pernyataannya kecuali setelah menyaksikan alam yang tak terbatas ini dan masa yang tak terhingga dengan menelusuri semua sisinya. Ketika mereka tidak melihatnya, pada saat itulah mereka baru dapat menetapkan penafian mereka. Wahai saudara-saudaraku yang lansia, ketahui- lah betapa agungnya iman kepada akhirat—Penulis.</ref>) | |||
Pelajaran terpenting yang al-Qur’an ajarkan kepada kita adalah “iman kepada akhirat”. Pelajaran ini demikian kuat dan kukuh. Da- lam keimanan tersebut terdapat cahaya cemerlang, harapan kuat, dan pelipur lara yang andaikan seratus ribu kerentaan terkumpul pada seseorang, maka cahaya, harapan, dan pelipur lara yang bersumber dari iman tersebut sudah cukup baginya. Karena itu, kita yang telah tua harus bergembira dengan kerentaan ini seraya mengucap:“Segala puji bagi Allah atas kesempurnaan iman yang Dia berikan.” | |||
------ | ------ | ||
<center> [[Dokuzuncu Söz]] ⇐ | [[Sözler]] | ⇒ [[On Birinci Söz]] </center> | <center> [[Dokuzuncu Söz/id|KALIMAT KESEMBILAN]] ⇐ | [[Sözler/id|Al-Kalimât]] | ⇒ [[On Birinci Söz/id|KALIMAT KESEBELAS]] </center> | ||
------ | ------ | ||
düzenleme